Suka Duka Penjual Burung di Pasar Pramuka, Branjangan Rp1,5 Juta Raib Digondol Tikus
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kegemaran sebagian masyarakat terhadap hewan peliharaan termasuk burung membuat jual-beli burung menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Omzet jutaan rupiah bisa dikantongi setiap hari.
Penghobi burung mungkin sudah familiar dengan Pasar Pramuka di Jakarta Timur. Di sana, berbagai macam burung kerap lalu-lalang diperjualbelikan dari tangan ke tangan. Mulai jenis burung murai hingga burung elang dan burung hantu.
Di tengah semaraknya dunia burung di kawasan tersebut, banyak keluh kesah yang dirasakan. Iyan (30), salah saorang pedagang burung, kerap mengeluhkan tikus-tikus yang berkeliaran seraya mengincar burung-burung jualannya.
"Namanya juga di pasar, pasti banyak tikus-tikus. Ada tikus tikus yang kecil (suka makan burung), kalau tikus-tikus gede tuh yang biasa yang di luar sini ngerusakin kandang semua itu," ungkapnya kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Selasa (31/1/2023).
Bahkan, dia sempat tertimpa apes saat burung Branjangan miliknya tiba-tiba dimakan tikus saat hendak dibawa oleh konsumen. Padahal, sudah ada kesepakatan harga antara dia dengan pembeli.
"Branjangan yang udah gacor, ada itu udah pesenan orang, harga udah deal Rp1,5 juta, dihancurin tikus, nah itu yang bikin nangis itu," tuturnya.
Meski banyak ‘hama’ yang mengintai dan mengganggu, Iyan tak kapok berbisnis burung yang juga merupakan hobinya. Sebab, selain bisa bebas tanpa terikat, dia juga bisa mengantongi omzet Rp500.000 hingga Rp1 juta dalam sehari. "Sekarang ya perharinya tuh bersih biasanya Rp500.000 sampai Rp1 juta, kalau lagi rame bisa di atas itu," ungkapnya.
Berbeda halnya dengan Burhanuddin (37). Di balik suka dukanya, dia kerap mendapat kepuasan tersendiri saat melakukan transaksi bersama konsumen. Terlebih, jika burung yang dijajaki dipatok hingga harga puluhan juta.
"Kalau termahal di zaman tahun 2014 saat jaman-jaman burung lovebird itu lagi naik di angka Rp50 juta satu ekor, itu pernah," ungkapnya.
Meski mematok harga tinggi, menurut Burhanuddin, untungnya tak terlampau besar karena dirinya membeli dengan harga tinggi pula dari para pengepul burung.
"Gini kalau prinsip pedagang kan kalau barang mahal belinya otomatis mahal juga. Istilahnya beli Rp45-50 juta, ya profit Rp5 jutaan sekali transaksi," terang dia.
Penghobi burung mungkin sudah familiar dengan Pasar Pramuka di Jakarta Timur. Di sana, berbagai macam burung kerap lalu-lalang diperjualbelikan dari tangan ke tangan. Mulai jenis burung murai hingga burung elang dan burung hantu.
Di tengah semaraknya dunia burung di kawasan tersebut, banyak keluh kesah yang dirasakan. Iyan (30), salah saorang pedagang burung, kerap mengeluhkan tikus-tikus yang berkeliaran seraya mengincar burung-burung jualannya.
"Namanya juga di pasar, pasti banyak tikus-tikus. Ada tikus tikus yang kecil (suka makan burung), kalau tikus-tikus gede tuh yang biasa yang di luar sini ngerusakin kandang semua itu," ungkapnya kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Selasa (31/1/2023).
Bahkan, dia sempat tertimpa apes saat burung Branjangan miliknya tiba-tiba dimakan tikus saat hendak dibawa oleh konsumen. Padahal, sudah ada kesepakatan harga antara dia dengan pembeli.
"Branjangan yang udah gacor, ada itu udah pesenan orang, harga udah deal Rp1,5 juta, dihancurin tikus, nah itu yang bikin nangis itu," tuturnya.
Meski banyak ‘hama’ yang mengintai dan mengganggu, Iyan tak kapok berbisnis burung yang juga merupakan hobinya. Sebab, selain bisa bebas tanpa terikat, dia juga bisa mengantongi omzet Rp500.000 hingga Rp1 juta dalam sehari. "Sekarang ya perharinya tuh bersih biasanya Rp500.000 sampai Rp1 juta, kalau lagi rame bisa di atas itu," ungkapnya.
Berbeda halnya dengan Burhanuddin (37). Di balik suka dukanya, dia kerap mendapat kepuasan tersendiri saat melakukan transaksi bersama konsumen. Terlebih, jika burung yang dijajaki dipatok hingga harga puluhan juta.
"Kalau termahal di zaman tahun 2014 saat jaman-jaman burung lovebird itu lagi naik di angka Rp50 juta satu ekor, itu pernah," ungkapnya.
Baca Juga
Meski mematok harga tinggi, menurut Burhanuddin, untungnya tak terlampau besar karena dirinya membeli dengan harga tinggi pula dari para pengepul burung.
"Gini kalau prinsip pedagang kan kalau barang mahal belinya otomatis mahal juga. Istilahnya beli Rp45-50 juta, ya profit Rp5 jutaan sekali transaksi," terang dia.
(ind)