Sejarah Ibnu Sutowo Membangun Krakatau Steel hingga Pabrik Pupuk
Jum'at, 18 November 2022 - 17:00 WIB
JAKARTA - Pertamina di bawah kepemimpinan Ibnu Sutowo menjadi perusahaan besar dan cemerlang. Ide-ide Ibnu Sutowo berdampak besar bagi perkembangan Pertamina.
Kebijakan yang dikeluarkan Ibnu Sutowo tidak hanya persoalan minyak dan gas bumi melainkan juga kebijakan di luar migas. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Ibnu Sutowo dalam eksplorasi dan ekploitasi minyak bumi di antaranya menjadi pelopor berbagai macam kerjasama dengan perusahaan asing dengan menggunakan sistem bagi hasil atau production sharing contract (PSC) dan membentuk anak perusahaan untuk menunjang kinerja Pertamina.
Tak hanya itu, Ibnu Sutowo juga mencetak ahli-ahli migas dengan mendirikan Akamigas Cepu dan APP Bandung hingga membangun klinik bersalin dan rumah sakit Pertamina di Jakarta. Di luar permigasan, Ibnu Sutowo juga membangun pabrik baja Krakatau Stell, pabrik pupuk di Gresik, pembangunan pabrik karung dan plastik.
Selain itu, banyak kegiatan Pertamina yang dilakukan untuk kepentingan umum, seperti pembangunan gedung sekolah di Sumut, Kebayoran Baru dan Pangkalan Brandan, Gereja di Irian Barat, klinik di setiap unit wilayah kerja Pertamina, pendirian guest house dan pembangunan lapangan terbang di Cirebon.
Semua itu dilakukan Ibnu Sutowo sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat. Ibnu Sutowo sebelum menjadi nahkoda Pertamina adalah seorang dokter dan tentara. Awal mula urusan migas Indonesia baru dimulai tahun 1968, yang ditandai dengan terbentuknya P.N. Pertamina. Sosok Ibnu Sotowo memiliki peranan penting, sehingga Pertamina menjadi besar seperti saat ini.
Setelah adanya penyatuan antara Permina dan Pertamin kala itu, langkah pertama yang dilakukan oleh Ibnu Sutowo adalah dengan mengadakan konsolidasi dalam organisasi Pertamina. Dalam kebijakan ini diutamakan dalam proyek besi baja yang dirancang pada tahun 1970 adalah PT. Krakatau Steel, yang merupakan kelanjutan dari pabrik besi baja Cilegon yang terbengkalai.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah R.I. No. 35 tahun 1970 tanggal 31 Agustus 1970 maka proyek pabrik baja Trikora Cilegon dibubarkan kemudian didirikan Krakatau Steel. Dibangunnya Krakatau Steel bertujuan menyelesaikan pembangunan Proyek Baja Cilegon dan mengusahakan serta mengembangkan usaha perindustrian baja dalam arti kata yang seluas-luasnya didaerah lain di Indonesia atau tempat lain. Pabrik tersebut untuk menyediakan seluruh kebutuhan besi bagi proyek-proyek Pertamina serta perbaikan kilang minyak.
Sebagai wujud kepedulian Ibnu Sutowo terhadap perkembangan pertanian, Pertamina mendirikan Pabrik Petrokimia di Gresik. Pabrik Petrokimia Gresik memproduksi pupuk seperti Pupuk Sriwijaya. Pabrik Petrokimia Gresik diresmikan 10 Juli 1972.
Kebijakan yang dikeluarkan Ibnu Sutowo tidak hanya persoalan minyak dan gas bumi melainkan juga kebijakan di luar migas. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Ibnu Sutowo dalam eksplorasi dan ekploitasi minyak bumi di antaranya menjadi pelopor berbagai macam kerjasama dengan perusahaan asing dengan menggunakan sistem bagi hasil atau production sharing contract (PSC) dan membentuk anak perusahaan untuk menunjang kinerja Pertamina.
Tak hanya itu, Ibnu Sutowo juga mencetak ahli-ahli migas dengan mendirikan Akamigas Cepu dan APP Bandung hingga membangun klinik bersalin dan rumah sakit Pertamina di Jakarta. Di luar permigasan, Ibnu Sutowo juga membangun pabrik baja Krakatau Stell, pabrik pupuk di Gresik, pembangunan pabrik karung dan plastik.
Selain itu, banyak kegiatan Pertamina yang dilakukan untuk kepentingan umum, seperti pembangunan gedung sekolah di Sumut, Kebayoran Baru dan Pangkalan Brandan, Gereja di Irian Barat, klinik di setiap unit wilayah kerja Pertamina, pendirian guest house dan pembangunan lapangan terbang di Cirebon.
Semua itu dilakukan Ibnu Sutowo sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat. Ibnu Sutowo sebelum menjadi nahkoda Pertamina adalah seorang dokter dan tentara. Awal mula urusan migas Indonesia baru dimulai tahun 1968, yang ditandai dengan terbentuknya P.N. Pertamina. Sosok Ibnu Sotowo memiliki peranan penting, sehingga Pertamina menjadi besar seperti saat ini.
Setelah adanya penyatuan antara Permina dan Pertamin kala itu, langkah pertama yang dilakukan oleh Ibnu Sutowo adalah dengan mengadakan konsolidasi dalam organisasi Pertamina. Dalam kebijakan ini diutamakan dalam proyek besi baja yang dirancang pada tahun 1970 adalah PT. Krakatau Steel, yang merupakan kelanjutan dari pabrik besi baja Cilegon yang terbengkalai.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah R.I. No. 35 tahun 1970 tanggal 31 Agustus 1970 maka proyek pabrik baja Trikora Cilegon dibubarkan kemudian didirikan Krakatau Steel. Dibangunnya Krakatau Steel bertujuan menyelesaikan pembangunan Proyek Baja Cilegon dan mengusahakan serta mengembangkan usaha perindustrian baja dalam arti kata yang seluas-luasnya didaerah lain di Indonesia atau tempat lain. Pabrik tersebut untuk menyediakan seluruh kebutuhan besi bagi proyek-proyek Pertamina serta perbaikan kilang minyak.
Sebagai wujud kepedulian Ibnu Sutowo terhadap perkembangan pertanian, Pertamina mendirikan Pabrik Petrokimia di Gresik. Pabrik Petrokimia Gresik memproduksi pupuk seperti Pupuk Sriwijaya. Pabrik Petrokimia Gresik diresmikan 10 Juli 1972.
tulis komentar anda