Pertamina Turunkan Harga Pertalite Rp6.450 per Liter di Denpasar, Ada Apa?
Senin, 06 Juli 2020 - 10:44 WIB
Program ini juga disiapkan sejalan dengan Denpasar Smart City, yang mengedepankan budaya ramah lingkungan dalam lingkup kewilayahannya. Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menyambut positif Program Langit Biru di Denpasar, Bali, karena selaras dengan gagasan Pemprov, Bali Era Baru, dengan mendorong animo masyarakat untuk Work From Bali.
"Mengajak masyarakat yang tidak hanya wisatawan untuk bekerja sambil berlibur dari Bali, dengan suasana yang ramah lingkungan, bebas kantong plastik, dan udara bersih rendah emisi," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan Universitas Udayana (Unud) Ketut Gede Dharma Putra, Bali kini menghadapi ancaman pencemaran lingkungan hidup, salah satunya kualitas udara. Ia menilai, tingkat pencemaran beberapa kawasan padat lalu lintas di Bali semakin bertambah setiap tahun, seperti Kota Denpasar, Kabupaten Badung, terutama Badung Selatan. Tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi ini dikhawatirkan bisa membuat para wisatawan jadi enggan datang ke Bali.
Dia mengatakan, penyumbang terbesar polusi udara di Bali adalah emisi gas buang kendaraan bermotor yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahun. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya kendaraan bermotor yang disebabkan sistem transportasi publik tidak berfungsi dengan baik. "Polutan paling besar dari aktivitas transportasi," tandasnya.
Sebagai informasi, polusi udara di Provinsi Bali dinilai mulai mengkhawatirkan. Data terbaru dari www.iqair.com per 3 Juli 2020, tercatat ada dua daerah Bali yang masuk dalam daftar 5 besar daerah dengan kualitas udara terburuk di Indonesia, yakni Kota Ubud dan Kabupaten Badung. "Bila pencemaran udara di Bali makin tak terkendali, dikhawatirkan akan membuat para wisatawan jadi enggan datang ke Bali," tandas dia.
"Mengajak masyarakat yang tidak hanya wisatawan untuk bekerja sambil berlibur dari Bali, dengan suasana yang ramah lingkungan, bebas kantong plastik, dan udara bersih rendah emisi," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan Universitas Udayana (Unud) Ketut Gede Dharma Putra, Bali kini menghadapi ancaman pencemaran lingkungan hidup, salah satunya kualitas udara. Ia menilai, tingkat pencemaran beberapa kawasan padat lalu lintas di Bali semakin bertambah setiap tahun, seperti Kota Denpasar, Kabupaten Badung, terutama Badung Selatan. Tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi ini dikhawatirkan bisa membuat para wisatawan jadi enggan datang ke Bali.
Dia mengatakan, penyumbang terbesar polusi udara di Bali adalah emisi gas buang kendaraan bermotor yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahun. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya kendaraan bermotor yang disebabkan sistem transportasi publik tidak berfungsi dengan baik. "Polutan paling besar dari aktivitas transportasi," tandasnya.
Sebagai informasi, polusi udara di Provinsi Bali dinilai mulai mengkhawatirkan. Data terbaru dari www.iqair.com per 3 Juli 2020, tercatat ada dua daerah Bali yang masuk dalam daftar 5 besar daerah dengan kualitas udara terburuk di Indonesia, yakni Kota Ubud dan Kabupaten Badung. "Bila pencemaran udara di Bali makin tak terkendali, dikhawatirkan akan membuat para wisatawan jadi enggan datang ke Bali," tandas dia.
(nng)
tulis komentar anda