Waduh! Inflasi Bikin Biaya KPR di Amerika Menjulang, Bubble Properti Terulang?
Jum'at, 16 September 2022 - 07:36 WIB
JAKARTA - Gara-gara inflasi yang tetap tinggi, Amerika Serikat (AS) kini menghadapi ancaman baru. Biaya hipotek atau KPR di AS telah mencapai level tertinggi sejak krisis keuangan 2008, ketika negara itu berjuang untuk mengendalikan harga yang melonjak.
Tingkat bunga rata-rata KPR 30 tahun mencapai 6,02% minggu ini, lebih dari dua kali lipat dari tahun lalu. Bagi keluarga yang berharap membeli rumah, kenaikan itu menambah masalah keterjangkauan.
Kenaikan biaya KPR terjadi karena bank sentral AS secara agresif menaikkan suku bunga dalam upaya mengurangi tekanan inflasi. Harga konsumen AS naik sebesar 8,3% di tahun ini hingga Agustus, tingkat tercepat dalam hampir 40 tahun.
Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan banyak pihak, sehingga meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan terus menaikkan suku bunganya secara agresif. Nah bunga biaya KPR telah melonjak untuk mengantisipasi pergerakan tersebut.
"Suku bunga terus naik bersamaan dengan angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan minggu ini, melebihi 6% untuk pertama kalinya sejak akhir 2008," kata Sam Khater, kepala ekonom di Freddie Mac, perusahaan hipotek yang disponsori pemerintah yang merilis data suku bunga. dikutip dari BBC, Jumat (16/9/2022).
Dengan menaikkan biaya pinjaman, pembuat kebijakan berharap bisa menurunkan permintaan dari bisnis dan rumah tangga, sehingga mengurangi tekanan yang mendorong kenaikan harga. Tapi di pasar perumahan, tingkat bunga yang lebih tinggi telah memperlambat penjualan, sebab harga properti terus naik.
Biaya rumah biasa di AS lebih dari USD400.000 (Rp58 miliar/kurs Rp14.500) pada bulan Juli, naik lebih dari 10% dari tahun sebelumnya. "Meskipun kenaikan tarif akan terus mengurangi permintaan dan menekan harga rumah, persediaan tetap tidak mencukupi," kata Khater.
Lonjakan tingkat KPR adalah perubahan besar untuk pasar perumahan di AS, yang telah menikmati biaya pinjaman yang relatif rendah sejak 2008, ketika bank sentral AS memangkas suku bunga selama krisis keuangan untuk membantu menopang perekonomian.
Tingkat bunga rata-rata KPR 30 tahun mencapai 6,02% minggu ini, lebih dari dua kali lipat dari tahun lalu. Bagi keluarga yang berharap membeli rumah, kenaikan itu menambah masalah keterjangkauan.
Kenaikan biaya KPR terjadi karena bank sentral AS secara agresif menaikkan suku bunga dalam upaya mengurangi tekanan inflasi. Harga konsumen AS naik sebesar 8,3% di tahun ini hingga Agustus, tingkat tercepat dalam hampir 40 tahun.
Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan banyak pihak, sehingga meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan terus menaikkan suku bunganya secara agresif. Nah bunga biaya KPR telah melonjak untuk mengantisipasi pergerakan tersebut.
"Suku bunga terus naik bersamaan dengan angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan minggu ini, melebihi 6% untuk pertama kalinya sejak akhir 2008," kata Sam Khater, kepala ekonom di Freddie Mac, perusahaan hipotek yang disponsori pemerintah yang merilis data suku bunga. dikutip dari BBC, Jumat (16/9/2022).
Dengan menaikkan biaya pinjaman, pembuat kebijakan berharap bisa menurunkan permintaan dari bisnis dan rumah tangga, sehingga mengurangi tekanan yang mendorong kenaikan harga. Tapi di pasar perumahan, tingkat bunga yang lebih tinggi telah memperlambat penjualan, sebab harga properti terus naik.
Biaya rumah biasa di AS lebih dari USD400.000 (Rp58 miliar/kurs Rp14.500) pada bulan Juli, naik lebih dari 10% dari tahun sebelumnya. "Meskipun kenaikan tarif akan terus mengurangi permintaan dan menekan harga rumah, persediaan tetap tidak mencukupi," kata Khater.
Lonjakan tingkat KPR adalah perubahan besar untuk pasar perumahan di AS, yang telah menikmati biaya pinjaman yang relatif rendah sejak 2008, ketika bank sentral AS memangkas suku bunga selama krisis keuangan untuk membantu menopang perekonomian.
tulis komentar anda