Profil Karen Agustiawan: Mantan Dirut Pertamina Wanita Pertama dan Paling Lama Menjabat
Rabu, 31 Agustus 2022 - 15:32 WIB
Tidak hanya itu, dalam pengelolaan perusahaan pada jabatannya, Pertamina mengalami kemajuan dengan skor GCG sebesar 93,51 dan skor tingkat kesehatan perusahaan mencapai 94,43.
Pencapaian Karen lainnya adalah saat Ia berada pada urutan pertama pada the 15 Most Influential Female Executives in the Oil and Gas Industry dalam lembaga training dan event Terapin yang berada di London.
Saat menjabat, Karen menghantarkan Pertamina masuk dalam jajaran 500 perusahaan dunia terbesar. Kinerja luar biasa, mengingat Pertamina secara perdana masuk dalam daftar FORTUNE Global 500 -ajang tahunan yang dilakukan Majalah Fortune sejak 1955.
FORTUNE Global 500 dianggap sebagai simbol keberhasilan korporasi karena mencerminkan pengakuan dunia, apalagi Pertamina merupakan perusahaan Indonesia yang pertama masuk dalam daftar bergengsi dunia itu.
Pada 2014, Pertamina yang berada di posisi 123 mengalahkan beberapa perusahaan dunia lain, seperti PepsiCo yang ada di peringkat 137, Unilever di peringkat 140, Google yang ada di posisi 162 dan Caterpillar yang ada di peringkat 181. Keberhasilan Pertamina tak lepas dari cemerlangnya kinerja keuangan perseroan.
Pendapatan Pertamina di 2013 mencapai total USD71,1 miliar dengan laba bersih meningkat 11% menjadi USD3,07 miliar dari tahun sebelumnya yaitu USD2,77 miliar.
Di bawah kepemimpinan Karen ini, Pertamina juga berekspansi bisnis migas di sejumlah negara. Salah satunya yakni pembelian aset milik Conoco Phillips di Aljazair pada Desember 2012. Saat itu, Karen mengatakan akusisi itu dapat menambah produksi Pertamina secara signifikan dalam waktu cepat dengan minyak mentah berkualitas tinggi.
Target peningkatan produksinya sebesar 35.000 bopd, yang efektif pada 1 Juli 2013. Selain sukses membawa Pertamina ke level internasional, perempuan lulusan Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung (ITB) ini juga pernah tercatat menempati urutan teratas daftar 50 wanita pelaku bisnis paling kuat di Asia versi majalah bisnis Forbes pada 2011.
Karen mengakhiri jabatannya sebagai Direktur Utama Pertamina pada tahun 2014 setelah mengajukan surat pengunduran dirinya karena ingin fokus bersama keluarga.
Terjegal Kasus Korupsi
Pencapaian Karen lainnya adalah saat Ia berada pada urutan pertama pada the 15 Most Influential Female Executives in the Oil and Gas Industry dalam lembaga training dan event Terapin yang berada di London.
Saat menjabat, Karen menghantarkan Pertamina masuk dalam jajaran 500 perusahaan dunia terbesar. Kinerja luar biasa, mengingat Pertamina secara perdana masuk dalam daftar FORTUNE Global 500 -ajang tahunan yang dilakukan Majalah Fortune sejak 1955.
FORTUNE Global 500 dianggap sebagai simbol keberhasilan korporasi karena mencerminkan pengakuan dunia, apalagi Pertamina merupakan perusahaan Indonesia yang pertama masuk dalam daftar bergengsi dunia itu.
Pada 2014, Pertamina yang berada di posisi 123 mengalahkan beberapa perusahaan dunia lain, seperti PepsiCo yang ada di peringkat 137, Unilever di peringkat 140, Google yang ada di posisi 162 dan Caterpillar yang ada di peringkat 181. Keberhasilan Pertamina tak lepas dari cemerlangnya kinerja keuangan perseroan.
Pendapatan Pertamina di 2013 mencapai total USD71,1 miliar dengan laba bersih meningkat 11% menjadi USD3,07 miliar dari tahun sebelumnya yaitu USD2,77 miliar.
Di bawah kepemimpinan Karen ini, Pertamina juga berekspansi bisnis migas di sejumlah negara. Salah satunya yakni pembelian aset milik Conoco Phillips di Aljazair pada Desember 2012. Saat itu, Karen mengatakan akusisi itu dapat menambah produksi Pertamina secara signifikan dalam waktu cepat dengan minyak mentah berkualitas tinggi.
Target peningkatan produksinya sebesar 35.000 bopd, yang efektif pada 1 Juli 2013. Selain sukses membawa Pertamina ke level internasional, perempuan lulusan Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung (ITB) ini juga pernah tercatat menempati urutan teratas daftar 50 wanita pelaku bisnis paling kuat di Asia versi majalah bisnis Forbes pada 2011.
Karen mengakhiri jabatannya sebagai Direktur Utama Pertamina pada tahun 2014 setelah mengajukan surat pengunduran dirinya karena ingin fokus bersama keluarga.
Terjegal Kasus Korupsi
tulis komentar anda