Gara-gara Inflasi, Rupiah Melemah ke Rp15.597 atas Dolar
Senin, 31 Oktober 2022 - 16:50 WIB
JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 43 poin atas dolar Amerika Serikat ke level Rp15.597 pada perdagangan sore ini, Senin (31/10/2022). Salah satu penyebabnya adalah tekanan inflasi pada sejumlah negara, termasuk di Indonesia juga.
"Dalam rangka menghadapi inflasi yang terjadi karena pemulihan pasca-pandemi, bank-bank sentral di seluruh dunia perlu menaikkan suku bunga dengan tambahan 2 poin persentase agar sesuai dengan target Bank Dunia," ujar Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang, Senin (31/10/2022).
Menurut Ibrahim, peningkatan inflasi disertai dengan tekanan pasar keuangan sehingga pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global akan melambat menjadi 0,5% pada 2023, kontraksi 0,4% dalam istilah per kapita akan memenuhi definisi teknis dari resesi global.
Bank Indonesia pun melakukan survei bahwa inflasi pada Oktober 2022 akan mencapai 5,8% secara tahunan (YoY). Inflasi ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan inflasi pada September 2022 yang mencapai 5,95% secara tahunan (YoY).
"Sedangkan secara bulanan diperkirakan inflasi akan mencapai 0,05% yang disumbang oleh kenaikan harga bensin sebesar 0,06% dan tarif angkutan kota sebesar 0,04%," lanjutnya.
Ibrahim menambahkan, Bank Indonesia sudah menerima mandat untuk menjaga laju inflasi, dan akan mencoba mengendalikan inflasi tergantung source atau akar permasalahan yang ada di lapangan. Strategi pengendalian inflasi di Indonesia bukan semata-mata dengan menaikkan suku bunga, tetapi ada berbagai faktor yang mendorong laju inflasi, contohnya pasokan dan distribusi masing-masing komoditas.
Ibrahim memprediksi, untuk perdagangan besok, Selasa (1/11/2022) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.570-Rp15.650.
"Dalam rangka menghadapi inflasi yang terjadi karena pemulihan pasca-pandemi, bank-bank sentral di seluruh dunia perlu menaikkan suku bunga dengan tambahan 2 poin persentase agar sesuai dengan target Bank Dunia," ujar Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang, Senin (31/10/2022).
Menurut Ibrahim, peningkatan inflasi disertai dengan tekanan pasar keuangan sehingga pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global akan melambat menjadi 0,5% pada 2023, kontraksi 0,4% dalam istilah per kapita akan memenuhi definisi teknis dari resesi global.
Bank Indonesia pun melakukan survei bahwa inflasi pada Oktober 2022 akan mencapai 5,8% secara tahunan (YoY). Inflasi ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan inflasi pada September 2022 yang mencapai 5,95% secara tahunan (YoY).
"Sedangkan secara bulanan diperkirakan inflasi akan mencapai 0,05% yang disumbang oleh kenaikan harga bensin sebesar 0,06% dan tarif angkutan kota sebesar 0,04%," lanjutnya.
Ibrahim menambahkan, Bank Indonesia sudah menerima mandat untuk menjaga laju inflasi, dan akan mencoba mengendalikan inflasi tergantung source atau akar permasalahan yang ada di lapangan. Strategi pengendalian inflasi di Indonesia bukan semata-mata dengan menaikkan suku bunga, tetapi ada berbagai faktor yang mendorong laju inflasi, contohnya pasokan dan distribusi masing-masing komoditas.
Ibrahim memprediksi, untuk perdagangan besok, Selasa (1/11/2022) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.570-Rp15.650.
(uka)
tulis komentar anda