Terungkap Rahasia Minyak Rusia Tetap Laris di Tengah Sanksi Embargo Barat
Jum'at, 03 Juni 2022 - 09:03 WIB
Secara keseluruhan, ekspor minyak Rusia justru mencetak rebound pada bulan April, setelah turun pada Maret ketika sanksi Barat pertama kali mulai berlaku, kata Badan Energi Internasional. Ekspor minyak Rusia naik 620.000 barel menjadi 8,1 juta barel per hari, mendekati level sebelum perang, dengan peningkatan terbesar bakal terjadi pada India.
India telah muncul sebagai pusat utama untuk aliran minyak Rusia. Impor negara itu telah meroket menjadi 800.000 barel per hari sejak perang dimulai, dibandingkan dengan 30.000 barel sehari sebelumnya, menurut perusahaan data pasar komoditas Kpler.
Sebuah kilang yang dimiliki oleh raksasa energi India, Reliance Industries Ltd. terpantau membeli minyak mentah Rusia tujuh kali lebih banyak pada bulan Mei, dibandingkan dengan sebelum perang yang merupakan seperlima dari total asupannya, menurut Kpler.
Reliance menyewa sebuah kapal tanker minyak untuk membawa kargo alkilat, komponen bensin, berangkat dari pelabuhan Sikka terdekat pada 21 April tanpa tujuan yang direncanakan. Tiga hari kemudian, ia memperbarui catatannya di pelabuhan AS dan berlayar, melepaskan kargonya pada 22 Mei di New York.
"Kemungkinan yang bisa terjadi adalah Reliance mengambil kargo minyak mentah Rusia dengan harga diskon, memurnikannya dan kemudian menjual produk tersebut di pasar jangka pendek di mana ia menemukan pembeli," kata Lauri Myllyvirta, analis utama di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih.
Organisasi ini melacak ekspor bahan bakar fosil Rusia dan peran mereka dalam mendanai perang Ukraina. "Sepertinya ada perdagangan di mana minyak mentah Rusia disuling di India dan kemudian beberapa di antaranya dijual ke AS," sambungnya.
Penggelapan
Untuk menghindari biaya asuransi yang besar, kapal-kapal mematikan sistem GPS mereka menjadi gelap, kemudian mentransfer minyak ke megatanker besar seperti Lauren II, kapal induk minyak mentah raksasa China yang dapat menampung sekitar 2 juta barel minyak.
Selama India dan China bersedia melawan sanksi, minyak Rusia akan lolos. Namun, biaya tambahan ini berdampak pada harga secara global. Lebih banyak kapal digunakan untuk mengangkut minyak dari Rusia ke India dan China, bukan Rusia ke UE.
India telah muncul sebagai pusat utama untuk aliran minyak Rusia. Impor negara itu telah meroket menjadi 800.000 barel per hari sejak perang dimulai, dibandingkan dengan 30.000 barel sehari sebelumnya, menurut perusahaan data pasar komoditas Kpler.
Sebuah kilang yang dimiliki oleh raksasa energi India, Reliance Industries Ltd. terpantau membeli minyak mentah Rusia tujuh kali lebih banyak pada bulan Mei, dibandingkan dengan sebelum perang yang merupakan seperlima dari total asupannya, menurut Kpler.
Reliance menyewa sebuah kapal tanker minyak untuk membawa kargo alkilat, komponen bensin, berangkat dari pelabuhan Sikka terdekat pada 21 April tanpa tujuan yang direncanakan. Tiga hari kemudian, ia memperbarui catatannya di pelabuhan AS dan berlayar, melepaskan kargonya pada 22 Mei di New York.
"Kemungkinan yang bisa terjadi adalah Reliance mengambil kargo minyak mentah Rusia dengan harga diskon, memurnikannya dan kemudian menjual produk tersebut di pasar jangka pendek di mana ia menemukan pembeli," kata Lauri Myllyvirta, analis utama di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih.
Organisasi ini melacak ekspor bahan bakar fosil Rusia dan peran mereka dalam mendanai perang Ukraina. "Sepertinya ada perdagangan di mana minyak mentah Rusia disuling di India dan kemudian beberapa di antaranya dijual ke AS," sambungnya.
Penggelapan
Untuk menghindari biaya asuransi yang besar, kapal-kapal mematikan sistem GPS mereka menjadi gelap, kemudian mentransfer minyak ke megatanker besar seperti Lauren II, kapal induk minyak mentah raksasa China yang dapat menampung sekitar 2 juta barel minyak.
Selama India dan China bersedia melawan sanksi, minyak Rusia akan lolos. Namun, biaya tambahan ini berdampak pada harga secara global. Lebih banyak kapal digunakan untuk mengangkut minyak dari Rusia ke India dan China, bukan Rusia ke UE.
Lihat Juga :
tulis komentar anda