Ekonomi Rusia Meluncur Menuju Deindustrialisasi Imbas Perang
loading...
A
A
A
Karena sumber daya terbatas, investasi di sektor lain akan turun. Beberapa ekonom cukup ilustratif menyebutnya sebagai tanda industrialisasi terbalik atau deindustrialisasi.
Ekonomi Barat yang disebut Rusia "tidak ramah", membentuk lebih dari 50% ekonomi dunia dan menyumbang lebih besar dari kegiatan penelitian dan inovasi global. Pada akhir 2021, lebih dari 90% FDI Rusia berasal dari "negara-negara tidak bersahabat." Pemutusan hubungan ini jadi kejutan besar dan hambatan pada potensi pertumbuhan Rusia.
Selain itu, perlu dicatat bahwa sementara perang terus terjadi di Ukraina, Rusia perlu berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan potensi militernya, yang telah menjadi tujuan utama kebijakan ekonomi negara itu. Ini tidak hanya berlaku untuk industri militer, tetapi juga pada sektor tekstil, makanan, dan obat-obatan.
"Rusia tak terhindarkan terjebak di jalur penurunan potensi pertumbuhan dan masa depan ekonomi yang suram," ungkap laporan itu menyimpulkan.
Sementara itu sebelumnya Bloomberg melaporkan bahwa pada tahun 2022, terlepas dari pengenaan sanksi, Rusia mampu menyimpan sekitar USD80 miliar di luar negeri – yaitu sekitar sepertiga dari semua pendapatan tambahan yang diterima Moskow karena harga energi yang melejit.
Untuk diketahui Deindustrialisasi adalah proses kebalikan dari industrialisasi yaitu penurunan kontribusi sektor manufaktur alias industri pengolahan nonmigas terhadap PDB. Dalam konteks ini, penurunan juga terjadi dari aspek output produksi dan tenaga kerja sehingga sektor kegiatan manufaktur mengalami penurunan nilai tambah.
Lihat Juga: Harga Emas Hari Ini Merayap Naik Rp8 Ribu per Gram, Berikut Daftar Lengkap Nilai Jualnya
Ekonomi Barat yang disebut Rusia "tidak ramah", membentuk lebih dari 50% ekonomi dunia dan menyumbang lebih besar dari kegiatan penelitian dan inovasi global. Pada akhir 2021, lebih dari 90% FDI Rusia berasal dari "negara-negara tidak bersahabat." Pemutusan hubungan ini jadi kejutan besar dan hambatan pada potensi pertumbuhan Rusia.
Selain itu, perlu dicatat bahwa sementara perang terus terjadi di Ukraina, Rusia perlu berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan potensi militernya, yang telah menjadi tujuan utama kebijakan ekonomi negara itu. Ini tidak hanya berlaku untuk industri militer, tetapi juga pada sektor tekstil, makanan, dan obat-obatan.
"Rusia tak terhindarkan terjebak di jalur penurunan potensi pertumbuhan dan masa depan ekonomi yang suram," ungkap laporan itu menyimpulkan.
Sementara itu sebelumnya Bloomberg melaporkan bahwa pada tahun 2022, terlepas dari pengenaan sanksi, Rusia mampu menyimpan sekitar USD80 miliar di luar negeri – yaitu sekitar sepertiga dari semua pendapatan tambahan yang diterima Moskow karena harga energi yang melejit.
Untuk diketahui Deindustrialisasi adalah proses kebalikan dari industrialisasi yaitu penurunan kontribusi sektor manufaktur alias industri pengolahan nonmigas terhadap PDB. Dalam konteks ini, penurunan juga terjadi dari aspek output produksi dan tenaga kerja sehingga sektor kegiatan manufaktur mengalami penurunan nilai tambah.
Lihat Juga: Harga Emas Hari Ini Merayap Naik Rp8 Ribu per Gram, Berikut Daftar Lengkap Nilai Jualnya
(akr)