Kehadiran TKA China di Konawe Bagian dari Transfer Teknologi dan Skill
Senin, 29 Juni 2020 - 17:58 WIB
KONAWE - Gelombang pertama Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China yang berjumlah 156 orang telah datang ke Sulawesi Tenggara pada Selasa (23/6) kemarin. Datangnya TKA ke Kawasan Industri di Morosi tidak bisa dilepaskan dari transfer teknologi dan transfer ilmu yang diisyaratkan pemerintah.
( )
Hal ini pun diakui oleh karyawan PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) yang kemampuannya bertambah sejak bekerja di perusahaan tersebut. “Waktu enam bulan bekerja di VDNI, perusahaan membuat program mengirim karyawan ke China untuk belajar bahasa mandarin, teknik smelter dan lain-lain. Kita ke sana belajar sekitar satu tahun,” ujar Sukal Septi Sari, Translator Penanggung Jawab Teknik dan Lapangan.
Septi yang sudah bekerja di VDNI selama lebih dari dua tahun juga mengaku, merasakan sendiri manfaat dari diberlakukannya sistem transfer teknologi atau transfer ilmu yang diterapkan perusahaan. “Kemampuan mandarin saya bertambah. Pengetahuan mengenai dunia smelter juga bertambah,” tambahnya.
Transfer teknologi ini pula yang manfaatnya dirasakan langsung oleh karyawan lain, Ruli Darmadi yang bekerja sebagai koordinator smelter 1, 2 dan 3 di PT VDNI. Ruli adalah warga asli Morosi yang bekerja sejak tahun 2016 dan saat ini bertugas untuk mengawasi kelancaran produksi, mulai dari karyawan hingga alat-alat yang digunakan.
“Kami di sini bekerja dengan TKA asal China, yang otomatis kedisiplinannya sangat tinggi. Lalu yang tadinya kami tidak tahu apa itu pabrik nikel, sekarang karyawan Indonesia sudah mulai bisa. Walaupun kami belum menguasai 100 persen, tapi kami diajarkan dan dituntut untuk terus belajar,” terangnya.
( )
Menurutnya, perbandingan pekerja asing dan Indonesia saat ini dengan dulu sudah jauh menurun. Pada masa awal pembangunan pabrik, perbandingan TKA asal China dengan Indonesia dikatakannya hampir merata.
“Tapi saat ini Alhamdulillah karena sudah banyak karyawan Indonesia yang belajar sistem produksinya, mungkin sekarang tinggal 20 persen TKA dan 80 persen pekerja lokal. Karena ada alat-alat yang kami juga belum bisa tangani, jadi kami masih butuh teknisi-teknisi untuk membantu dan mengajarkan,” ujar Ruli.
Lebih lanjut hadirnya VDNI bukan hanya memberikan dampak positif untuk 3 kecamatan dan konawe pada umumnya, namun juga ke wilayah Konawe Selatan, hingga Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum. Bertambahnya angka penyerapan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, dan pengurangan jumlah pengangguran adalah manfaat yang dirasakan oleh kedua karyawan putra-putri daerah.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 156 TKA asal China yang tiba di Indonesia adalah rombongan tahap pertama dari jumlah 500 TKA yang akan bekerja di PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS). Mereka tiba melalui Bandara Halu Oleo, Sulawesi Tenggara langsung mengikuti prosedur kesehatan ketat yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan kini sedang menjalani masa karantina selama 14 hari hingga dipastikan sehat dan bisa mulai bekerja.
( )
Hal ini pun diakui oleh karyawan PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) yang kemampuannya bertambah sejak bekerja di perusahaan tersebut. “Waktu enam bulan bekerja di VDNI, perusahaan membuat program mengirim karyawan ke China untuk belajar bahasa mandarin, teknik smelter dan lain-lain. Kita ke sana belajar sekitar satu tahun,” ujar Sukal Septi Sari, Translator Penanggung Jawab Teknik dan Lapangan.
Septi yang sudah bekerja di VDNI selama lebih dari dua tahun juga mengaku, merasakan sendiri manfaat dari diberlakukannya sistem transfer teknologi atau transfer ilmu yang diterapkan perusahaan. “Kemampuan mandarin saya bertambah. Pengetahuan mengenai dunia smelter juga bertambah,” tambahnya.
Transfer teknologi ini pula yang manfaatnya dirasakan langsung oleh karyawan lain, Ruli Darmadi yang bekerja sebagai koordinator smelter 1, 2 dan 3 di PT VDNI. Ruli adalah warga asli Morosi yang bekerja sejak tahun 2016 dan saat ini bertugas untuk mengawasi kelancaran produksi, mulai dari karyawan hingga alat-alat yang digunakan.
“Kami di sini bekerja dengan TKA asal China, yang otomatis kedisiplinannya sangat tinggi. Lalu yang tadinya kami tidak tahu apa itu pabrik nikel, sekarang karyawan Indonesia sudah mulai bisa. Walaupun kami belum menguasai 100 persen, tapi kami diajarkan dan dituntut untuk terus belajar,” terangnya.
( )
Menurutnya, perbandingan pekerja asing dan Indonesia saat ini dengan dulu sudah jauh menurun. Pada masa awal pembangunan pabrik, perbandingan TKA asal China dengan Indonesia dikatakannya hampir merata.
“Tapi saat ini Alhamdulillah karena sudah banyak karyawan Indonesia yang belajar sistem produksinya, mungkin sekarang tinggal 20 persen TKA dan 80 persen pekerja lokal. Karena ada alat-alat yang kami juga belum bisa tangani, jadi kami masih butuh teknisi-teknisi untuk membantu dan mengajarkan,” ujar Ruli.
Lebih lanjut hadirnya VDNI bukan hanya memberikan dampak positif untuk 3 kecamatan dan konawe pada umumnya, namun juga ke wilayah Konawe Selatan, hingga Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum. Bertambahnya angka penyerapan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, dan pengurangan jumlah pengangguran adalah manfaat yang dirasakan oleh kedua karyawan putra-putri daerah.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 156 TKA asal China yang tiba di Indonesia adalah rombongan tahap pertama dari jumlah 500 TKA yang akan bekerja di PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS). Mereka tiba melalui Bandara Halu Oleo, Sulawesi Tenggara langsung mengikuti prosedur kesehatan ketat yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan kini sedang menjalani masa karantina selama 14 hari hingga dipastikan sehat dan bisa mulai bekerja.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda