Industri Influencer Marketing RI Senilai Rp14 Triliun Masih Didominasi Kalangan Atas
Rabu, 27 April 2022 - 13:57 WIB
Dukungan data sangat penting untuk menemukan solusi sehingga menghasilkan simbiosis mutualisme antara brand dan hyper micro influencer.
"Dan teknologi memungkinkan untuk menghasilkan data yang akurat sebagai bahan pertimbangan bagi brand untuk optimasi dana marketing mereka,” jelas Jennifer.
Bayangkan jika nominal Rp14 triliun di industri influencer marketing ini juga diperoleh oleh kalangan bawah, maka akan terjadi pemerataan pendapatan di Indonesia.
Data Statista menunjukkan jumlah pengguna sosial media di Indonesia sebanyak 204 juta jiwa dari total populasi pada tahun 2022. Dan akan mengalami kenaikan menuju angka 236 juta jiwa pada tahun 2026. Pengguna medsos sebanyak itu menjadikan Indonesia masuk dalam 10 besar negara di dunia yang kecanduan sosial media.
Tren jumlah pengguna medsos yang terus meningkat itu juga terjadi di seluruh dunia dan telah diadopsi oleh pemilik brand dengan spending iklan influencer marketing (medsos) yang terus meningkat.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira, mengatakan penetrasi digital yang makin masif tersebut ternyata justru membuat jurang ketimpangan makin lebar.
Bhima mengutip hasil survey dari Bank Dunia yang menemukan bahwa penetrasi digital di era pandemi hanya memberi kenaikan pendapatan untuk kalangan bawah sebesar 1%, sedangkan bagi kalangan atas kenaikan pendapatan jauh di angka 24%.
"Isu kita bukan hanya soal seberapa cepat ekonomi Indonesia pulih, tetapi isu yang lebih fundamental lagi adalah ternyata pascapandemi ini ketimpangan semakin melebar. Yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin. Ini menjadi salah satu isu karena digitalisasi,” kata Bhima Yudhistira dalam webinar bertajuk "Masihkan Pandemi Akan Mengganggu Pertumbuhan Ekonomi 2022", beberapa waktu lalu.
"Dan teknologi memungkinkan untuk menghasilkan data yang akurat sebagai bahan pertimbangan bagi brand untuk optimasi dana marketing mereka,” jelas Jennifer.
Bayangkan jika nominal Rp14 triliun di industri influencer marketing ini juga diperoleh oleh kalangan bawah, maka akan terjadi pemerataan pendapatan di Indonesia.
Data Statista menunjukkan jumlah pengguna sosial media di Indonesia sebanyak 204 juta jiwa dari total populasi pada tahun 2022. Dan akan mengalami kenaikan menuju angka 236 juta jiwa pada tahun 2026. Pengguna medsos sebanyak itu menjadikan Indonesia masuk dalam 10 besar negara di dunia yang kecanduan sosial media.
Tren jumlah pengguna medsos yang terus meningkat itu juga terjadi di seluruh dunia dan telah diadopsi oleh pemilik brand dengan spending iklan influencer marketing (medsos) yang terus meningkat.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira, mengatakan penetrasi digital yang makin masif tersebut ternyata justru membuat jurang ketimpangan makin lebar.
Bhima mengutip hasil survey dari Bank Dunia yang menemukan bahwa penetrasi digital di era pandemi hanya memberi kenaikan pendapatan untuk kalangan bawah sebesar 1%, sedangkan bagi kalangan atas kenaikan pendapatan jauh di angka 24%.
Baca Juga
"Isu kita bukan hanya soal seberapa cepat ekonomi Indonesia pulih, tetapi isu yang lebih fundamental lagi adalah ternyata pascapandemi ini ketimpangan semakin melebar. Yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin. Ini menjadi salah satu isu karena digitalisasi,” kata Bhima Yudhistira dalam webinar bertajuk "Masihkan Pandemi Akan Mengganggu Pertumbuhan Ekonomi 2022", beberapa waktu lalu.
(uka)
tulis komentar anda