Energi Baru Terbarukan Suatu Keharusan Bukan Pilihan
Minggu, 14 Agustus 2022 - 20:15 WIB
JAKARTA - Penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) terus digalakkan di Indonesia, sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil . Ditekankan bahwa percepatan pemanfaatan energi terbarukan bukan suatu pilihan melainkan sebuah keharusan.
"Energi terbarukan menurut saya bukan suatu pilihan. Bahwa ini sudah tidak ada pilihannya. Kita pilihannya hanya itu," ujar Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana dalam seminar bertajuk "Kemerdekaan Energi di Tengah Krisis Global" di Aston Kartika Grogol Hotel & Conference, Jakarta Barat, Kamis (11/8).
Menurut Dadan, energi fosil, batu bara, minyak bumi kemudian gas alam itu digunakan untuk mengantarkan percepatan Net Zero Emission. "Angkanya ini di tahun 2060, kalau bisa lebih cepat dengan dukuungan dari internasional," tuturnya.
"Tetap mendorong produksi migas naik, tapi pemanfaatanya bergeser ke arah energi menjadi ke arah sebagai bahan baku material," tambahnya.
Ketua Komisi VII DPR, Sugeng Suparwoto menilai bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam dianggap menjadi masalah serius. Sebab menimbulkan banyak dampak negatif bagi kehidupan di bumi.
Maka itu, Indonesia harus segera masuk ke energi baru terbarukan (EBT) karena memiliki potensi cukup besar. Langkah yang diambil pemerintah yakni sosialisasi mendapat dukungan masyarakat dan meningkatkan penguasaan teknologi.
“Indonesia harus masuk energi baru terbarukan. Energi fosil problemnya sangat serius. Fosil terdiri dari minyak, gas dan batu bara keberadaanya sangat terbatas,” tuturnya.
Cadangan minyak Indonesia terus menipis setiap tahunnya. Pada tahun 2021, data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat cadangan minyak Indonesia sebesar 3,95 miliar barel. Cadangan itu terdiri dari 2,25 miliar cadangan terbukti dan 1,7 miliar cadangan potensial.
"Energi terbarukan menurut saya bukan suatu pilihan. Bahwa ini sudah tidak ada pilihannya. Kita pilihannya hanya itu," ujar Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana dalam seminar bertajuk "Kemerdekaan Energi di Tengah Krisis Global" di Aston Kartika Grogol Hotel & Conference, Jakarta Barat, Kamis (11/8).
Baca Juga
Menurut Dadan, energi fosil, batu bara, minyak bumi kemudian gas alam itu digunakan untuk mengantarkan percepatan Net Zero Emission. "Angkanya ini di tahun 2060, kalau bisa lebih cepat dengan dukuungan dari internasional," tuturnya.
"Tetap mendorong produksi migas naik, tapi pemanfaatanya bergeser ke arah energi menjadi ke arah sebagai bahan baku material," tambahnya.
Ketua Komisi VII DPR, Sugeng Suparwoto menilai bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam dianggap menjadi masalah serius. Sebab menimbulkan banyak dampak negatif bagi kehidupan di bumi.
Maka itu, Indonesia harus segera masuk ke energi baru terbarukan (EBT) karena memiliki potensi cukup besar. Langkah yang diambil pemerintah yakni sosialisasi mendapat dukungan masyarakat dan meningkatkan penguasaan teknologi.
“Indonesia harus masuk energi baru terbarukan. Energi fosil problemnya sangat serius. Fosil terdiri dari minyak, gas dan batu bara keberadaanya sangat terbatas,” tuturnya.
Cadangan minyak Indonesia terus menipis setiap tahunnya. Pada tahun 2021, data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat cadangan minyak Indonesia sebesar 3,95 miliar barel. Cadangan itu terdiri dari 2,25 miliar cadangan terbukti dan 1,7 miliar cadangan potensial.
Lihat Juga :
tulis komentar anda