Sepakat Kirim Gas ke Jerman, Negara Kaya di Teluk Persia Ini Bisa Jadi Penyelamat Eropa
Kamis, 01 Desember 2022 - 10:56 WIB
ConocoPhillips akan memasok gas mereka dari proyek North Field East dan South Qatar ke terminal LNG Brunsbüttel yang saat ini sedang dibangun di Jerman, seperti disampaikan pihak Qatar.
Jerman yang tidak memiliki satupun fasilitas impor LNG, saat ini sedang membangun beberapa di sepanjang pantai utara. Kehadiran fasilitas gas itu diproyeksikan bisa menutup sekitar sepertiga dari permintaan gasnya saat ini.
Kesepakatan itu menyusul kesepakatan yang ditandatangani Qatar dengan China pekan lalu untuk memasok Sinopec dengan LNG selama 27 tahun, kesepakatan LNG terpanjang hingga saat ini.
Sementara itu Jerman memulai pembicaraan tentang kesepakatan gas dengan Qatar tak lama setelah perang dimulai, negosiasi berlangsung alot karena adanya beberapa perbedaan seperti lamanya kontrak dan harga.
"Perusahaan-perusahaan harus tahu bahwa impor ke Jerman akan berkurang di beberapa titik jika kita ingin mencapai target perubahan iklim kita," kata menteri ekonomi Jerman, Robert Habeck, pada hari Selasa. Disebutkan juga oleh Habeck bahwa Jerman ingin menjadi netral iklim pada tahun 2045.
Setelah perang di Ukraina pecah, negara kaya di Teluk Persia ini muncul sebagai salah satu harapan terbaik Eropa dalam menyapih dirinya dari gas alam Rusia. Jerman, Prancis, Belgia, dan Italia telah melakukan pembicaraan dengan Qatar untuk membeli LNG dalam jangka panjang.
Qatar sendiri telah menjual gas alam superchilled ke dalam bentuk cair — proses yang digunakan untuk pengiriman bahan bakar — ke China, Korea Selatan, Jepang, dan konsumen Asia lainnya dengan kontrak jangka panjang. Hal itu membantu negara berpenduduk kurang dari tiga juta orang itu menjadi salah satu pengekspor gas terbesar.
Qatar berada di tengah-tengah rencana bernilai miliaran dolar untuk meningkatkan kapasitas produksi gasnya sebesar 40% pada tahun 2026.
Jerman yang tidak memiliki satupun fasilitas impor LNG, saat ini sedang membangun beberapa di sepanjang pantai utara. Kehadiran fasilitas gas itu diproyeksikan bisa menutup sekitar sepertiga dari permintaan gasnya saat ini.
Kesepakatan itu menyusul kesepakatan yang ditandatangani Qatar dengan China pekan lalu untuk memasok Sinopec dengan LNG selama 27 tahun, kesepakatan LNG terpanjang hingga saat ini.
Sementara itu Jerman memulai pembicaraan tentang kesepakatan gas dengan Qatar tak lama setelah perang dimulai, negosiasi berlangsung alot karena adanya beberapa perbedaan seperti lamanya kontrak dan harga.
"Perusahaan-perusahaan harus tahu bahwa impor ke Jerman akan berkurang di beberapa titik jika kita ingin mencapai target perubahan iklim kita," kata menteri ekonomi Jerman, Robert Habeck, pada hari Selasa. Disebutkan juga oleh Habeck bahwa Jerman ingin menjadi netral iklim pada tahun 2045.
Setelah perang di Ukraina pecah, negara kaya di Teluk Persia ini muncul sebagai salah satu harapan terbaik Eropa dalam menyapih dirinya dari gas alam Rusia. Jerman, Prancis, Belgia, dan Italia telah melakukan pembicaraan dengan Qatar untuk membeli LNG dalam jangka panjang.
Qatar sendiri telah menjual gas alam superchilled ke dalam bentuk cair — proses yang digunakan untuk pengiriman bahan bakar — ke China, Korea Selatan, Jepang, dan konsumen Asia lainnya dengan kontrak jangka panjang. Hal itu membantu negara berpenduduk kurang dari tiga juta orang itu menjadi salah satu pengekspor gas terbesar.
Qatar berada di tengah-tengah rencana bernilai miliaran dolar untuk meningkatkan kapasitas produksi gasnya sebesar 40% pada tahun 2026.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda