Teknologi Inklusif New Media Menjadi Peluang Industri Raih Segmen Pasar
Jum'at, 23 Desember 2022 - 19:20 WIB
JAKARTA - Pengamat Media Sosial Felani Galih Prabawa menilai teknologi inklusif new media seperti Google dan YouTube, menjadi ruang bagi pelaku industri untuk meraih segmen pasar.
"Teknologi inklusif menjadi cikal bakal terjadinya fenomena hari ini, di mana segmen pasar yang sulit diraih saat ini mudah sekali diraih," kataGalih saat menjadi pembicara di webinar Partai Perindo bertajuk 'Besarnya Animo Menjadi Youtuber: Bisakah Menjadi Profesi Baru?' Jumat (23/12/2022).
Tak hanya YouTuber yang mencari cuan di YouTube, menurutnya penggunaan teknologi inklusif atau terbuka juga masif dilakukan industri seperti membuat platform dan video konten yang disalurkan ke YouTube dan ini menjadi penggerak untuk menjual brand.
"Segmen pasar ini menjadi penggerak industri-industri, oh ternyata viewersnya bisa dikalkulasi dan jelas hasilnya," ungkap dia.
Ia menjelaskan beberapa brand industri saat ini banyak membuat platform sendiri di YouTube karena dinilai lebih praktis. Alasannya, tidak perlu izin siaran atau mengunakan iklan agar tampil bisa di televisi yang memakan biaya.
"Dia (industri) membuka brand baru dengan teknologi yang enggak perlu izin siaran segala macam. Bikin saluran YouTube saja, banyak mengundang viewers daripada tampil di stasiun televisi," jelasnya.
Selain itu, Galih menambahkan teknologi inklusif new media membuat masyarakat saat ini bisa mengakses informasi dari mana dan kapan saja. Hadirnya new media jelas berbeda dengan tempo dulu, ini ketika masyarakat ingin menonton televisi harus menunggu siaran pada pukul 20.00 sesuai jadwal acara televisi. Jika ketinggalan waktu, acara televisi tidak bisa ditonton.
"Sekarang banyak informasi dimuat di beberapa platform digital dan itu sangat timeless. Orang-orang bisa nonton kapan saja. Ketika kita bosen dengan konten satu jam, kita bisa pause dulu dan bisa nonton satu jam kemudian," jelas dia.
"Teknologi inklusif menjadi cikal bakal terjadinya fenomena hari ini, di mana segmen pasar yang sulit diraih saat ini mudah sekali diraih," kataGalih saat menjadi pembicara di webinar Partai Perindo bertajuk 'Besarnya Animo Menjadi Youtuber: Bisakah Menjadi Profesi Baru?' Jumat (23/12/2022).
Tak hanya YouTuber yang mencari cuan di YouTube, menurutnya penggunaan teknologi inklusif atau terbuka juga masif dilakukan industri seperti membuat platform dan video konten yang disalurkan ke YouTube dan ini menjadi penggerak untuk menjual brand.
"Segmen pasar ini menjadi penggerak industri-industri, oh ternyata viewersnya bisa dikalkulasi dan jelas hasilnya," ungkap dia.
Ia menjelaskan beberapa brand industri saat ini banyak membuat platform sendiri di YouTube karena dinilai lebih praktis. Alasannya, tidak perlu izin siaran atau mengunakan iklan agar tampil bisa di televisi yang memakan biaya.
"Dia (industri) membuka brand baru dengan teknologi yang enggak perlu izin siaran segala macam. Bikin saluran YouTube saja, banyak mengundang viewers daripada tampil di stasiun televisi," jelasnya.
Selain itu, Galih menambahkan teknologi inklusif new media membuat masyarakat saat ini bisa mengakses informasi dari mana dan kapan saja. Hadirnya new media jelas berbeda dengan tempo dulu, ini ketika masyarakat ingin menonton televisi harus menunggu siaran pada pukul 20.00 sesuai jadwal acara televisi. Jika ketinggalan waktu, acara televisi tidak bisa ditonton.
"Sekarang banyak informasi dimuat di beberapa platform digital dan itu sangat timeless. Orang-orang bisa nonton kapan saja. Ketika kita bosen dengan konten satu jam, kita bisa pause dulu dan bisa nonton satu jam kemudian," jelas dia.
(nng)
tulis komentar anda