Babak Belur Digebuk Inflasi, Google PHK 12.000 Pekerja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sektor tekonologi AS benar-benar kena hajar. Setelah Microsoft mengumumkan akan melakukan PHK terhadap 11.000 pekerjanya, kini langkah serupa akan ditempuh Google , lewat Alphabet yang merupakan induk usahanya.
Google menyatakan akan melakukan PHK kepada 12.000 orang pekerja. Keputusan berat itu terungkap dari email yang dikirim Sundar Pichai, CEO Google dan perusahaan induk Alphabet, kepada karyawan. Dalam emailnya, Sundar mengatakan pada hari Jumat waktu setempat perusahaan akan segera melakukan PHK di AS.
"Di luar Amerika akan memakan waktu lebih lama karena undang-undang dan praktik setempat," katanya, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu (21/1/2023).
Tampaknya, rencana PHK sudah menyeruak pada November tahun lalu sehingga membuat para karyawan Google menjadi takut. Pasalnya, sejumlah perusahaan sejenis juga sudah melakukan PHK dan adanya perubahan pada sistem peringkat kinerja perusahaan.
"Kiamat" itu kian terungkap jelas, setelah CNBC pada Kamis melaporkan bahwa perusahaan telah menunda sebagian cek bonus akhir tahun karyawan hingga Maret atau April, alih-alih membayarnya secara penuh pada Januari.
PHK itu sendiri memang bak bumerang akibat langkah besar-besaran Alphabet. Gergasi itu sebelumnya melakukan perekrutan besar-besaran selama beberapa tahun terakhir selama periode pertumbuhan dramatis di industri teknologi yang terjadi saat pandemi Covid-19.
Namun kondisi global dan Amerika Serikat yang berubah membuat sejumlah perusahaan teknologi menjadi babak belur. Inflasi yang menggiring suku bunga bank sentral AS (The Fed) meroket menjadi pukulan tersendiri buat perusahaan teknologi.
Kenaikan suku bunga dan inflasi selama setahun terakhir telah mengalahkan saham teknologi dan memaksa pengiklan untuk mengurangi belanja iklan online. Kenaikan suku bunga The Fed telah menyebabkan selera yang buruk untuk saham teknologi Amerika.
Iklim ekonomi makro yang suram pada gilirannya menambah tekanan pada perusahaan-perusahaan tersebut untuk melakukan pemotongan besar-besaran terhadap tenaga kerja mereka.
"Kami mempekerjakan untuk realitas ekonomi yang berbeda dari yang kami hadapi saat ini," kata Sundar.
PHK di Google seolah melengkapi deretan perusahaan teknologi yang sebelumnya juga menempuh keputusan serupa. Pada hari Rabu, Amazon memulai gelombang baru PHK yang menimpa lebih dari 18.000 orang. Pada hari yang sama, Microsoft mengumumkan rencana untuk memberhentikan 11.000 pekerja.
Bahkan Twitter, di bawah kepemimpinan Elon Musk, juga telah melakukan redudansi, memangkas lebih dari setengah jumlah karyawan perusahaan sejak mengambil alih jabatan CEO pada Oktober.
Sebagai kompensasi, Pichai mengatakan bahwa karyawan akan dibayar selama periode pemberitahuan penuh minimal 60 hari. Alphabet juga akan menawarkan paket pesangon mulai dari gaji 16 minggu ditambah dua minggu untuk setiap tahun tambahan di Google dan mempercepat setidaknya 16 minggu pemberian GSU.
Kemudian akan membayar bonus 2022 dan sisa waktu liburan, sambil menawarkan perawatan kesehatan selama 6 bulan, layanan penempatan kerja, dan dukungan imigrasi untuk mereka yang terkena dampak.
Google menyatakan akan melakukan PHK kepada 12.000 orang pekerja. Keputusan berat itu terungkap dari email yang dikirim Sundar Pichai, CEO Google dan perusahaan induk Alphabet, kepada karyawan. Dalam emailnya, Sundar mengatakan pada hari Jumat waktu setempat perusahaan akan segera melakukan PHK di AS.
"Di luar Amerika akan memakan waktu lebih lama karena undang-undang dan praktik setempat," katanya, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu (21/1/2023).
Tampaknya, rencana PHK sudah menyeruak pada November tahun lalu sehingga membuat para karyawan Google menjadi takut. Pasalnya, sejumlah perusahaan sejenis juga sudah melakukan PHK dan adanya perubahan pada sistem peringkat kinerja perusahaan.
"Kiamat" itu kian terungkap jelas, setelah CNBC pada Kamis melaporkan bahwa perusahaan telah menunda sebagian cek bonus akhir tahun karyawan hingga Maret atau April, alih-alih membayarnya secara penuh pada Januari.
PHK itu sendiri memang bak bumerang akibat langkah besar-besaran Alphabet. Gergasi itu sebelumnya melakukan perekrutan besar-besaran selama beberapa tahun terakhir selama periode pertumbuhan dramatis di industri teknologi yang terjadi saat pandemi Covid-19.
Namun kondisi global dan Amerika Serikat yang berubah membuat sejumlah perusahaan teknologi menjadi babak belur. Inflasi yang menggiring suku bunga bank sentral AS (The Fed) meroket menjadi pukulan tersendiri buat perusahaan teknologi.
Kenaikan suku bunga dan inflasi selama setahun terakhir telah mengalahkan saham teknologi dan memaksa pengiklan untuk mengurangi belanja iklan online. Kenaikan suku bunga The Fed telah menyebabkan selera yang buruk untuk saham teknologi Amerika.
Iklim ekonomi makro yang suram pada gilirannya menambah tekanan pada perusahaan-perusahaan tersebut untuk melakukan pemotongan besar-besaran terhadap tenaga kerja mereka.
"Kami mempekerjakan untuk realitas ekonomi yang berbeda dari yang kami hadapi saat ini," kata Sundar.
PHK di Google seolah melengkapi deretan perusahaan teknologi yang sebelumnya juga menempuh keputusan serupa. Pada hari Rabu, Amazon memulai gelombang baru PHK yang menimpa lebih dari 18.000 orang. Pada hari yang sama, Microsoft mengumumkan rencana untuk memberhentikan 11.000 pekerja.
Bahkan Twitter, di bawah kepemimpinan Elon Musk, juga telah melakukan redudansi, memangkas lebih dari setengah jumlah karyawan perusahaan sejak mengambil alih jabatan CEO pada Oktober.
Sebagai kompensasi, Pichai mengatakan bahwa karyawan akan dibayar selama periode pemberitahuan penuh minimal 60 hari. Alphabet juga akan menawarkan paket pesangon mulai dari gaji 16 minggu ditambah dua minggu untuk setiap tahun tambahan di Google dan mempercepat setidaknya 16 minggu pemberian GSU.
Kemudian akan membayar bonus 2022 dan sisa waktu liburan, sambil menawarkan perawatan kesehatan selama 6 bulan, layanan penempatan kerja, dan dukungan imigrasi untuk mereka yang terkena dampak.
(uka)