5 Jenis Sayuran Indonesia yang Diekspor ke Luar Negeri

Senin, 20 Februari 2023 - 07:38 WIB
loading...
5 Jenis Sayuran Indonesia yang Diekspor ke Luar Negeri
Nilai ekspor sayur-sayuran nasional meningkat tinggi pada periode Januari-Desember 2021, berikut 5 jenis sayuran asal Indonesia yang mampu menembus pasar ekspor. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Dari semua jenis sayuran yang dibudidayakan di Indonesia, ada beberapa jenis yang menjadi produk unggulan ekspor dari komoditas pertanian yang syarat akan vitamin tersebut. Sayuran segar yang biasanya diekspor mulai dari bawang merah, tomat, kentang, kubis dan wortel.

Beragam jenis sayur-sayuran berkualitas tinggi dimiliki Indonesia yang berpotensi mendatangkan aliran devisa bagi negara. Pasar ekspor Indonesia untuk komoditas sayur-sayuran mencakup berbagai negara di Asia, Australia, Afrika, Eropa, dan Amerika.



Beberapa daerah sentra sayur-sayuran di Indonesia yaitu Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Sulawesi Utara dan Jambi. Nilai ekspor sayur-sayuran nasional meningkat tinggi pada periode Januari-Desember 2021 mencapai USD86,44 juta atau sekitar Rp1,25 triliun. Untuk diketahui pasar ekspor memberikan syarat yang cukup ketat bagi komoditas sayuran.

Misalnya saja jenis tanaman, ukuran tanaman, usia panen, warna, bentuk, kandungan pestisida, kemasan, berat, dan lainnya. Syarat-syarat ini berbeda untuk setiap negara tujuan ekspor. Beberapa kriteria tersebut mampu dipenuhi, berikut 5 jenis sayuran asal Indonesia yang jadi produk unggulan ekspor:

1. Bawang Merah

Komoditas hortikultura yang satu ini sangat strategis di Indonesia, pasalnya hampir semua rumah tangga di Tanah Air mengkonsumsi bawang merah setiap hari. Tapi ternyata produksi bawang merah Indonesia tidak hanya dijual di pasar dalam negeri, tetapi mampu diekspor.

BPS mencatat, Indonesia mengekspor bawang merah senilai USD7,1 juta dengan volume 4 ribu ton pada 2021. Nilai ekspor bawang merah turun 41,58% dari tahun sebelumnya yang senilai US$13,7 juta ton.

Berdasarkan negara tujuan, Indonesia mengekspor bawang merah paling banyak ke Thailand, yakni mencapai USD4,66 juta dengan volume 3,13 ribu ton. Setelahnya ada Singapura dan Malaysia masing-masing USD1,74 juta dan USD111,23 ribu.



Jika dilihat trennya, nilai ekspor bawang merah cenderung fluktuatif dalam lima tahun terakhir. Nilai ekspor bawang merah paling banyak terjadi pada 2020, sedangkan paling sedikit terjadi pada 2018, yakni USD6,9 juta ton.

Selain Brebes, ada juga beberapa lokasi sentra kawasan bawang merah, antara lain Cirebon, Bandung, Majalengka, Garut, Demak, Tegal, Nganjuk, Probolinggo, Sampang, Pamekasan, Bima, Sumbawa, Lombok Timur, Tapin dan daerah sentra lainnya.

Sejak tahun 2017 hingga saat ini, diklaim oleh Kementan bahwa Indonesia tercatat sudah tidak mengimpor bawang merah segar atau konsumsi. Peningkatan luas tanam di bulan April-Mei 2022 mengindikasikan bahwa produksi Juni-Juli 2022 akan berangsur normal kembali.

Untuk tahun depan, Kementan memperkirakan produksi bawang merah masih akan mengalami surplus. Apalagi saat ini, benih yang digunakan adalah benih unggul berteknologi TSS atau True Shallot Seed yang dikenal dengan pemanfaatan biji botani. Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas bawang merah secara cepat dan tepat.

Sejauh ini, ekspor produk hortikultura pada tahun 2021 mencapai USD761 juta atau meningkat 10,9% jika dibandingkan tahun 2020. Secara total ekspor tahun 2020-2021 ekspor hortikultura meningkat 17,2%.

2. Kentang

Produk hortikultura berupa kentang asal Indonesia juga mampu masuk ke pasar ekspor seperti Singapura dan Malaysia. Tercatat periode Januari sampai dengan April 2020 sudah ada 11 kali ekspor kentang dari Belawan ke Malaysia dan 1 kali ke Singapura dengan total mencapai 80,5 ton.

Sementara pada periode yang sama di tahun 2019 tercatat hanya ada 7 kali frekuensi ekspor dengan tujuan Singapura dan Malaysia 48,5 ton, melonjak hampir dua kali lipat.

Adapun negara tujuan kentang sayur Indonesia adalah Malaysia, Korea Selatan, Papua Nugini, Hongkong, Singapura, Taiwan, Thailand, Australia, Austria, Bangladesh, Kamerun, China, Timor Timur, Jepang, India, Maldives, New Zealand dan Qatar.

Peningkatan besar sempat terjadi pada 2018 lalu, dimana ekspor total kentang pada 2018 sebanyak 5.163 ton dengan nilai Rp66 miliar.

3. Wortel

Wortel termasuk dalam beberapa komoditas sayuran Indonesia yang sudah dipasarkan hingga ke luar negeri. Salah satu penghasil utamanya berasal dari Sumatera Utara (Sumut), dimana tercatat mendominasi pada semester I 2020 lalu.

Indonesia berhasil ekspor sebanyak 12,2 ton dan mayoritas berasal dari Sumut. Wortel yang menjadi andalan ekspor Indonesia ini ternyata berasal dari Kabupaten Karo, Sumut. Kabupaten Karo memang terkenal sebagai penghasil wortel dengan produktivitas tinggi per tahunnya dan penghasil wortel kualitas terbaik di Indonesia.

Malaysia, masih menjadi negara pengimpor terbesar dan rutin wortel selama semester I tahun 2020. Adapun ekspor wortel ke Singapura baru mencapai 300 kilogram dalam dua kali pengiriman. Sementara ekspor wortel ke Timor Leste sudah tujuh ton.

Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Karo, luas panen wortel seluas 1.024 hektare. Daerah penghasil wortel di Kabupaten Karo ini meliputi Kecamatan Simpang empat, Naman Teran, Berastagi, Merdeka, Kabanjahe, Tiga Panah, Dolat Rayat, Merek dan Barus Jahe.

4. Kubis

Kubis asal Berastagi merupakan komoditas hortikultura terbesar penyumbang jumlah ekspor asal Sumatera Utara. ingga saat ini ada 5 negara tujuan ekspor kubis asal Berastagi yakni Taiwan, Malaysia, Jepang, Singapura hingga Korea Selatan.

Kubis, sebagai salah satu produk unggulan asal Sumut sejak 2012 sempat mengalami penurunan, meski trennya menanjak naik. Berdasarkan data statistik Karantina Belawan, ekspor kubis pada tahun pertama 2012 tercatat sebesar 11.747 ton dengan nilai Rp35,2 miliar, lalu tahun 2013 menjadi 13.133 ton dengan nilai Rp39,401 miliar rupiah.

Terus meningkat pada tahun 2014 sebesar 8.933 ton dengan nilai Rp26,8 miliar, tahun 2015 sebesar 17.043 ton dengan nilai Rp51,1 miliar hingga di tahun 2016 sebesar 32.680 ton dengan nilai Rp98,0 miliar.

Namun ditahun 2017 dan 2018 volume ekspor komoditas ini mengalami penurunan yakni ditahun 2017 hanya sebesar 18.459 ton dengan nilai Rp55,37 miliar dan di tahun 2018 sebesar 15.228 ton dengan nilai 45,9 miliar rupiah.

5. Tomat

Tomat Indonesia juga telah mampu menembus pasar ekspor ke berbagai negara. Daerah-daerah pengekspor tomat, mulai dari Sumatera hingga Papua. Menurut data BPS, produksi tomat di Indonesia mencapai 1,11 juta ton pada 2021. Jumlah tersebut meningkat 2,72% dibandingkan tahun sebelumnya.

Melihat trennya, produksi tomat nasional mulai cenderung meningkat sejak 2017. Produksi tomat pun mencapai level tertingginya dalam satu dekade terakhir pada tahun lalu. Dilihat dari wilayahnya, Jawa Barat menjadi sentra produksi tomat terbesar di Indonesia, yakni 292.309 ton.

Daerah yang terkenal sebagai penghasil tomat di Jawa Barat, antara lain Garut, Sukabumi, Cianjur, dan Kabupaten Bandung. Kemudian, produksi tomat di Jawa Tengah mencapai 77.297 ton. Produksi tomat di Sulawesi Utara sebanyak 66.711 ton.

Sulawesi Selatan menghasilkan tomat sebanyak 63.373 ton. Sementara, produksi tomat di Bengkulu dan Nusa Tenggara Barat (NTB) masing-masing sebanyak 30.868 ton dan 28.514 ton.

Sementara itu pada tahun 2020 untuk pertama kalinya tomat karo melenggang ke pasar dunia. Tercatat telah dilepas ekspor perdana 200 kg Tomat asal Kabupaten Karo, Sumatra Utara, ke Malaysia.

Tomat ekspor dari Kabupaten Karo ini dinyatakan bebas dari OPTK (Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina). Karena itu, komoditas tersebut berhak mendapatkan sertifikat kesehatan tumbuhan atau phyosanitary certificate (PC).

Salah satu kunci produk hortikultura Sumut memiliki daya saing di pasar dunia, adalah karena memiliki kandungan residu yang rendah, bahkan tidak ada sama sekali (bebas residu).

Sebagai informasi menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor pertanian pada tahun 2022 tumbuh sebesar 10,52% bila dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor pertanian Januari – Desember 2022 mencapai USD4,89 Miliar. Sementara periode yang sama pada tahun 2021 tercatat senilai USD4,24 miliar.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1733 seconds (0.1#10.140)