Kenaikan Tarif Ojol Diundur, Momentum Jaring Aspirasi Publik

Kamis, 18 Agustus 2022 - 21:53 WIB


Dampak ketiga, lanjutnya, adalah dari sisi ekonomi. Ketika konsumen memilih menggunakan kendaraan pribadi akan meningkatkan kemacetan di kota-kota besar dan biaya pemerintah untuk BBM menjadi lebih mahal. Dampak lainnya, terjadi peningkatan biaya transportasi untuk mengirimkan barang. "Sektor lain akan terpukul. Ada dampak turunan, karena transportasi ini menghubungkan antarsektor, bukan hanya mengantarkan orang, tapi juga barang," paparnya.

Secara keseluruhan, kata Rumayya, kenaikan tarif ojol yang tinggi akan menekan daya beli masyarakat dan turut menaikkan inflasi. Terlebih saat ini pemerintah tengah berupaya untuk menekan inflasi melalui program subsidi di berbagai sektor. "Kita lihat saat ini inflasi sedang tinggi. Bahkan untuk inflasi pangan tertinggi sejak tahun 2015. Jika inflasi tinggi, maka daya beli konsumen tergerus," tandasnya.

Ancaman inflasi tinggi memang tengah menjadi perhatian. Ketua MPR Bambang Soesatyo belum lama ini mengatakan bahwa pada beberapa bulan ke depan potensi inflasi tinggi terbuka lebar. Misalnya saja di September 2022, inflasi berpotensi mencapai 10-12%. "Pada September 2022 diprediksi akan menghadapi ancaman hiper-inflasi, dengan angka inflasi pada kisaran 10-12%. Sementara untuk inflasi Agustus diprediksi akan berada pada kisaran 5-6%," ujar Bambang dalam pidatonya pada Sidang Tahunan MPR, Selasa (16/8) lalu.
(fai)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More