Gapki Ungkap 3 Tantangan Industri Sawit Tahun Ini, Terberat Soal Kebijakan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan ada tiga tantangan utama yang akan dihadapi para pelaku industri minyak kelapa sawit pada tahun ini.
Ketua Bidang Komunikasi Gapki, Tofan Mahdi menyebut tantangan tersebut datang dari internal maupun eksternal yang akan mempengaruhi harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Adapun tantangan tersebut yang pertama adalah terkait. Menurut Tofan, pelaku usaha di sektor apapun termasuk kelapa sawit perlu kepastian hukum dan stabilitas keamanan agar tercipta kenyamanan dalam berusaha.
"Nyaman berusaha itu salah satu faktornya tentu kita tidak mengharapkan ada sebuah kebijakan yang misalnya berubah-ubah, kebijakan yang tidak sinkron antara satu lembaga dengan lembaga lain. Ini menyulitkan kami sebagai pelaku usaha. Tantangan kebijakan ini menurut saya tantangan yang paling besar dan paling berat," ujarnya dalam siaran Market Review di IDX Channel, Kamis (26/1/2023).
Tantangan selanjutnya adalah tantangan eksternal terutama terkait dengan tuntutan sustainability atau tuntutan untuk pemenuhan standar-standar keberlanjutan.
"Kita ketika berhadapan dengan pasar-pasar negara maju seperti Uni Eropa, kampanye negatif terhadap sawit ini belum selesai sampai hari ini, jadi masih terus ada. Selama minyak sawit masih menjadi nomor satu dalam pasar minyak nabati global, selama itu pula kampanye negatif itu ada," tuturnya.
Adapun tantangan ketiga adalah terkait harga. Dalam bisnis komoditas, kata Tofan, harga tidak bisa dikendalikan dan tidak bisa diintervensi juga dengan kebijakan. "Karena namanya bisnis komoditas itu selalu fluktuatif. Makanya kita kembalikan kepada mekanisme pasar," tutup dia.
Ketua Bidang Komunikasi Gapki, Tofan Mahdi menyebut tantangan tersebut datang dari internal maupun eksternal yang akan mempengaruhi harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Adapun tantangan tersebut yang pertama adalah terkait. Menurut Tofan, pelaku usaha di sektor apapun termasuk kelapa sawit perlu kepastian hukum dan stabilitas keamanan agar tercipta kenyamanan dalam berusaha.
"Nyaman berusaha itu salah satu faktornya tentu kita tidak mengharapkan ada sebuah kebijakan yang misalnya berubah-ubah, kebijakan yang tidak sinkron antara satu lembaga dengan lembaga lain. Ini menyulitkan kami sebagai pelaku usaha. Tantangan kebijakan ini menurut saya tantangan yang paling besar dan paling berat," ujarnya dalam siaran Market Review di IDX Channel, Kamis (26/1/2023).
Tantangan selanjutnya adalah tantangan eksternal terutama terkait dengan tuntutan sustainability atau tuntutan untuk pemenuhan standar-standar keberlanjutan.
"Kita ketika berhadapan dengan pasar-pasar negara maju seperti Uni Eropa, kampanye negatif terhadap sawit ini belum selesai sampai hari ini, jadi masih terus ada. Selama minyak sawit masih menjadi nomor satu dalam pasar minyak nabati global, selama itu pula kampanye negatif itu ada," tuturnya.
Adapun tantangan ketiga adalah terkait harga. Dalam bisnis komoditas, kata Tofan, harga tidak bisa dikendalikan dan tidak bisa diintervensi juga dengan kebijakan. "Karena namanya bisnis komoditas itu selalu fluktuatif. Makanya kita kembalikan kepada mekanisme pasar," tutup dia.
(ind)