Unicorn Bukan Jaminan Selamat dari Krisis
Kamis, 25 Juni 2020 - 06:49 WIB
“Kami sekarang membayar untuk itu. Tidak, karena setidaknya saya bisa punya kesempatan dan kehormatan untuk bekerja sama dengan banyak sekali individu istimewa dan memiliki banyak potensi untuk menjalankan misi kita bersama meski hanya dalam waktu singkat,” ujarnya.
Gojek merupakan perusahaan rintisan yang sukses menjalankan model bisnis. Dari semula hanya menjadi operator transportasi daring berupa ojek, perusahaan yang berdiri pada 2009 itu kini layanannya semakin luas hingga menyasar sektor keuangan. Fitur-fiturnya pun kini menyasar hampir semua sektor mulai dari food, jasa pengiriman, hingga pembayaran.
Terkait upaya efisiensi yang dilakukan Gojek, peneliti Indef, Bhima Yudhistira, mengungkapkan bahwa perusahaan seperti Gojek tetap harus mempertimbangkan model bisnis yang berkelanjutan. “Era bakar uang pasti segera berakhir karena startup terus memberikan promosi dan diskon, sementara permintaan tidak naik,” kata Bhima. (Baca juga: Iran Ajukan Satu Syarat untuk Berdialog dengan AS)
Dia menambahkan, PHK di perusahaan startup mengindikasikan bahwa secara umum hal tersebut terjadi karena adanya tekanan pada seluruh sektor bisnis, baik konvensional maupun digital akibat pandemi Covid-19. “Awalnya di sektor pariwisata, lalu sektor industri manufaktur. Ternyata startup juga mengalami tekanan hebat. Tidak ada jaminan status unicorn bisa selamat dari krisis,” ujar Bhima.
Selain Gojek, perusahaan transportasi online lain, Grab, juga mengumumkan PHK terhadap 360 karyawannya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. PHK tersebut merupakan imbas dari pandemi virus corona. Selain memecat karyawan, Grab Inc juga berencana menghentikan sejumlah proyek untuk menyelamatkan perusahaan dari tekanan wabah Covid-19.
“Sejak Februari 2020 perusahaan telah melihat dampak nyata dari pandemi Covid-19 terhadap bisnis perusahaan,” kata CEO dan Co-Founder Grab Anthony Tan dalam suratnya kepada karyawan seperti dikutip Okezone.com pekan lalu.
Di sektor e-commerce, badai PHK juga pernah menimpa Bukalapak pada September 2019. Saat itu, sekitar 100 karyawan terpaksa dirumahkan sebagai bagian dari efisiensi perusahaan. Menurut perusahaan yang sudah termasuk kategori unicorn itu, pengurangan karyawan tersebut dilakukannya untuk kepentingan bisnis dalam upaya menjadi perusahaan yang terus tumbuh dan menciptakan dampak positif untuk Indonesia. "Karena itu, kami perlu melakukan penyelarasan secara internal untuk menerapkan strategi bisnis jangka panjang kami serta menentukan arah selanjutnya," ucap manajemen Bukalapak saat itu.
Wajib Efisiensi
Pakar manajemen dari PPM School of Management Wahyu Tri Setyobudi mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 semua sektor industri terkena dampak. Tak terkecuali industri digital aplikasi seperti GoJek yang baru saja mengumumkan pemangkasan ratusan karyawan.
Menurut Wahyu, jika satu sektor industri tertekan, maka industri lain yang terkait juga akan tertekan. Karena itu, solusi paling rasional adalah bagaimana mengambil keuntungan pada situasi pandemi Covid-19.
Gojek merupakan perusahaan rintisan yang sukses menjalankan model bisnis. Dari semula hanya menjadi operator transportasi daring berupa ojek, perusahaan yang berdiri pada 2009 itu kini layanannya semakin luas hingga menyasar sektor keuangan. Fitur-fiturnya pun kini menyasar hampir semua sektor mulai dari food, jasa pengiriman, hingga pembayaran.
Terkait upaya efisiensi yang dilakukan Gojek, peneliti Indef, Bhima Yudhistira, mengungkapkan bahwa perusahaan seperti Gojek tetap harus mempertimbangkan model bisnis yang berkelanjutan. “Era bakar uang pasti segera berakhir karena startup terus memberikan promosi dan diskon, sementara permintaan tidak naik,” kata Bhima. (Baca juga: Iran Ajukan Satu Syarat untuk Berdialog dengan AS)
Dia menambahkan, PHK di perusahaan startup mengindikasikan bahwa secara umum hal tersebut terjadi karena adanya tekanan pada seluruh sektor bisnis, baik konvensional maupun digital akibat pandemi Covid-19. “Awalnya di sektor pariwisata, lalu sektor industri manufaktur. Ternyata startup juga mengalami tekanan hebat. Tidak ada jaminan status unicorn bisa selamat dari krisis,” ujar Bhima.
Selain Gojek, perusahaan transportasi online lain, Grab, juga mengumumkan PHK terhadap 360 karyawannya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. PHK tersebut merupakan imbas dari pandemi virus corona. Selain memecat karyawan, Grab Inc juga berencana menghentikan sejumlah proyek untuk menyelamatkan perusahaan dari tekanan wabah Covid-19.
“Sejak Februari 2020 perusahaan telah melihat dampak nyata dari pandemi Covid-19 terhadap bisnis perusahaan,” kata CEO dan Co-Founder Grab Anthony Tan dalam suratnya kepada karyawan seperti dikutip Okezone.com pekan lalu.
Di sektor e-commerce, badai PHK juga pernah menimpa Bukalapak pada September 2019. Saat itu, sekitar 100 karyawan terpaksa dirumahkan sebagai bagian dari efisiensi perusahaan. Menurut perusahaan yang sudah termasuk kategori unicorn itu, pengurangan karyawan tersebut dilakukannya untuk kepentingan bisnis dalam upaya menjadi perusahaan yang terus tumbuh dan menciptakan dampak positif untuk Indonesia. "Karena itu, kami perlu melakukan penyelarasan secara internal untuk menerapkan strategi bisnis jangka panjang kami serta menentukan arah selanjutnya," ucap manajemen Bukalapak saat itu.
Wajib Efisiensi
Pakar manajemen dari PPM School of Management Wahyu Tri Setyobudi mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 semua sektor industri terkena dampak. Tak terkecuali industri digital aplikasi seperti GoJek yang baru saja mengumumkan pemangkasan ratusan karyawan.
Menurut Wahyu, jika satu sektor industri tertekan, maka industri lain yang terkait juga akan tertekan. Karena itu, solusi paling rasional adalah bagaimana mengambil keuntungan pada situasi pandemi Covid-19.
Lihat Juga :
tulis komentar anda