Selalu Ada Peluang bila Mau Berinovasi
Selasa, 30 Juni 2020 - 22:05 WIB
Dia juga mengingatkan pelonggaran PSBB juga diikuti risiko munculnya gelombang kedua atau second wave pandemi seperti banyak dikhawatirkan banyak pihak. Menurutnya harus ada disiplin semua pihak karena dikhawatirkan dengan gelombang kedua akan memaksa diberlakukan karantina yang diperketat.
"Risiko gelombang kedua harus diwaspadai supaya kegiatan ekonomi tidak kembali dibatasi," ujarnya.
Founder Batik Trusmi Sally Giovanny mengakui kreativitas membaca kebutuhan konsumen sangat diperlukan pelaku UMKM, khususnya di tengah kondisi seperti sekarang. Dirinya bercerita sempat menutup gerai batiknya di bulan Maret setelah ada kebijakan PSBB. Namun bulan berikutnya dia langsung memutuskan untuk berinovasi dengan mengalihkan fokus bisnisnya menjual produk masker kain bercorak batik dan juga jaket pelindung juga dengan motif batik. Jaket pelindung tersebut menyasar kebutuhan pekerja yang ingin tetap bergaya, namun terlindungi saat perjalanan ke kantor dan pulang dari kantor.
"Kami tutup sebulan untuk melindungi karyawan dan memikirkan strategi. Tidak ada karyawan kena PHK. Karena yang dirumahkan kami kerahkan untuk menjadi penjual masker batik dan jaket pelindung dengan motif batik. Mereka berjualan online di rumah," ujar Sally menceritakan.
Dia meyakini meskipun di saat pandemi saat ini namun masih ada daya beli di masyarakat. Menurutnya pelaku UMKM harus tahu mau jualan apa, atau mencari produk apa yang bisa dikembangkan. Dia menyarankan agar pelaku UMKM melirik barang kebutuhan pokok misalnya dengan menjual frozen food. Kebutuhan lainnya yang laris seperti personal care, multivitamin, suplemen, hand sanitizer, masker, bahkan APD, masih memiliki peluang yang masih besar.
"Terbukti respon pasar sangat bagus saat kami berjualan masker corak batik. Lalu ini juga saatnya memperkuat jaringan penjualan online bagi para pelaku UMKM," ujarnya.
Meskipun peluangnya lebih besar dengan pendekatan digital namun juga tidak menjamin keberhasilan seluruhnya. Dia sendiri mengalami kegagalan setelah mencoba menawarkan wisata virtual dan kurang diminati pasar.
"Kami coba alihkan unit bisnis pariwisata dengan produk wisata virtual tapi kurang laku. Sepertinya untuk pariwisata masyarakat kita masih membutuhkan sentuhan fisik," papar Sally.
Sementara itu Founder Bolu Lapis Bogor Sangkuriang Rizka Wahyu juga menilai meskipun penjualan online penting namun belum dapat sepenuhnya menggantikan penjualan offline di toko. Dari pengalamannya saat pandemi terlihat masyarakat mulai langsung ramai berbelanja ke toko dibandingkan membeli di e-commerce. Sehingga dia menilai jalur penjualan terbaik adalah Omni channel yang memadukan penjualan online dan offline.
"Kami beralih dari offline lalu menggunakan e-commerce tapi sekarang seperti sudah normal kembali. Konsumen sudah kembali ramai ke toko seperti masa sebelum pandemi," ujar Rizka.
"Risiko gelombang kedua harus diwaspadai supaya kegiatan ekonomi tidak kembali dibatasi," ujarnya.
Founder Batik Trusmi Sally Giovanny mengakui kreativitas membaca kebutuhan konsumen sangat diperlukan pelaku UMKM, khususnya di tengah kondisi seperti sekarang. Dirinya bercerita sempat menutup gerai batiknya di bulan Maret setelah ada kebijakan PSBB. Namun bulan berikutnya dia langsung memutuskan untuk berinovasi dengan mengalihkan fokus bisnisnya menjual produk masker kain bercorak batik dan juga jaket pelindung juga dengan motif batik. Jaket pelindung tersebut menyasar kebutuhan pekerja yang ingin tetap bergaya, namun terlindungi saat perjalanan ke kantor dan pulang dari kantor.
"Kami tutup sebulan untuk melindungi karyawan dan memikirkan strategi. Tidak ada karyawan kena PHK. Karena yang dirumahkan kami kerahkan untuk menjadi penjual masker batik dan jaket pelindung dengan motif batik. Mereka berjualan online di rumah," ujar Sally menceritakan.
Dia meyakini meskipun di saat pandemi saat ini namun masih ada daya beli di masyarakat. Menurutnya pelaku UMKM harus tahu mau jualan apa, atau mencari produk apa yang bisa dikembangkan. Dia menyarankan agar pelaku UMKM melirik barang kebutuhan pokok misalnya dengan menjual frozen food. Kebutuhan lainnya yang laris seperti personal care, multivitamin, suplemen, hand sanitizer, masker, bahkan APD, masih memiliki peluang yang masih besar.
"Terbukti respon pasar sangat bagus saat kami berjualan masker corak batik. Lalu ini juga saatnya memperkuat jaringan penjualan online bagi para pelaku UMKM," ujarnya.
Meskipun peluangnya lebih besar dengan pendekatan digital namun juga tidak menjamin keberhasilan seluruhnya. Dia sendiri mengalami kegagalan setelah mencoba menawarkan wisata virtual dan kurang diminati pasar.
"Kami coba alihkan unit bisnis pariwisata dengan produk wisata virtual tapi kurang laku. Sepertinya untuk pariwisata masyarakat kita masih membutuhkan sentuhan fisik," papar Sally.
Sementara itu Founder Bolu Lapis Bogor Sangkuriang Rizka Wahyu juga menilai meskipun penjualan online penting namun belum dapat sepenuhnya menggantikan penjualan offline di toko. Dari pengalamannya saat pandemi terlihat masyarakat mulai langsung ramai berbelanja ke toko dibandingkan membeli di e-commerce. Sehingga dia menilai jalur penjualan terbaik adalah Omni channel yang memadukan penjualan online dan offline.
"Kami beralih dari offline lalu menggunakan e-commerce tapi sekarang seperti sudah normal kembali. Konsumen sudah kembali ramai ke toko seperti masa sebelum pandemi," ujar Rizka.
tulis komentar anda