Cabut dari Rusia, Perusahaan Migas Dunia Bakal Rugi Miliaran Dolar

Senin, 11 April 2022 - 06:55 WIB
Perusahaan minyak dan gas (migas) yang bergegas meninggalkan Rusia setelah invasi ke Ukraina pada akhir Februari, saat ini berpotensi rugi miliaran dolar sebagai dampaknya. Foto/Dok
MOSKOW - Perusahaan minyak dan gas (migas) yang bergegas meninggalkan Rusia setelah invasi ke Ukraina pada akhir Februari, saat ini berpotensi rugi miliaran dolar sebagai dampaknya.

Shell mengungkapkan pada tengah pekan, kemarin bahwa penangguhan operasional bisnis mereka di Rusia dapat menyebabkannya perusahaan menelan kerugian sebanyak USD5 miliar dalam pendapatan kuartalan. Seperti banyak perusahaan energi besar lainnya, Shell menutup operasinya di Rusia setelah invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina pada akhir Februari.





Diketahui Shell bahkan juga keluar dari usaha patungan dengan perusahaan gas milik negara Rusia, Gazprom dan mengakhiri keterlibatannya dalam proyek pipa gas alam Nord Stream 2.

Sementara itu rival Shell yakni BP bakal menjual hampir 20% saham di produsen minyak Rusia Rosneft. Langkah BP itu diproyeksi membuak rakasasa migas tersebut bakal rugi mencapai USD25 miliar setara dengan Rp357,9 triliun (Kurs Rp14.317 per USD)

Selanjutnya seperti dilansir Forbes, raksasa energi asal Amerika, Exxon Mobil juga menghentikan segala aktivias bisnisnya di Rusia, meninggalkan kepemilikan yang diperkirakan nilainya setara USD4 miliar pada akhir 2021. Sedangkan perusahan kakap minyak dan gas Norwegia Equinor, bakal kehilangan sekitar USD1,2 miliar dalam investasi Rusia.

Analis dan investor Wall Street, masih menilai dampak perusahaan-perusahaan Barat yang memutuskan hubungan dengan Rusia di bawah sanksi ekonomi. Dimana Presiden Joe Biden akan menandatangani larangan energi Rusia, yang disahkan oleh Senat pada hari Kamis.

Tetapi dalam jangka pendek kerugian itu akan ditopang oleh harga minyak dan gas yang tinggi, dengan sektor yang bangkit kembali menjadi favorit baru investor legendaris Warren Buffett dan konglomerat investasinya, Berkshire Hathaway.



Di sisi lain sektor energi S&P 500 telah melonjak hampir 40% tahun ini, jauh mengungguli indeks acuan yang lebih luas, yang turun sekitar 6% pada tahun 2022. Saham BP naik lebih dari 11% tahun ini, dengan Shell naik 26%, ExxonMobil 37% dan Equinor 46%.

Perusahaan energi besar akan memberikan rincian lebih lanjut tentang potensi kerugian dari dampak keputusan keluar dari Rusia dalam laporan pendapatan kuartalan pada bulan depan. Terlepas dari dampak bisnis yang hilang di sana, sebagian besar mengharapkan bakal meripis laporan pendapatan kuartal pertama yang kuat, sebagian besar berkat melonjaknya harga minyak dan gas.

Invasi Rusia ke Ukraina telah menghantam pasar energi, menyebabkan harga minyak melonjak hingga USD130 per barel bulan lalu, meskipun sejak itu agak moderat. Setelah berminggu-minggu perdagangan volatile, harga patokan minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate sekarang berada di USD98 per barel, sementara patokan global minyak mentah Brent diperdagangkan di sekitar USD103 per barel.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More