Bunga BI Naik 4,25% Bareng Harga BBM, Apa Kabar Cicilan KPR dan Kredit Motor?
Jum'at, 23 September 2022 - 15:02 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen pada Kamis (22/9). Kenaikan bunga BI tersebut bebarengan dengan harga BBM bersubsidi.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan kebijakan tersebut akan menjadi beban ganda bagi masyarakat. "Masyarakat menjadi tertimpa beban ganda. Jadi masyarakat itu harus mengeluarkan biaya hidup ini jauh lebih mahal pasca kenaikan harga BBM dan harga pangan karena tertekan oleh inflasi. Sementara dari sisi pendapatan belum bisa pulih seperti pra pandemi," ujar Bhima kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (23/9/2022).
Sambungnya, saat ini masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya pulih ekonominya karena dampak dari pandemi. Misalnya, masih ada masyarakat yang belum dipekerjakan selama penuh waktu, ada juga yang gajinya penuh atau masih dipangkas, lalu bonusnya yang belum cair.
Lebih lanjut Bhima menuturkan, dari naiknya bunga acuan maka menciptakan kenaikan tingkat suku bunga pinjaman. Sehingga secara tidak langsung mendesak masyarakat untuk membayar cicilan jadi jauh lebih mahal. Seperti contohnya kredit untuk KPR.
"Nah, ini akan mengancam banyak sekali anak muda kesulitan untuk bisa mencicil rumah melalui skema KPR. Atau misalnya mau membeli rumah tentu lokasinya menjadi sangat jauh dari tempat kerja yang mungkin bisa dua jam perjalanan karena harga rumahnya naik namun pendapatan tidak bisa mengimbangi kenaikan harga rumah sekaligus bunga pinjaman KPR, floting ratenya juga semakin mahal," terangnya.
Tak hanya itu, imbas dari naiknya BBM dan suku bunga acuan juga mengancam produsen otomotif. Pasalnya, saat harga BBM naik pada 2014, penjualan sepeda motor mengalami penurunan sampai 14 persen.
Sementara saat ini, harga BBM subsidi dinaikkan lagi oleh pemerintah ditambah suku bunga acuan naik maka merembet pada bunga leasing juga akan naik. Sehingga hal itu dapat menurunkan minat masyarakat untuk mengambil kredit kendaraan bermotor pada tahun ini dan tahun-tahun mendatang. "Ini kan sangat memukul produsen otomotif," pungkas Bhima.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan kebijakan tersebut akan menjadi beban ganda bagi masyarakat. "Masyarakat menjadi tertimpa beban ganda. Jadi masyarakat itu harus mengeluarkan biaya hidup ini jauh lebih mahal pasca kenaikan harga BBM dan harga pangan karena tertekan oleh inflasi. Sementara dari sisi pendapatan belum bisa pulih seperti pra pandemi," ujar Bhima kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (23/9/2022).
Sambungnya, saat ini masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya pulih ekonominya karena dampak dari pandemi. Misalnya, masih ada masyarakat yang belum dipekerjakan selama penuh waktu, ada juga yang gajinya penuh atau masih dipangkas, lalu bonusnya yang belum cair.
Lebih lanjut Bhima menuturkan, dari naiknya bunga acuan maka menciptakan kenaikan tingkat suku bunga pinjaman. Sehingga secara tidak langsung mendesak masyarakat untuk membayar cicilan jadi jauh lebih mahal. Seperti contohnya kredit untuk KPR.
"Nah, ini akan mengancam banyak sekali anak muda kesulitan untuk bisa mencicil rumah melalui skema KPR. Atau misalnya mau membeli rumah tentu lokasinya menjadi sangat jauh dari tempat kerja yang mungkin bisa dua jam perjalanan karena harga rumahnya naik namun pendapatan tidak bisa mengimbangi kenaikan harga rumah sekaligus bunga pinjaman KPR, floting ratenya juga semakin mahal," terangnya.
Baca Juga
Tak hanya itu, imbas dari naiknya BBM dan suku bunga acuan juga mengancam produsen otomotif. Pasalnya, saat harga BBM naik pada 2014, penjualan sepeda motor mengalami penurunan sampai 14 persen.
Sementara saat ini, harga BBM subsidi dinaikkan lagi oleh pemerintah ditambah suku bunga acuan naik maka merembet pada bunga leasing juga akan naik. Sehingga hal itu dapat menurunkan minat masyarakat untuk mengambil kredit kendaraan bermotor pada tahun ini dan tahun-tahun mendatang. "Ini kan sangat memukul produsen otomotif," pungkas Bhima.
(nng)
tulis komentar anda