Utang China di Afrika demi Kuasai Harta Karun Bikin Bank Dunia Ketakutan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Bank Dunia David Malpass mengungkapkan kecemasannya atas utang yang diberikan China kepada negara-negara berkembang di Afrika. Malpas menegaskan bahwa syarat dan kententuan pemberian utang itu haru lebih transparan.
Melansir BBC, Senin (4/3/2023), kecemasan Malpass itu diungkapkan saat negara-negara Afrika, termasuk Ghana dan Zambia sedang berjuang untuk membayar utang mereka ke Beijing. China sendiri mengatakan bahwa pinjaman semacam itu dilakukan dalam aturan internasional.
Menurut Beijing, negara berkembang sering meminjam uang dari negara lain atau badan multilateral untuk membiayai sektor yang akan menumbuhkan ekonomi mereka, seperti infrastruktur, pendidikan, dan pertanian.
Namun kenaikan suku bunga yang tajam di AS dan ekonomi negara utama lainnya selama setahun terakhir membuat pembayaran lebih mahal karena banyak pinjaman dilakukan dalam mata uang asing seperti dolar atau euro.
Situasi itu adalah masalah yang sangat akut bagi ekonomi berkembang yang berjuang untuk menemukan uang ekstra yang diperlukan karena nilai mata uang mereka sendiri jatuh.
"Ini adalah pukulan ganda dan itu berarti pertumbuhan [ekonomi] akan lebih lambat," kata Mr Malpass.
Perkara itulah yang menjadi motif utama kunjungan Wakil Presiden AS Kamala Harris minggu ini ke tiga negara Afrika. Kunjungan ini diklaim datang dengan komitmen besar berupa dukungan keuangan Amerika ke Tanzania dan Ghana.
Ada persaingan yang berkembang antara Amerika dengan China untuk mendapatkan pengaruh di benua itu. Pasalnya, Afrika memiliki sumber daya alam yang melimpah termasuk logam, seperti nikel, meterial penting yang dibutuhkan untuk baterai kendaraan listrik.
Berbicara di ibu kota Ghana, Accra, Kemala Harris mengatakan "Amerika tidak akan dipandu oleh apa yang dapat kami lakukan terhadap mitra Afrika kami, tetapi dipandu oleh apa yang dapat kami lakukan bersama mitra Afrika kami".
Melansir BBC, Senin (4/3/2023), kecemasan Malpass itu diungkapkan saat negara-negara Afrika, termasuk Ghana dan Zambia sedang berjuang untuk membayar utang mereka ke Beijing. China sendiri mengatakan bahwa pinjaman semacam itu dilakukan dalam aturan internasional.
Menurut Beijing, negara berkembang sering meminjam uang dari negara lain atau badan multilateral untuk membiayai sektor yang akan menumbuhkan ekonomi mereka, seperti infrastruktur, pendidikan, dan pertanian.
Namun kenaikan suku bunga yang tajam di AS dan ekonomi negara utama lainnya selama setahun terakhir membuat pembayaran lebih mahal karena banyak pinjaman dilakukan dalam mata uang asing seperti dolar atau euro.
Situasi itu adalah masalah yang sangat akut bagi ekonomi berkembang yang berjuang untuk menemukan uang ekstra yang diperlukan karena nilai mata uang mereka sendiri jatuh.
"Ini adalah pukulan ganda dan itu berarti pertumbuhan [ekonomi] akan lebih lambat," kata Mr Malpass.
Perkara itulah yang menjadi motif utama kunjungan Wakil Presiden AS Kamala Harris minggu ini ke tiga negara Afrika. Kunjungan ini diklaim datang dengan komitmen besar berupa dukungan keuangan Amerika ke Tanzania dan Ghana.
Ada persaingan yang berkembang antara Amerika dengan China untuk mendapatkan pengaruh di benua itu. Pasalnya, Afrika memiliki sumber daya alam yang melimpah termasuk logam, seperti nikel, meterial penting yang dibutuhkan untuk baterai kendaraan listrik.
Berbicara di ibu kota Ghana, Accra, Kemala Harris mengatakan "Amerika tidak akan dipandu oleh apa yang dapat kami lakukan terhadap mitra Afrika kami, tetapi dipandu oleh apa yang dapat kami lakukan bersama mitra Afrika kami".