Pengamat: Kebijakan Cukai Hasil Tembakau seperti Pisau Bermata Dua

Kamis, 10 November 2022 - 22:16 WIB
Sementara itu Peneliti Ekonomi, Aprillia Hariani yang juga merupakan jurnalis dari Majalah Pajak mengungkapkan bahwa Indonesia menganut satu kurva (ekonomi) yang harus ditaati. Namun demikian, kurva tersebut harus menyesuaikan dengan kepentingan politik yang ada. Indonesia menganut satu kurva yang harus ditaati, tapi harus menyesuaikan dengan kepentingan politik.

"Salah satu pengusaha rokok yang ada di Kediri mengeluhkan tindakan pemerintah dalam melakukan pemberantasan rokok ilegal. Ia menilai tindakan pemerintah kurang efektif. Akhirnya, ia mengadu ke Komite Pengawas Pajak," ungkap Aprillia.

Di sisi lain, Pengajar Sastra Inggris, Akhmad Zakky menegaskan bahwa pentingnya Nicotine War untuk dikaji kembali. "Korporasi farmasi berusaha masuk melalui asosiasi profesi dan kemudian merangsek ke dunia mahasiswa kedokteran. Produk tembakau, pada akhirnya, tidak boleh tampil di ruang publik (media)," ujar Zakky.

Zakky juga menyoroti, bahwa tembakau telah menjadi arena pertarungan global yang sangat ketat. Padahal, jika ditarik ke belakang, orang American Native menggunakan tembakau sebagai tradisi. Sekarang tembakau justru dimusuhi.

"Merokok itu membunuhmu, tapi negara mendapatkan untung besar dari produk tembakau. Ini paradoks sekali. Yang patut diketahui adalah dampak Nicotine War hadir di sekeliling kita. Kita hanya diberikan pengetahuan ini merusak atau itu tidak. Ini benar, itu salah. Padahal yang kita lihat adalah perang wacana," pungkasnya.
(akr)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More