Perang Ukraina Bikin Harga Pangan Global Melejit ke Level Tertinggi 60 Tahun
Senin, 11 April 2022 - 04:45 WIB
NEW YORK - Perang Ukraina berimbas pada lonjakan harga pangan dunia , dimana pada bulan lalu menyentuh ke rekor tertinggi. Kekhawatiran disampaikan oleh United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) . Perang telah memotong pasokan dari eksportir minyak bunga matahari terbesar di dunia yang berarti membuat biaya tinggi saat berupaya mencari alternatif.
Ukraina juga merupakan produsen utama sereal seperti jagung dan gandum yang harganya juga telah meningkat tajam. "Perang di wilayah Laut Hitam menyebarkan guncangan melalui pasar untuk biji-bijian yang jadi bahan pokok dan minyak nabati," ucap PBB.
Indeks Harga Pangan PBB melacak komoditas makanan yang paling banyak diperdagangkan di dunia dan mengukur harga rata-rata mengalami peningkatan seperti sereal, minyak sayur, susu, daging, dan gula.
Harga makanan berada pada level tertinggi sejak pencatatan dimulai 60 tahun lalu menurut indeks, yang melonjak hampir 13% pada Maret, menyusul rekor tertinggi di bulan Februari.
Harga minyak nabati melonjak 23% sementara sereal naik 17%. Selanjutnya untuk komoditas Gula juga meningkat 7%, daging naik 5%, sementara susu -yang kurang terpengaruh oleh perang- hanya lebih mahal sebesar 3%.
Harga komoditas makanan sudah berada di level tertinggi dalam 10 tahun terakhir sebelum perang di Ukraina menurut indeks karena masalah panen global. Kondisi ini telah memicu semakin mahalnya biaya hidup yang mengkhawatirkan dan telah memicu peringatan terjadinya konflik sosial di seluruh dunia.
Di Inggris, para pakar industri telah memperingatkan bahwa biaya makanan bisa naik hingga 15% tahun ini. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB pada bulan lalu juga telah memberikan wanti-wanti bahwa harga pangan bisa melonjak naik hingga 20% sebagai akibat dari konflik di Ukraina, meningkatkan risiko makin banyaknya kasus kekurangan gizi di seluruh dunia.
Situasi geopolitik yang penuh ketidakpastian membuat proyeksi produksi gandum dunia dipangkas pada tahun 2022 dari 790 juta ton menjadi 784 juta. Hal ini melihat kemungkinan bahwa setidaknya 20% dari tanaman musim dingin Ukraina tidak akan dipanen karena "kehancuran total".
Ukraina juga merupakan produsen utama sereal seperti jagung dan gandum yang harganya juga telah meningkat tajam. "Perang di wilayah Laut Hitam menyebarkan guncangan melalui pasar untuk biji-bijian yang jadi bahan pokok dan minyak nabati," ucap PBB.
Indeks Harga Pangan PBB melacak komoditas makanan yang paling banyak diperdagangkan di dunia dan mengukur harga rata-rata mengalami peningkatan seperti sereal, minyak sayur, susu, daging, dan gula.
Harga makanan berada pada level tertinggi sejak pencatatan dimulai 60 tahun lalu menurut indeks, yang melonjak hampir 13% pada Maret, menyusul rekor tertinggi di bulan Februari.
Harga minyak nabati melonjak 23% sementara sereal naik 17%. Selanjutnya untuk komoditas Gula juga meningkat 7%, daging naik 5%, sementara susu -yang kurang terpengaruh oleh perang- hanya lebih mahal sebesar 3%.
Harga komoditas makanan sudah berada di level tertinggi dalam 10 tahun terakhir sebelum perang di Ukraina menurut indeks karena masalah panen global. Kondisi ini telah memicu semakin mahalnya biaya hidup yang mengkhawatirkan dan telah memicu peringatan terjadinya konflik sosial di seluruh dunia.
Baca Juga
Di Inggris, para pakar industri telah memperingatkan bahwa biaya makanan bisa naik hingga 15% tahun ini. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB pada bulan lalu juga telah memberikan wanti-wanti bahwa harga pangan bisa melonjak naik hingga 20% sebagai akibat dari konflik di Ukraina, meningkatkan risiko makin banyaknya kasus kekurangan gizi di seluruh dunia.
Situasi geopolitik yang penuh ketidakpastian membuat proyeksi produksi gandum dunia dipangkas pada tahun 2022 dari 790 juta ton menjadi 784 juta. Hal ini melihat kemungkinan bahwa setidaknya 20% dari tanaman musim dingin Ukraina tidak akan dipanen karena "kehancuran total".
(akr)
tulis komentar anda