Peneliti Celios: Open Banking, Masa Depan Perbankan dan UMKM
Sabtu, 12 November 2022 - 22:59 WIB
JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, open banking merupakan masa depan perbankan dan UMKM di era digitalisasi saat ini. Menurutnya, strategi digital juga cocok dengan kondisi Indonesia dengan jumlah unbanked yang masih terbilang tinggi.
"Open banking memecahkan sejumlah masalah yang saat ini dihadapi perbankan. Dengan membentuk ekosistem pembayaran digital, bank bersama mitra dapat meningkatkan transaksi digital, menggaet nasabah baru, dan efisien dari sisi operasional," ungkap Bhima di Jakarta, Sabtu (12/11/2022).
Untuk bank-bank dikategori KBMI 1 dan 2, lanjut Bhima, open banking mendorong efisiensi dari sisi operasional perbankan. Karena transformasi digital bukan merupakan langkah korporasi yang berbiaya murah.
“Keberadaan open banking ini mendamaikan bank dan fintech, tidak lagi ada kompetisi antara perbankan dan fintech. Yang terjadi justru kolaborasi yang meluas antara keduanya, yang memberikan nilai tambah bagi nasabah dan win win solution untuk keduanya," ujarnya.
Menurut dia, open banking juga menyelesaikan permasalahan gap infrastruktur. Pembayaran digital di Indonesia dipengaruhi terutama oleh infrastruktur. Namun, infrastruktur digital belum merata.
"Masih ada gap antara Jawa dan luar Jawa, terutama pedesaan. Hadirnya open banking dan daya jelajah fintech menyebabkan bank dapat memberikan layanan keuangan hingga ke pelosok," ungkapnya..
Di sisi lain, lanjut dia, open banking juga membuka kerja sama lebih luas dengan pemain ritel tradisional, yang notabene adalah pelaku UMKM.
"Hingga kini, pemain ritel tradisional seperti warung dan pasar tradisional masih lambat dalam mengadopsi pembayaran digital. Sementara ritel dan pasar tradisional menguasai lebih dari 75 persen total transaksi ritel nasional," pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan, perubahan lanskap pembayaran digital di Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor.
"Open banking memecahkan sejumlah masalah yang saat ini dihadapi perbankan. Dengan membentuk ekosistem pembayaran digital, bank bersama mitra dapat meningkatkan transaksi digital, menggaet nasabah baru, dan efisien dari sisi operasional," ungkap Bhima di Jakarta, Sabtu (12/11/2022).
Untuk bank-bank dikategori KBMI 1 dan 2, lanjut Bhima, open banking mendorong efisiensi dari sisi operasional perbankan. Karena transformasi digital bukan merupakan langkah korporasi yang berbiaya murah.
“Keberadaan open banking ini mendamaikan bank dan fintech, tidak lagi ada kompetisi antara perbankan dan fintech. Yang terjadi justru kolaborasi yang meluas antara keduanya, yang memberikan nilai tambah bagi nasabah dan win win solution untuk keduanya," ujarnya.
Menurut dia, open banking juga menyelesaikan permasalahan gap infrastruktur. Pembayaran digital di Indonesia dipengaruhi terutama oleh infrastruktur. Namun, infrastruktur digital belum merata.
"Masih ada gap antara Jawa dan luar Jawa, terutama pedesaan. Hadirnya open banking dan daya jelajah fintech menyebabkan bank dapat memberikan layanan keuangan hingga ke pelosok," ungkapnya..
Di sisi lain, lanjut dia, open banking juga membuka kerja sama lebih luas dengan pemain ritel tradisional, yang notabene adalah pelaku UMKM.
"Hingga kini, pemain ritel tradisional seperti warung dan pasar tradisional masih lambat dalam mengadopsi pembayaran digital. Sementara ritel dan pasar tradisional menguasai lebih dari 75 persen total transaksi ritel nasional," pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan, perubahan lanskap pembayaran digital di Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor.
tulis komentar anda