Indonesia Siap-siap! Inflasi Singapura Meroket 7%, Tertinggi Sejak 2008
Selasa, 23 Agustus 2022 - 15:24 WIB
JAKARTA - Departemen Statistik Singapura (DOS) mengumumkan, negaranya mengalami inflasi sebesar 7% year on year (yoy). Angka ini menjadi yang tertinggi bagi Negeri Singa sejak 14 tahun terakhir, atau tahun 2008.
Persentase tersebut juga meningkat 6,7% dari bulan Juni 2022, yang sebagian besarnya dipicu oleh lonjakan harga pangan dan bahan bakar. Dilansir Bloomberg, Selasa (23/8), biaya transportasi, terutama bahan bakar, sejauh ini mencatat kenaikan tahunan sebesar 19%.
Sementara inflasi inti, yang tidak termasuk biaya perumahan dan transportasi pribadi, tumbuh sebesar 4,8% pada Juli 2022, lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 4,7%.
Inflasi yang "panas" memberi sinyal bagi Otoritas Moneter Singapura (MAS) untuk memperketat kebijakan moneter demi meredamnya. MAS mengatakan bahwa inflasi global kemungkinan akan tetap tinggi dalam waktu dekat, yang akan membuat harga impor komoditas utama tetap tinggi.
"Ini kejutan baru yang disebabkan harga komoditas global, yang ke depan akan berisiko menekan upah di domestik," kata MAS.
Bank sentral Singapura itu juga memproyeksikan bahwa inflasi inti akan tetap tinggi dalam beberapa bulan mendatang, tetapi masih didukung oleh pasar tenaga kerja dan aktivitas bisnis di Singapura.
Perlambatan mitra dagang Singapura, terutama China, juga melanda perekonomian tetangga Indonesia itu. MAS baru-baru ini merevisi PDB kuartal kedua lebih rendah, dan sedikit memangkas ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan.
Persentase tersebut juga meningkat 6,7% dari bulan Juni 2022, yang sebagian besarnya dipicu oleh lonjakan harga pangan dan bahan bakar. Dilansir Bloomberg, Selasa (23/8), biaya transportasi, terutama bahan bakar, sejauh ini mencatat kenaikan tahunan sebesar 19%.
Sementara inflasi inti, yang tidak termasuk biaya perumahan dan transportasi pribadi, tumbuh sebesar 4,8% pada Juli 2022, lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 4,7%.
Inflasi yang "panas" memberi sinyal bagi Otoritas Moneter Singapura (MAS) untuk memperketat kebijakan moneter demi meredamnya. MAS mengatakan bahwa inflasi global kemungkinan akan tetap tinggi dalam waktu dekat, yang akan membuat harga impor komoditas utama tetap tinggi.
"Ini kejutan baru yang disebabkan harga komoditas global, yang ke depan akan berisiko menekan upah di domestik," kata MAS.
Bank sentral Singapura itu juga memproyeksikan bahwa inflasi inti akan tetap tinggi dalam beberapa bulan mendatang, tetapi masih didukung oleh pasar tenaga kerja dan aktivitas bisnis di Singapura.
Perlambatan mitra dagang Singapura, terutama China, juga melanda perekonomian tetangga Indonesia itu. MAS baru-baru ini merevisi PDB kuartal kedua lebih rendah, dan sedikit memangkas ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda