Uji Kelayakan jadi Deputi Gubernur BI, Ini Jurus Juda Agung Selamatkan Ekonomi RI
Selasa, 07 Juli 2020 - 12:22 WIB
JAKARTA - Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saat ini tengah melakukan rangkaian uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) kepada tiga calon Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) pada hari ini dan esok hari. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajukan tiga calon yaitu Aida S. Budiman, Doni Primanto Joewono, dan Juda Agung.
Salah satu kandidat, Juda Agung yang kini menjabat Asisten Gubernur dan juga Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial, kepada DPR mengungkapkan pandangannya atas upaya penyelamatan ekonomi ditengah perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19 maupun gejolak global yang sedang terjadi.
Menurutnya, ekonomi Indonesia harus bisa menerapkan 3 fase penyelamatan ekonomi. "Penyelamatan ekonomi ini harus bertahap sesuai prioritas dimana tahun 2020 ialah fase penyelamatan sampai awal 2021 ini seperti manajemen krisis bertahan dari terhentinya kondisi ekonomi. Kunci penyalamatan fase pertama adalah bantuan sosial dan restrukturisasi kredit," ujar Juda di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (7/7/2020).
(Baca Juga: Tiga Kandidat Bersaing Uji Kelayakan Deputi Gubernur BI Hari Ini)
Setelah itu pada fase kedua, Juda meyakini pada tahun 2021 telah memasuki fase pemulihan dengan terus mendorong akselerasi pemulihan ekonomi diantaranya mendorong permintaan, penyiapan ekonomi digital serta reaktifitas ekonomi. Juda sendiri optimis ekonomi pada tahun 2021 dapat tumbuh pada level 6,71%. "Untuk pemulihan ekonomi ini kuncinya sejauh mana efektivitas upaya kita menangani Covid dan pemulihan ekonomi," katanya.
Dan terakhir fase ketiga ialah fase normalisasi kebijakan pada tahun 2022 hingga 2023 dimana penguatan kebijakan struktural harus terus dibangun agar dapat menjalanka ekonomi dalam era yang baru atau new normal. "Jika bisa dilakukan, ekonomi dapat tumbuh 5,35% pada 2022 serta 5,42% pada 2023," tandasnya.
Salah satu kandidat, Juda Agung yang kini menjabat Asisten Gubernur dan juga Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial, kepada DPR mengungkapkan pandangannya atas upaya penyelamatan ekonomi ditengah perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19 maupun gejolak global yang sedang terjadi.
Menurutnya, ekonomi Indonesia harus bisa menerapkan 3 fase penyelamatan ekonomi. "Penyelamatan ekonomi ini harus bertahap sesuai prioritas dimana tahun 2020 ialah fase penyelamatan sampai awal 2021 ini seperti manajemen krisis bertahan dari terhentinya kondisi ekonomi. Kunci penyalamatan fase pertama adalah bantuan sosial dan restrukturisasi kredit," ujar Juda di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (7/7/2020).
(Baca Juga: Tiga Kandidat Bersaing Uji Kelayakan Deputi Gubernur BI Hari Ini)
Setelah itu pada fase kedua, Juda meyakini pada tahun 2021 telah memasuki fase pemulihan dengan terus mendorong akselerasi pemulihan ekonomi diantaranya mendorong permintaan, penyiapan ekonomi digital serta reaktifitas ekonomi. Juda sendiri optimis ekonomi pada tahun 2021 dapat tumbuh pada level 6,71%. "Untuk pemulihan ekonomi ini kuncinya sejauh mana efektivitas upaya kita menangani Covid dan pemulihan ekonomi," katanya.
Dan terakhir fase ketiga ialah fase normalisasi kebijakan pada tahun 2022 hingga 2023 dimana penguatan kebijakan struktural harus terus dibangun agar dapat menjalanka ekonomi dalam era yang baru atau new normal. "Jika bisa dilakukan, ekonomi dapat tumbuh 5,35% pada 2022 serta 5,42% pada 2023," tandasnya.
(fai)
tulis komentar anda