Ekonomi Rusia Meluncur Menuju Deindustrialisasi Imbas Perang
loading...
A
A
A
MOSKOW - Dampak krisis besar-besaran terhadap ekonomi Rusia pada tahun 2022, diperkirakan berlanjut di 2023 ketika sanksi terus menghantam Moskow. Dalam sebuah laporan mencatat bahwa kebijakan efektif oleh bank sentral Rusia, pendapatan ekspor yang kuat dan peningkatan pengeluaran pemerintah mulai melunak.
Banyak bisnis harus menyesuaikan diri dengan menggunakan komponen berkualitas lebih rendah atau menghabiskan lebih banyak uang. Pasar keuangan Rusia dan banyak sektor ekonomi riil sekarang harus beroperasi tanpa mitra asing. Beberapa perusahaan beralih dari rantai produksi berteknologi tinggi ke berteknologi rendah.
Sanksi terhadap sektor minyak Rusia sudah berlaku penuh. Targetnya sektor ekspor tidak lagi dapat mendukung pertumbuhan PDB. Selain itu ketika perang Rusia Ukraina berlangsung berlarut-larut, pengeluaran pemerintah dan investasi akan meningkat.
Defisit anggaran pada tahun 2023 akan jauh lebih tinggi dari perkiraan resmi saat ini sebesar 2% dari PDB. Tahun ini Rusia diperkitakan mengalami resesi ekonomi yang semakin dalam.
Di masa depan, potensi pemulihan ekonomi Rusia akan dibentuk oleh dua faktor yang sangat fluktuatif: perang di Ukraina dan stabilitas fiskal Rusia.
Bank Sentral Finlandia menerangkan, bahwa pada pandangan pertama mungkin tampak bahwa ekonomi Rusia tidak banyak menderita akibat perang. Namun analis mengatakan, bahwa dalam situasi saat ini, indikator utama PDB tidak penting, karena mereka menutupi restrukturisasi ekonomi Rusia yang signifikan.
Selama tahun pertama perang berlangsung, otoritas Rusia mendorong ekonomi ke jalur transformasi struktural menuju autarki yakni kebijakan ekonomi untuk membatasi perdagangan hanya dilakukan di dalam suatu negara. Substitusi impor dan pemisahan diri dari "negara-negara tidak bersahabat" menjadi agenda utama politik Moskow.
Jenis kebijakan ini dapat berhasil jika investasi besar dilakukan dalam produksi dalam negeri untuk menggantikan impor yang hilang, ditambah dengan membangun jaringan transportasi baru.
Banyak bisnis harus menyesuaikan diri dengan menggunakan komponen berkualitas lebih rendah atau menghabiskan lebih banyak uang. Pasar keuangan Rusia dan banyak sektor ekonomi riil sekarang harus beroperasi tanpa mitra asing. Beberapa perusahaan beralih dari rantai produksi berteknologi tinggi ke berteknologi rendah.
Sanksi terhadap sektor minyak Rusia sudah berlaku penuh. Targetnya sektor ekspor tidak lagi dapat mendukung pertumbuhan PDB. Selain itu ketika perang Rusia Ukraina berlangsung berlarut-larut, pengeluaran pemerintah dan investasi akan meningkat.
Defisit anggaran pada tahun 2023 akan jauh lebih tinggi dari perkiraan resmi saat ini sebesar 2% dari PDB. Tahun ini Rusia diperkitakan mengalami resesi ekonomi yang semakin dalam.
Di masa depan, potensi pemulihan ekonomi Rusia akan dibentuk oleh dua faktor yang sangat fluktuatif: perang di Ukraina dan stabilitas fiskal Rusia.
Bank Sentral Finlandia menerangkan, bahwa pada pandangan pertama mungkin tampak bahwa ekonomi Rusia tidak banyak menderita akibat perang. Namun analis mengatakan, bahwa dalam situasi saat ini, indikator utama PDB tidak penting, karena mereka menutupi restrukturisasi ekonomi Rusia yang signifikan.
Selama tahun pertama perang berlangsung, otoritas Rusia mendorong ekonomi ke jalur transformasi struktural menuju autarki yakni kebijakan ekonomi untuk membatasi perdagangan hanya dilakukan di dalam suatu negara. Substitusi impor dan pemisahan diri dari "negara-negara tidak bersahabat" menjadi agenda utama politik Moskow.
Jenis kebijakan ini dapat berhasil jika investasi besar dilakukan dalam produksi dalam negeri untuk menggantikan impor yang hilang, ditambah dengan membangun jaringan transportasi baru.