Eropa Mengecam Pemerasan Rusia Usai Stop Kirim Gas ke Polandia ke Bulgaria
Jum'at, 29 April 2022 - 05:53 WIB
WARSAW - Gazprom Rusia memotong pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria kemarin usai menolak membayar gas dengan rubel. Selain itu Rusia mengancam bakal melakukan hal serupa kepada negara lain, sebagai aksi balasan atas sanksi Barat yang dijatuhkan semenjak invasi Moskow ke Ukraina .
Seiring balasan Rusia, harga gas melonjak di tengah kekhawatiran bahwa bakal lebih banyak negara mengalami hal yang sama. Terutama Jerman sebagai ekonomi terbesar Eropa yang tahun lalu membeli lebih dari setengah gasnya dari Rusia.
Tuntutan Presiden Vladimir Putin untuk membayar Gas dengan rubel dirancang untuk melunakkan efek sanksi Barat yang mencakup pembekuan ratusan miliar dolar aset Rusia. Anggota parlemen top Rusia mengatakan negara-negara 'tidak ramah' lainnya mungkin juga akan terputus.
Sementara itu Para menteri energi Uni Eropa (UE) akan mengadakan pertemuan darurat pada awal pekan, mendatang untuk membahas situasi tersebut, seperti disampaikan Prancis. Komisi Eropa menuduh Moskow melakukan pemerasan dengan aksinya tersebut.
Tetapi pada saat yang sama terdapat dokumen penasehat kepada negara-negara UE pekan lalu yang menguraikan opsi bagi pembeli USD untuk terus membayar gas Rusia tanpa melanggar sanksi. Uniper, importir utama Jerman mengatakan, bisa tetap membayar tanpa pelanggaran.
Namun, Komisaris Energi Uni Eropa, Kadri Simson mengutarakan, bahwa Brussels masih menyarankan perusahaan untuk tetap berpegang pada ketentuan kontrak mereka. Dimana biasanya pembayaran dilakukan dalam euro atau dolar dan menggunakan mata uang rubel.
Sedangkan pada pertemuan tengah pekan kemarin, duta besar negara anggota meminta Komisi untuk memberikan panduan yang lebih jelas, kata empat diplomat UE.
Seiring balasan Rusia, harga gas melonjak di tengah kekhawatiran bahwa bakal lebih banyak negara mengalami hal yang sama. Terutama Jerman sebagai ekonomi terbesar Eropa yang tahun lalu membeli lebih dari setengah gasnya dari Rusia.
Baca Juga
Tuntutan Presiden Vladimir Putin untuk membayar Gas dengan rubel dirancang untuk melunakkan efek sanksi Barat yang mencakup pembekuan ratusan miliar dolar aset Rusia. Anggota parlemen top Rusia mengatakan negara-negara 'tidak ramah' lainnya mungkin juga akan terputus.
Sementara itu Para menteri energi Uni Eropa (UE) akan mengadakan pertemuan darurat pada awal pekan, mendatang untuk membahas situasi tersebut, seperti disampaikan Prancis. Komisi Eropa menuduh Moskow melakukan pemerasan dengan aksinya tersebut.
Tetapi pada saat yang sama terdapat dokumen penasehat kepada negara-negara UE pekan lalu yang menguraikan opsi bagi pembeli USD untuk terus membayar gas Rusia tanpa melanggar sanksi. Uniper, importir utama Jerman mengatakan, bisa tetap membayar tanpa pelanggaran.
Namun, Komisaris Energi Uni Eropa, Kadri Simson mengutarakan, bahwa Brussels masih menyarankan perusahaan untuk tetap berpegang pada ketentuan kontrak mereka. Dimana biasanya pembayaran dilakukan dalam euro atau dolar dan menggunakan mata uang rubel.
Sedangkan pada pertemuan tengah pekan kemarin, duta besar negara anggota meminta Komisi untuk memberikan panduan yang lebih jelas, kata empat diplomat UE.
tulis komentar anda