Hantu Reflasi Gentayangan Tahun Depan, Jadi Ancaman Baru Ekonomi RI
Selasa, 22 November 2022 - 00:08 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan kondisi ekonomi global akan mengalami reflasi tinggi tahun depan. Kombinasi resesi dan inflasi diperkirakan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,37%.
"Tahun depan memang kemungkinan kita harus mewaspadai mitigasi perlambatan ekonomi dunia, dampak resesi dan inflasi terhadap dalam negeri," ujar Gubernur BI Perry Warjoyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (21/11).
Menurut dia tahun depan menjadi yang terburuk karena berkaitan dengan geopolitik, fragmentasi politik, ekonomi, investasi dan pertumbuhan melambat. Hal itu akan berpengaruh terhadap suku bunga tinggi yang diperkirakan akan berlangsung lama. "Inilah higher interest for longer (term). Suku bunga tinggi ini akan berlangsung lama," kata dia.
Dia mengatakan kenaikan Federal Funds Rate (FFR) saat ini berada di level 4% dengan adanya kenaikan sebesar 75 basis poin (bps). Adapun tahun depan diperkirakan akan menyentuh 4,5-5%, karena di Desember mendatang diprediksi akan kembali naik 50 bps.
Namun ada pula yang memprediksi kenaikan FFR akan menyentuh 5,25% dengan puncaknya pada kuartal I dan II tahun 2023. Kondisi ini diramalkan tidak akan turun sehingga masa kenaikan suku bunga diramal akan lebih lama.
Baca Juga: Sekilas tentang Sosok 6 Ibu Negara Indonesia
"Ini terjadi kejar-kejaran, antara kenaikan inflasi dan suku bunga yang tinggi. Kita lihat kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh European Central Bank (ECB), otoritas moneter di Inggris, dan banyaknya negara maju lainnya semuanya menaikkan suku bunga, sehingga dunia dibayangi risiko dengan istilah bernama reflasi, yaitu risiko stagflasi dan tingginya inflasi," tandas Perry Warjiyo.
"Tahun depan memang kemungkinan kita harus mewaspadai mitigasi perlambatan ekonomi dunia, dampak resesi dan inflasi terhadap dalam negeri," ujar Gubernur BI Perry Warjoyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (21/11).
Menurut dia tahun depan menjadi yang terburuk karena berkaitan dengan geopolitik, fragmentasi politik, ekonomi, investasi dan pertumbuhan melambat. Hal itu akan berpengaruh terhadap suku bunga tinggi yang diperkirakan akan berlangsung lama. "Inilah higher interest for longer (term). Suku bunga tinggi ini akan berlangsung lama," kata dia.
Dia mengatakan kenaikan Federal Funds Rate (FFR) saat ini berada di level 4% dengan adanya kenaikan sebesar 75 basis poin (bps). Adapun tahun depan diperkirakan akan menyentuh 4,5-5%, karena di Desember mendatang diprediksi akan kembali naik 50 bps.
Namun ada pula yang memprediksi kenaikan FFR akan menyentuh 5,25% dengan puncaknya pada kuartal I dan II tahun 2023. Kondisi ini diramalkan tidak akan turun sehingga masa kenaikan suku bunga diramal akan lebih lama.
Baca Juga: Sekilas tentang Sosok 6 Ibu Negara Indonesia
"Ini terjadi kejar-kejaran, antara kenaikan inflasi dan suku bunga yang tinggi. Kita lihat kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh European Central Bank (ECB), otoritas moneter di Inggris, dan banyaknya negara maju lainnya semuanya menaikkan suku bunga, sehingga dunia dibayangi risiko dengan istilah bernama reflasi, yaitu risiko stagflasi dan tingginya inflasi," tandas Perry Warjiyo.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda