Erdogan: Perdebatan Soal Resesi Menunjukkan Bahaya yang Menanti
Rabu, 16 November 2022 - 15:21 WIB
BALI - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa dunia sedang mengalami proses yang menyakitkan. Itu semua dimulai dengan pandemi Covid-19 yang terjadi dalam tiga tahun terakhir, dan menjadi semakin rumit akibat adanya konflik panas dan tekanan regional.
"Kami masih merasakan imbas dari langkah-langkah ketat yang kami ambil selama pandemi pada rantai pasok dan fungsi perdagangan internasional. Secara khusus, harga energi, pangan, dan bahan mentah yang luar biasa tinggi tampak mendorong semua ekonomi ke tepi jurang tanpa adanya pengecualian," ujar Erdogan dalam konferensi pers di Nusa Dua, Rabu(16/11/2022).
Kurva inflasi yang mencapai puncak, dalam 5-6 dekade terakhir di berbagai kawasan, termasuk Eropa dan Amerika Serikat (AS), menunjukkan betapa besarnya masalah yang sedang dihadapi dunia saat ini. Tak peduli semaju apa pun negara itu, tidak ada satu pun negara yang berhasil dalam menjaga negaranya dari inflasi ini dan dampaknya.
"Kita sekarang melihat rumus tradisional, seperti metode 'one size fits all', sama sekali belum memproduksi hasil yang diinginkan. Dan juga semua yang memakai metode itu kini menghadapi masalah inflasi yang justru semakin meningkat dan juga pengangguran. Perdebatan soal resesi di ekonomi global menunjukkan bahaya yang menanti dalam waktu dekat," ungkap Erdogan.
Berdasarkan laporan dari organisasi-organisasi internasional, beberapa indikator ekonomi menunjukkan bahwa jika terjadi kegagalan menemukan jalan keluar, maka imbasnya, kondisi saat ini justru akan menjadi semakin parah.
"Dan tentu saja, krisis ini bukan hanya terjadi di kawasan tertentu, tetapi di seluruh dunia, baik dari Barat ke Timur, Utara ke Selatan. Bagaimanapun, negara-negara rentan di Afrika dan Asia adalah yang terhantam paling parah," pungkas Erdogan.
"Kami masih merasakan imbas dari langkah-langkah ketat yang kami ambil selama pandemi pada rantai pasok dan fungsi perdagangan internasional. Secara khusus, harga energi, pangan, dan bahan mentah yang luar biasa tinggi tampak mendorong semua ekonomi ke tepi jurang tanpa adanya pengecualian," ujar Erdogan dalam konferensi pers di Nusa Dua, Rabu(16/11/2022).
Kurva inflasi yang mencapai puncak, dalam 5-6 dekade terakhir di berbagai kawasan, termasuk Eropa dan Amerika Serikat (AS), menunjukkan betapa besarnya masalah yang sedang dihadapi dunia saat ini. Tak peduli semaju apa pun negara itu, tidak ada satu pun negara yang berhasil dalam menjaga negaranya dari inflasi ini dan dampaknya.
"Kita sekarang melihat rumus tradisional, seperti metode 'one size fits all', sama sekali belum memproduksi hasil yang diinginkan. Dan juga semua yang memakai metode itu kini menghadapi masalah inflasi yang justru semakin meningkat dan juga pengangguran. Perdebatan soal resesi di ekonomi global menunjukkan bahaya yang menanti dalam waktu dekat," ungkap Erdogan.
Berdasarkan laporan dari organisasi-organisasi internasional, beberapa indikator ekonomi menunjukkan bahwa jika terjadi kegagalan menemukan jalan keluar, maka imbasnya, kondisi saat ini justru akan menjadi semakin parah.
"Dan tentu saja, krisis ini bukan hanya terjadi di kawasan tertentu, tetapi di seluruh dunia, baik dari Barat ke Timur, Utara ke Selatan. Bagaimanapun, negara-negara rentan di Afrika dan Asia adalah yang terhantam paling parah," pungkas Erdogan.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda