Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik, Kadin Dorong Kolaborasi RI-Filipina
loading...
A
A
A
Kolaborasi Capai Net Zero
Roadshow ini juga menyoroti peluang besar untuk program regenerasi hutan, mengingat Indonesia dan Filipina memiliki sumber daya hutan yang signifikan, masing-masing sekitar 91,2 juta dan 23,3 juta hektar.
Kedua negara akan mendapat manfaat dari meningkatnya permintaan kredit karbon, melihat nilai pasar karbon diperkirakan yang akan mencapai USD50 miliar pada 2030. Pada dasarnya, kawasan ASEAN memiliki posisi yang baik untuk memanfaatkan peluang ini.
"Dengan pembentukan program warisan ASEAN-BAC Net Zero dan Carbon Center of Excellence, yang bertujuan untuk menciptakan ekosistem untuk pengembangan pasar net zero dan karbon, Indonesia dan Filipina dapat lebih memanfaatkan sumber daya hutan mereka secara signifikan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kawasan," kata Wakil Ketua ASEAN-BAC Bernardino Vega.
Selama roadshow delegasi ASEAN-BAC telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan utama termasuk Louise Araneta-Marcos selaku Ibu Negara Filipina, Frederick Go selaku Penasehat Presiden Bidang Investasi dan Ekonomi, Sekretaris Antonia Loyzaga. Kemudian Departemen Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (DENR), Sekretaris Ivan John Uy, Departemen Teknologi Informasi dan Komunikasi (DICT), Renren Reyes, Presiden dan CEO GXI, CMO G Cash, Cezar P. Consing, Presiden dan CEO Ayala Corporation dan pemangku kepentingan lainnya.
Delegasi dari ASEAN-BAC yang ikut dalam roadshow ini antara lain, Ketua ASEAN-BAC, Arsjad Rasjid, Bernardino Vega, Ketua Alternatif ASEAN-BAC, Maspiyono, Anggota Dewan ASEAN-BAC, Gil Gonzales, Direktur Eksekutif Sekretariat ASEAN-BAC, dan Pandu Sjahrir, Ketua Program Warisan ASEAN-BAC untuk ASEAN QR Code.
Kemitraan ekonomi yang kuat antara Indonesia dan Filipina dapat terlihat dari kolaborasi kedua negara. Angka investasi Filipina di Indonesia mencapai USD14 juta pada 2022. Indonesia pun memiliki peran penting sebagai eksportir dari beberapa komoditas seperti bahan bakar, infrastruktur, ore slag dan ash ke Filipina dengan nilai mencapai USD5,92 miliar pada 2021.
Roadshow ini juga menyoroti peluang besar untuk program regenerasi hutan, mengingat Indonesia dan Filipina memiliki sumber daya hutan yang signifikan, masing-masing sekitar 91,2 juta dan 23,3 juta hektar.
Kedua negara akan mendapat manfaat dari meningkatnya permintaan kredit karbon, melihat nilai pasar karbon diperkirakan yang akan mencapai USD50 miliar pada 2030. Pada dasarnya, kawasan ASEAN memiliki posisi yang baik untuk memanfaatkan peluang ini.
"Dengan pembentukan program warisan ASEAN-BAC Net Zero dan Carbon Center of Excellence, yang bertujuan untuk menciptakan ekosistem untuk pengembangan pasar net zero dan karbon, Indonesia dan Filipina dapat lebih memanfaatkan sumber daya hutan mereka secara signifikan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kawasan," kata Wakil Ketua ASEAN-BAC Bernardino Vega.
Selama roadshow delegasi ASEAN-BAC telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan utama termasuk Louise Araneta-Marcos selaku Ibu Negara Filipina, Frederick Go selaku Penasehat Presiden Bidang Investasi dan Ekonomi, Sekretaris Antonia Loyzaga. Kemudian Departemen Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (DENR), Sekretaris Ivan John Uy, Departemen Teknologi Informasi dan Komunikasi (DICT), Renren Reyes, Presiden dan CEO GXI, CMO G Cash, Cezar P. Consing, Presiden dan CEO Ayala Corporation dan pemangku kepentingan lainnya.
Delegasi dari ASEAN-BAC yang ikut dalam roadshow ini antara lain, Ketua ASEAN-BAC, Arsjad Rasjid, Bernardino Vega, Ketua Alternatif ASEAN-BAC, Maspiyono, Anggota Dewan ASEAN-BAC, Gil Gonzales, Direktur Eksekutif Sekretariat ASEAN-BAC, dan Pandu Sjahrir, Ketua Program Warisan ASEAN-BAC untuk ASEAN QR Code.
Kemitraan ekonomi yang kuat antara Indonesia dan Filipina dapat terlihat dari kolaborasi kedua negara. Angka investasi Filipina di Indonesia mencapai USD14 juta pada 2022. Indonesia pun memiliki peran penting sebagai eksportir dari beberapa komoditas seperti bahan bakar, infrastruktur, ore slag dan ash ke Filipina dengan nilai mencapai USD5,92 miliar pada 2021.
(nng)