Setahun Kelola Blok Rokan, PHR Incar Produksi 170.000 BOPD di Akhir 2022
Kamis, 18 Agustus 2022 - 15:20 WIB
Dalam hal ini, kata dia, setidaknya PHR dalam mengelola Blok Rokan bisa mengupayakan penurunan emisi dalam proses poduksinya. "Apa yang dilakukan oleh Rokan di kemudian hari tentunya ada partisipasi dari teknologi yang dipakai mengurangi emisi karbon ada beberapa tahapan dari hulu migas mulai dari eksplorasi sampai proses sampai pengangkutan semua punya faktor-faktor yang bisa dikecilkan dan emisinya," ujarnya.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menjelaskan, saat ini sekitar 70% wilayah kerja (WK) migas produksi di Indonesia telah mengalami penurunan produksi alamiah. Kondisi tersebut juga tercermin dari target lifting migas di APBN yang seringkali tidak tercapai. Data ReforMiner Insititute memperlihatkan bahwa 52% WK migas produksi migas di Indonesia merupakan lapangan tua (mature field).
“Dari 76 WK migas produksi, 40 di antaranya merupakan mature field yaitu 36 WK berumur 25-50 tahun dan 4 WK berumur lebih dari 50 tahun. Secara umum biaya produksi dan pemeliharaan mature field akan terus meningkat sejalan dengan penurunan kemampuan produksinya,” tuturnya.
Dia menjelaskan, saat ini sebagian besar blok migas yang menjadi andalan atau penopang produksi migas nasional merupakan mature field seperti Blok Rokan (1951), Blok ONWJ (1966), Blok Mahakam (1967), dan Blok OSES yang berproduksi sejak 1968. Tantangan dalam mempertahankan atau apalagi meningkatkan produksi migas pada mature field seperti Blok Rokan tidak hanya sekadar menyangkut masalah teknis operasional, tetapi juga masalah keekonomian proyek.
Terkait dengan itu, kata dia, Indonesia dapat berkaca pada negara lainnya seperti Kanada, Brasil, dan Australia yang demi mempertahankan kemampuan produksi pada mature field, memberikan insentif fiskal kepada operator. Kanada misalnya, memberikan pengurangan pajak pedapatan dan penangguhan kerugian pajak untuk mature field. Sementara, Brasil memberikan insentif pengurangan royalti dan penggantian kerugian biaya eksplorasi dan Australia memberikan insentif pembatasan royalti dan insentif bea cukai migas.
Hasil dari berbagai jenis insentif fiskal yang diberikan, sambung dia, berdampak positif terhadap produksi migas di negara-negara tersebut. Selama periode 2010-2019, produksi minyak dan gas Kanada dilaporkan meningkat masing-masing sebesar 63,47% dan 15,72%. Produksi di Brasil pada periode yang sama meningkat masing-masing 35,36% dan 71,89% sementara di Australia pada periode yang sama dilaporkan meningkat sekitar 184%.
"Berkaca dari kebijakan di negara-negara tersebut, pengelolaan mature filed seperti Blok Rokan memerlukan insentif baik fiskal maupun nonfiskal. Insentif secara khusus untuk pelaksanaan kegiatan EOR (enhanced oil recovery) juga perlu dipertimbangkan untuk diberikan oleh pemerintah daerah," tuturnya.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menjelaskan, saat ini sekitar 70% wilayah kerja (WK) migas produksi di Indonesia telah mengalami penurunan produksi alamiah. Kondisi tersebut juga tercermin dari target lifting migas di APBN yang seringkali tidak tercapai. Data ReforMiner Insititute memperlihatkan bahwa 52% WK migas produksi migas di Indonesia merupakan lapangan tua (mature field).
“Dari 76 WK migas produksi, 40 di antaranya merupakan mature field yaitu 36 WK berumur 25-50 tahun dan 4 WK berumur lebih dari 50 tahun. Secara umum biaya produksi dan pemeliharaan mature field akan terus meningkat sejalan dengan penurunan kemampuan produksinya,” tuturnya.
Dia menjelaskan, saat ini sebagian besar blok migas yang menjadi andalan atau penopang produksi migas nasional merupakan mature field seperti Blok Rokan (1951), Blok ONWJ (1966), Blok Mahakam (1967), dan Blok OSES yang berproduksi sejak 1968. Tantangan dalam mempertahankan atau apalagi meningkatkan produksi migas pada mature field seperti Blok Rokan tidak hanya sekadar menyangkut masalah teknis operasional, tetapi juga masalah keekonomian proyek.
Terkait dengan itu, kata dia, Indonesia dapat berkaca pada negara lainnya seperti Kanada, Brasil, dan Australia yang demi mempertahankan kemampuan produksi pada mature field, memberikan insentif fiskal kepada operator. Kanada misalnya, memberikan pengurangan pajak pedapatan dan penangguhan kerugian pajak untuk mature field. Sementara, Brasil memberikan insentif pengurangan royalti dan penggantian kerugian biaya eksplorasi dan Australia memberikan insentif pembatasan royalti dan insentif bea cukai migas.
Hasil dari berbagai jenis insentif fiskal yang diberikan, sambung dia, berdampak positif terhadap produksi migas di negara-negara tersebut. Selama periode 2010-2019, produksi minyak dan gas Kanada dilaporkan meningkat masing-masing sebesar 63,47% dan 15,72%. Produksi di Brasil pada periode yang sama meningkat masing-masing 35,36% dan 71,89% sementara di Australia pada periode yang sama dilaporkan meningkat sekitar 184%.
"Berkaca dari kebijakan di negara-negara tersebut, pengelolaan mature filed seperti Blok Rokan memerlukan insentif baik fiskal maupun nonfiskal. Insentif secara khusus untuk pelaksanaan kegiatan EOR (enhanced oil recovery) juga perlu dipertimbangkan untuk diberikan oleh pemerintah daerah," tuturnya.
(fai)
tulis komentar anda