Mantan Pembantu Putin: Embargo Penuh Terhadap Minyak Rusia Bisa Hentikan Perang Ukraina
Selasa, 12 April 2022 - 05:10 WIB
MOSKOW - Embargo penuh terhadap sektor energi Rusia , baik itu minyak mentah dangas (migas) oleh negara-negara Barat dapat menghentikan perang di Ukraina. Saran ini dilontarkan oleh Mantan Penasihat Ekonomi Presiden Vladimir Putin.
Dikutip dari BBC, Dr Andrei Illarionov mengatakan Rusia "tidak menganggap serius" ancaman negara lain untuk mengurangi penggunaan energi mereka. Meskipun mencoba mengurangi ketergantungannya pada sumber-sumber Rusia, Eropa nyatanya terus membeli minyak dan gas.
Tahun lalu, melonjaknya harga minyak dan gas menyumbang 36% terhadap pendapatan pemerintah Rusia. Sebagian besar pendapatan itu berasal dari Uni Eropa, yang mengimpor sekitar 40% gasnya dan 27% minyaknya dari Rusia.
Pekan ini, diplomat Josep Borrell mengatakan "satu miliar (euro) adalah harga yang kita bayarkan kepada Putin setiap hari untuk energi yang dia berikan kepada kita".
Dr Illarionov mengatakan, jika negara-negara Barat mencoba menerapkan embargo penuh pada ekspor minyak dan gas dari Rusia. "Saya berani bertaruh bahwa mungkin dalam satu atau dua bulan, operasi militer Rusia di Ukraina, mungkin akan dihentikan, akan dihentikan."
"Ini adalah salah satu instrumen yang sangat efektif yang masih dimiliki negara-negara Barat," tambahnya.
Ketika perdagangan minyak dan gas terus berlanjut selama konflik, sanksi yang meluas artinya membuat banyak sektor ekonomi lainnya dipaksa berhenti. Seperti diketahui banyak perusahaan asing telah menarik diri dan ekspor sudah tentu terganggu.
Salah satu survei baru-baru ini yang dilakukan oleh bank sentral Rusia memperkirakan ekonomi akan menyusut sebesar 8% tahun ini, sementara Institut Keuangan Internasional mengatakan bisa turun sebanyak 15%.
Dr Illarionov menyarankan, bahwa Presiden Putin siap untuk menanggung pukulan terhadap ekonomi yang menunjukkan di mana prioritasnya berada.
"Ambisi teritorialnya, ambisi kekaisarannya, jauh lebih penting daripada apapun, termasuk mata pencaharian penduduk Rusia dan situasi keuangan di negara itu. Bahkan kondisi keuangan pemerintahnya," katanya.
Dikutip dari BBC, Dr Andrei Illarionov mengatakan Rusia "tidak menganggap serius" ancaman negara lain untuk mengurangi penggunaan energi mereka. Meskipun mencoba mengurangi ketergantungannya pada sumber-sumber Rusia, Eropa nyatanya terus membeli minyak dan gas.
Tahun lalu, melonjaknya harga minyak dan gas menyumbang 36% terhadap pendapatan pemerintah Rusia. Sebagian besar pendapatan itu berasal dari Uni Eropa, yang mengimpor sekitar 40% gasnya dan 27% minyaknya dari Rusia.
Pekan ini, diplomat Josep Borrell mengatakan "satu miliar (euro) adalah harga yang kita bayarkan kepada Putin setiap hari untuk energi yang dia berikan kepada kita".
Dr Illarionov mengatakan, jika negara-negara Barat mencoba menerapkan embargo penuh pada ekspor minyak dan gas dari Rusia. "Saya berani bertaruh bahwa mungkin dalam satu atau dua bulan, operasi militer Rusia di Ukraina, mungkin akan dihentikan, akan dihentikan."
"Ini adalah salah satu instrumen yang sangat efektif yang masih dimiliki negara-negara Barat," tambahnya.
Ketika perdagangan minyak dan gas terus berlanjut selama konflik, sanksi yang meluas artinya membuat banyak sektor ekonomi lainnya dipaksa berhenti. Seperti diketahui banyak perusahaan asing telah menarik diri dan ekspor sudah tentu terganggu.
Salah satu survei baru-baru ini yang dilakukan oleh bank sentral Rusia memperkirakan ekonomi akan menyusut sebesar 8% tahun ini, sementara Institut Keuangan Internasional mengatakan bisa turun sebanyak 15%.
Dr Illarionov menyarankan, bahwa Presiden Putin siap untuk menanggung pukulan terhadap ekonomi yang menunjukkan di mana prioritasnya berada.
"Ambisi teritorialnya, ambisi kekaisarannya, jauh lebih penting daripada apapun, termasuk mata pencaharian penduduk Rusia dan situasi keuangan di negara itu. Bahkan kondisi keuangan pemerintahnya," katanya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda