Ekonomi Rusia dalam Angka, Berjalan Lamban Meski Belum Krisis
Kamis, 16 Juni 2022 - 08:50 WIB
Pengendalian modal telah membantu untuk menguat saat inflasi mulai mereda. Tapi resesi ekonomi tetap ada di depan mata, ketika ekonomi Rusia pada tahun 2022 diperkirakan akan menyusut hingga 10%.
Konsumen Rusia belum merasakan efeknya secara penuh. Rak supermarket di Moskow masih cukup penuh, meskipun beberapa barang impor tidak lagi tersedia.
Tapi itu kondisi pada mal-mal di Moskow terlihat jelas perubahannya. Pusat perbelanjaan yang dulu ramai, sekarang jauh lebih tenang: lebih sedikit pelanggan saat lebih sedikit pilihan.
Sebagai protes atas invasi Ukraina, banyak merek asing telah menangguhkan operasional mereka di Rusia atau menarik diri sepenuhnya. Banyak toko terpaksa harus ditutup.
Mungkinkah kesulitan ekonomi di dalam negeri membuat Kremlin berhenti sejenak untuk berpikir? Mungkinkah mereka mempercepat diakhirinya serangan Rusia di Ukraina? Apakah sanksi berhasil?
"Jika tujuannya adalah untuk memaksa perubahan perilaku dengan menciptakan krisis ekonomi dan keuangan, maka jawabannya adalah tidak," ucap Chris Weafer dengan yakin.
"Rusia belum mengalami krisis. Tapi bergerak ke periode bakal terjadinya gesekan ekonomi. Pada musim gugur dan musim dingin, Anda menghadapi kenyataan yang lebih mencolok. Terutama setelah larangan Eropa untuk mengimpor minyak dan produk minyak Rusia dimulai dan pemerintah harus mengurangi pengeluaran. Rusia pasti akan memiliki dua hingga tiga tahun ekonomi yang stagnan. Pertanyaannya adalah apakah itu akan berlangsung selama 10 tahun," ungkapnya.
Rusia terputus dari banyak impor teknologi Barat, yang tidak akan bisa digantikannya. Sedangkan China telah menjelaskan bahwa mereka tidak akan memasok Rusia dengan produk teknologi yang terkena sanksi, karena adanya kemungkinan menghadapi sanksi sekunder itu sendiri.
"Tidak ada alasan untuk berasumsi bahwa ekonomi Rusia tidak akan dapat berfungsi. Tetapi itu akan berdampak pada tingkat teknologi dan efisiensi yang jauh lebih rendah. Kesenjangan dengan seluruh dunia akan tumbuh lebih besar. Ekonomi Rusia akan tertinggal," paparnya.
Konsumen Rusia belum merasakan efeknya secara penuh. Rak supermarket di Moskow masih cukup penuh, meskipun beberapa barang impor tidak lagi tersedia.
Tapi itu kondisi pada mal-mal di Moskow terlihat jelas perubahannya. Pusat perbelanjaan yang dulu ramai, sekarang jauh lebih tenang: lebih sedikit pelanggan saat lebih sedikit pilihan.
Sebagai protes atas invasi Ukraina, banyak merek asing telah menangguhkan operasional mereka di Rusia atau menarik diri sepenuhnya. Banyak toko terpaksa harus ditutup.
Mungkinkah kesulitan ekonomi di dalam negeri membuat Kremlin berhenti sejenak untuk berpikir? Mungkinkah mereka mempercepat diakhirinya serangan Rusia di Ukraina? Apakah sanksi berhasil?
"Jika tujuannya adalah untuk memaksa perubahan perilaku dengan menciptakan krisis ekonomi dan keuangan, maka jawabannya adalah tidak," ucap Chris Weafer dengan yakin.
"Rusia belum mengalami krisis. Tapi bergerak ke periode bakal terjadinya gesekan ekonomi. Pada musim gugur dan musim dingin, Anda menghadapi kenyataan yang lebih mencolok. Terutama setelah larangan Eropa untuk mengimpor minyak dan produk minyak Rusia dimulai dan pemerintah harus mengurangi pengeluaran. Rusia pasti akan memiliki dua hingga tiga tahun ekonomi yang stagnan. Pertanyaannya adalah apakah itu akan berlangsung selama 10 tahun," ungkapnya.
Rusia terputus dari banyak impor teknologi Barat, yang tidak akan bisa digantikannya. Sedangkan China telah menjelaskan bahwa mereka tidak akan memasok Rusia dengan produk teknologi yang terkena sanksi, karena adanya kemungkinan menghadapi sanksi sekunder itu sendiri.
"Tidak ada alasan untuk berasumsi bahwa ekonomi Rusia tidak akan dapat berfungsi. Tetapi itu akan berdampak pada tingkat teknologi dan efisiensi yang jauh lebih rendah. Kesenjangan dengan seluruh dunia akan tumbuh lebih besar. Ekonomi Rusia akan tertinggal," paparnya.
tulis komentar anda