Meneropong Kekalahan Ekonomi Rusia Selama 1 Tahun Perang Melawan Ukraina

Rabu, 22 Februari 2023 - 21:59 WIB
loading...
A A A
Pada bulan-bulan awal setelah invasi Rusia ke Uraina, pendapatan energi Putin justru melonjak. Sekarang, menurut ekonom Deutsche Bank, Putin telah kehilangan USD500 juta per hari.

Pendapatan ekspor minyak dan gas yang relatif tinggi tahun lalu, dengan cepat berputar ke bawah. Penurunan tajam dipercepat oleh langkah yang diambil Putin sendiri.

Putin dengan dingin menahan pengiriman gas alam ke Eropa yang sebelumnya menerima 86% penjualan gas Rusia. Namun, musim dingin yang lebih hangat dari biasanya dan peningkatan pasokan LNG global memberikan keuntungan bagi Eropa.

Sedangkan bagi Rusia, mereka secara permanen kehilangan posisi sebagai pemasok utama ke Eropa, dengan ketergantungan pada energi Rusia turun hingga 7% dan segera menjadi nol. Dengan infrastruktur pipa yang terbatas untuk berputar ke Asia, Putin sekarang hanya menghasilkan hampir 20% dari pendapatan gas sebelumnya.

Namun keruntuhan energi Rusia juga dipicu oleh sanksi internasional. Batas harga minyak G7 telah mencapai keseimbangan yang dulunya tak terbayangkan untuk menjaga minyak Rusia mengalir ke pasar global sambil secara bersamaan memotong keuntungan Putin.

Ekspor minyak Rusia bertahan sangat konsisten pada tingkat sebelum perang yakni 7 juta barel per hari, memastikan stabilitas pasar minyak global. Tetapi nilai ekspor minyak Rusia telah berubah dari USD600 juta sehari turun menjadi USD200 juta sehari karena patokan Ural jatuh ke USD45 per barel, hampir di atas harga impas Rusia USD42 per barel.

Bahkan negara-negara seperti India dan China tetap mengamankan pasokan Rusia dengan diskon besar hingga 30% di tengah skema pembatasan harga.

- SDM dan Modal Kabur

Sejak Februari lalu, jutaan orang Rusia telah melarikan diri dari negara tersebut. Eksodus awal ada sekitar 500.000 pekerja terampil pada bulan Maret, lalu diperparah oleh eksodus setidaknya 700.000 orang Rusia.

Kebanyakan dari mereka yang kabur adalah pria usia kerja untuk menghindari kemungkinan adanya wajib militer, hal itu dipicu setelah perintah mobilisasi parsial Putin pada bulan September.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1785 seconds (0.1#10.140)