Bank Sampah Pertamina Usir Banjir dari Jakarta Utara
Kamis, 10 November 2022 - 20:38 WIB
Bendahara Bank Sampah Berkah Suhartini mengatakan, pada periode Januari-September 2022, Bank Sampah Berkah menerima 15,3 ton sampah senilai Rp43,6 juta. Sampah-sampah itu kemudian diolah menjadi beraneka kerajinan, hingg pupuk dan menghasilkan volume setara 12,1 ton senilai Rp65,15 juta. “Setelah sampah diolah selain digunakan untuk produksi kerajinan, juga dijual ke pihak lain. Saat ini tabungan warga sudah mencapai Rp19,3 juta. Jumlah nasabah sebanyak 250 orang,” tuturnya.
Di Jakarta, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume sampah yang terangkut sangat besar. Pada 2021 mencapai 7.233,82 ton per hari. Sedangkan pada 2020, jumlah sampah terangkut mencapai 7.587,49 ton per hari. Sedangkan di Jakarta Utara sempat menembus 1.064,24 ton per hari pada kuartal pertama 2020.
Tak sekadar mengelola sampah, Bank Sampah Berkah juga memiliki divisi kerajinan yang bertugas untuk mengolah sampah sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. “Kami olah galon air mineral bekas yang dijual oleh ibu-ibu seharga Rp2.000. Kami olah menjadi pot plastik, hingga ondel-ondel plastik yang akan dipasang di fasilitas publik,”ujar Wangimas (45), salah satu pengrajin di Bank Sampah Berkah. Jika dijual, harga produk kerajinan itu mencapai Rp15 ribu untuk pot dan Rp30 ribu untuk ondel-ondel dari galon air mineral bekas.
Pria asal Kotabaru Yogyakarta yang sudah 14 tahun bermukim di kelurahan Tugu Selatan itu sebelumnya berprofesi sebagai pelukis. “Disini tidak melulu soal nilai ekonomis saja tetapi juga sosial,”tegasnya. Dirinya kerap diajak keliling oleh kepala kantor kelurahan saat melakukan sosialisai ke warga, termasuk sosialisasi ke lembaga pendidikan dari sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama, hingga sekolah luar biasa (SLB). “Ada program road to school. Para siswa juga diajarkan cara menyemprotkan warna ke permukaan kerajinan,” sebutnya.
Bank Sampah Berkah kelurahan Tugu Selatan juga berhasil mengolah limbah drum menjadi kursi dan wastafel yang bernilai tinggi. Proses pembuatan kursi membutuhkan waktu sekitar satu bulan. "Pertamina memberikan dukungan sangat besar kepada kami. Bahkan, produk kami pernah dikenalkan oleh pak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) saat pameran di Bumi Serpong Damai (BSD) beberapa waktu lalu,”ungkap Wangimas. Menurut dia, banyak masyarakat yang melakukan penukaran sampah plastik dengan oli motor plus service ringan.
(Baca juga:Pertamina Fasilitasi Bank Sampah Produksi Energi Terbarukan)
Untuk mendapatkan 1 liter oli motor, nasabah bank sampah harus menyetorkan minimal 10 kg sampah plastik yang terdiri dari gelas dan botol minuman plastik. Jika ada kelebihan timbangan, akan dimasukan ke dalam tabungan warga.
Sementara Maliki (47), Warga RT 1 RW 3 Kampung Mangga, kelurahan Tugu Selatan mengatakan, dirinya mengumpulkan sampah plastik maupun sampah organik di rumahnya. Tak hanya berasal dari rumahnya, sampah yang dikumpulkan juga berasal dari sampah yang tercecer di sekitar rumahnya. “Dikumpulkan di rumah dulu di dalam kantong, setelah penuh ditukar. Sekarang setiap rumah sudah memiliki tempat penampungan sampah sendiri,”urainya.
Maliki memaparkan, saluran air di sekitar rumahnya kini bersih dan lancar, sehingga meskipun dilanda hujan deras, kawasan tempat tinggalnya tak pernah tergenang air maupun kebanjiran. “Kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah sudah tinggi, setiap pintu rumah ada tong sampah. Anak kecil pun sudah tebiasa membuang sampah di tempatnya. Selain itu, Bank Sampah Berkah juga mendukung ekonomi warga. Saat kami kepepet dan butuh uang, ada tabungan yang bisa kami gunakan,” tutur pria yang mengaku memiliki satu orang anak itu.
Model Ekonomi Sirkular
Di Jakarta, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume sampah yang terangkut sangat besar. Pada 2021 mencapai 7.233,82 ton per hari. Sedangkan pada 2020, jumlah sampah terangkut mencapai 7.587,49 ton per hari. Sedangkan di Jakarta Utara sempat menembus 1.064,24 ton per hari pada kuartal pertama 2020.
Tak sekadar mengelola sampah, Bank Sampah Berkah juga memiliki divisi kerajinan yang bertugas untuk mengolah sampah sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. “Kami olah galon air mineral bekas yang dijual oleh ibu-ibu seharga Rp2.000. Kami olah menjadi pot plastik, hingga ondel-ondel plastik yang akan dipasang di fasilitas publik,”ujar Wangimas (45), salah satu pengrajin di Bank Sampah Berkah. Jika dijual, harga produk kerajinan itu mencapai Rp15 ribu untuk pot dan Rp30 ribu untuk ondel-ondel dari galon air mineral bekas.
Pria asal Kotabaru Yogyakarta yang sudah 14 tahun bermukim di kelurahan Tugu Selatan itu sebelumnya berprofesi sebagai pelukis. “Disini tidak melulu soal nilai ekonomis saja tetapi juga sosial,”tegasnya. Dirinya kerap diajak keliling oleh kepala kantor kelurahan saat melakukan sosialisai ke warga, termasuk sosialisasi ke lembaga pendidikan dari sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama, hingga sekolah luar biasa (SLB). “Ada program road to school. Para siswa juga diajarkan cara menyemprotkan warna ke permukaan kerajinan,” sebutnya.
Bank Sampah Berkah kelurahan Tugu Selatan juga berhasil mengolah limbah drum menjadi kursi dan wastafel yang bernilai tinggi. Proses pembuatan kursi membutuhkan waktu sekitar satu bulan. "Pertamina memberikan dukungan sangat besar kepada kami. Bahkan, produk kami pernah dikenalkan oleh pak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) saat pameran di Bumi Serpong Damai (BSD) beberapa waktu lalu,”ungkap Wangimas. Menurut dia, banyak masyarakat yang melakukan penukaran sampah plastik dengan oli motor plus service ringan.
(Baca juga:Pertamina Fasilitasi Bank Sampah Produksi Energi Terbarukan)
Untuk mendapatkan 1 liter oli motor, nasabah bank sampah harus menyetorkan minimal 10 kg sampah plastik yang terdiri dari gelas dan botol minuman plastik. Jika ada kelebihan timbangan, akan dimasukan ke dalam tabungan warga.
Sementara Maliki (47), Warga RT 1 RW 3 Kampung Mangga, kelurahan Tugu Selatan mengatakan, dirinya mengumpulkan sampah plastik maupun sampah organik di rumahnya. Tak hanya berasal dari rumahnya, sampah yang dikumpulkan juga berasal dari sampah yang tercecer di sekitar rumahnya. “Dikumpulkan di rumah dulu di dalam kantong, setelah penuh ditukar. Sekarang setiap rumah sudah memiliki tempat penampungan sampah sendiri,”urainya.
Maliki memaparkan, saluran air di sekitar rumahnya kini bersih dan lancar, sehingga meskipun dilanda hujan deras, kawasan tempat tinggalnya tak pernah tergenang air maupun kebanjiran. “Kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah sudah tinggi, setiap pintu rumah ada tong sampah. Anak kecil pun sudah tebiasa membuang sampah di tempatnya. Selain itu, Bank Sampah Berkah juga mendukung ekonomi warga. Saat kami kepepet dan butuh uang, ada tabungan yang bisa kami gunakan,” tutur pria yang mengaku memiliki satu orang anak itu.
Model Ekonomi Sirkular
tulis komentar anda