Aset Industri Asuransi Capai Rp1.637 Triliun di Awal Tahun 2022
Rabu, 01 Juni 2022 - 19:19 WIB
JAKARTA - Pertumbuhan industri asuransi di Tanah Air pasca pandemi Covid-19 cukup menunjukkan hasil yang positif. Hingga Maret 2022, aset total industri keuangan non perbankan tersebut mencapai Rp1.637 triliun atau tumbuh 12,9% dari tahun sebelumnya.
Sejalan dengan industri asuransi, dana pensiun juga menunjukkan progres yang positif. Hingga Maret, total aset bersih mencapai Rp329 triliun atau tumbuh 6% dari tahun sebelumnya.
Hal tersebut diungkapkan oleh Senior Deputy Governor of Bank Indonesia, Destry Damayanti dalam pidato sambutannya di acara IFG International Conference 2022. Menurutnya, Indonesia masih memerlukan pasar keuangan yang kuat agar menjadi negara maju.
"Pasar keuangan yang kuat akan mampu menjaga stabilitas rupiah, sehingga berdampak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Destry Damayanti, Rabu (1/6/2022).
Destry mencatat, penetrasi asuransi terbilang meningkat, yakni mulai dari 1,9% pada 2019 menjadi 3,2% pada 2022. Sedangkan penetrasi dana pensiunan juga cukup stabil, di mana sebanyak 6% dan diproyeksi akan naik seiring perkembangan teknologi digital melalui program insurtech.
"Indonesia memiliki potensi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan menjadi negara maju. Upaya yang harus dilakukan misalnya lewat percepatan pasar finansial yang efisien dan inklusif," kata Destry.
Senada, Advisor Departemen Pengawasan Khusus Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sumarjono mengatakan, upaya memperkuat industri asuransi dan dana pensiun merupakan tanggung jawab bersama.
Indonesia dan negara G20 berkomitmen dalam menciptakan sistem keuangan yang kuat, industri yang bisa mendukung upaya-upaya dunia dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim, serta usaha-usaha meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat.
Perkembangan teknologi digital juga membawa risiko, misalnya faktor keamanan yang memang menjadi isu penting saat bertransaksi. Bahkan, ke depan akan ada tren bahwa semua transaksi akan beralih secara digital, sehingga seluruh masyarakat memerlukan literasi yang memadai.
"Isu literasi keuangan ini masih menjadi tantangan bagi kita semua. Berdasarkan survey per tiga tahun yang dilakukan OJK, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia pada tahun 2019 mencapai 38,01% atau naik dari tahun 2016 sebelumnya sebesar 29,7%," tutur Sumarjono.
Sejalan dengan industri asuransi, dana pensiun juga menunjukkan progres yang positif. Hingga Maret, total aset bersih mencapai Rp329 triliun atau tumbuh 6% dari tahun sebelumnya.
Baca Juga
Hal tersebut diungkapkan oleh Senior Deputy Governor of Bank Indonesia, Destry Damayanti dalam pidato sambutannya di acara IFG International Conference 2022. Menurutnya, Indonesia masih memerlukan pasar keuangan yang kuat agar menjadi negara maju.
"Pasar keuangan yang kuat akan mampu menjaga stabilitas rupiah, sehingga berdampak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Destry Damayanti, Rabu (1/6/2022).
Destry mencatat, penetrasi asuransi terbilang meningkat, yakni mulai dari 1,9% pada 2019 menjadi 3,2% pada 2022. Sedangkan penetrasi dana pensiunan juga cukup stabil, di mana sebanyak 6% dan diproyeksi akan naik seiring perkembangan teknologi digital melalui program insurtech.
"Indonesia memiliki potensi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan menjadi negara maju. Upaya yang harus dilakukan misalnya lewat percepatan pasar finansial yang efisien dan inklusif," kata Destry.
Senada, Advisor Departemen Pengawasan Khusus Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sumarjono mengatakan, upaya memperkuat industri asuransi dan dana pensiun merupakan tanggung jawab bersama.
Indonesia dan negara G20 berkomitmen dalam menciptakan sistem keuangan yang kuat, industri yang bisa mendukung upaya-upaya dunia dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim, serta usaha-usaha meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat.
Perkembangan teknologi digital juga membawa risiko, misalnya faktor keamanan yang memang menjadi isu penting saat bertransaksi. Bahkan, ke depan akan ada tren bahwa semua transaksi akan beralih secara digital, sehingga seluruh masyarakat memerlukan literasi yang memadai.
"Isu literasi keuangan ini masih menjadi tantangan bagi kita semua. Berdasarkan survey per tiga tahun yang dilakukan OJK, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia pada tahun 2019 mencapai 38,01% atau naik dari tahun 2016 sebelumnya sebesar 29,7%," tutur Sumarjono.
(akr)
tulis komentar anda