Penjualan Menggeliat, Kelas Menengah Jadi Harapan Industri Automotif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Industri automotif nasional pada masa pandemi Covid-19 dinilai masih tetap prospektif. Hal ini terlihat dari menggeliatnya kembali volume penjualan, pembangunan infrastruktur, yang terus dilakukan, dan masih tingginya kapasitas produksi dengan didukung populasi kelas menengah.
Dalam laporan Bank Dunia, jumlah kelas menengah di Indonesia terus meningkat, jika pada 2018 baru menembus 30% dari jumlah populasi penduduk Indonesia. Tahun lalu angkanya meningkat menjadi 2019 mendekati separuh dari populasi penduduk Indonesia atau sekitar 115 juta penduduk Indonesia saat ini.
Kenaikan jumlah penduduk kelas menengah ini telah mengerek jumlah kepemilikan mobil di Indonesia. Dari yang semula 80-87 mobil per seribu penduduk, tahun lalu angkanya sudah naik menjadi 99 mobil per seribu penduduk.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengatakan daya beli kelas menengah atas masih menjadi harapan industri automotif meskipun tidak akan kembali pada kondisi sebelum pandemi. Menurutnya di tengah kondisi pandemi kini, memaksa masyarakat harus fokus ke kebutuhan primer. "Tahun ini pertumbuhan industri akan jatuh. Kelas menengah akan mendukung pembelian semester dua. Setidaknya angkanya lebih baik dibandingkan saat PSBB lalu," ujar Johnny di Jakarta, kemarin. (Baca: Pasar Mobil Bekas di Indonesia Diyakini Pulih)
Lebih lanjut dia juga mengingatkan data industri automotif per Juni 2020 yang menyebut mulai ada kenaikan penjualan automotif tidak menunjukkan kondisi sebenarnya. Data tersebut merupakan akumulasi dari kondisi awal tahun yang masih relatif normal.
"Data tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi riil karena dihitung sejak awal tahun. Kondisi terparah sejak Maret hingga Juni 2020. Hingga akhir tahun ini volume penjualan di kisaran hanya 500.000-550.000 unit," katanya.
Direktur Sales dan Distribusi Mandiri Tunas Finance (MTF) Harjanto Tjitohardjojo mengakui industri otomotif masih bergantung pada segmen menengah atas. Kebutuhan kendaraan bermotor menurut dia masih terus ada. "Potensi kelas menengah masih baik walau jauh dari kondisi normal sebelumnya. Masih ada kebutuhan kendaraan bermotor," jelas Harjanto.
Meskipun ada potensi tapi tantangannya sangat besar karena pemulihan daya beli khususnya segmen menengah atas akan terjadi perlahan. Prioritas belanja masyarakat di tengah pandemi masih untuk kebutuhan pokok dan kesehatan. "Pulihnya bertahap. Kelas menengah yang tidak berdampak signifikan, mereka masih ada kebutuhan lainnya," paparnya. (Baca juga: Pasar Automotif Baru Pulih Tahun Depan)
Direktur Astra Financial Yulian Warman juga mengatakan minat belanja masyarakat kelas menengah atas sudah tertahan cukup lama dari bulan Maret 2020 lalu hingga sekarang. Atau persis selama pandemi. Sehingga menurut dia dengan adanya pelonggaran PSBB langsung disambut dengan pembelian kendaraan bermotor.
"Jadi, kelas menengah yang berkemampuan membeli sepeda motor dan mobil itu masih menunggu kondisi pandemi ini kapan berakhir. Buktinya dengan PSBB sedikit dibuka, pergerakan pembelian kelihatan di berbagai kota," kata Yulian.
Sementara, Sekjen Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengakui industri automotif nasional, bahkan dunia, memang sempat turun padahal sedang ada upaya untuk bangkit usai adanya pemilihan presiden dan wakil presiden, tapi turun lagi dengan adanya Covid-19.
Menurut dia, industri automotif Indonesia di kawasan ASEAN sebenarnya sudah sangat berkembang, sekalipun masih berada di belakang Thailand yang menempati urutan satu dengan munculnya pesaing baru datang dari Vietnam. (Baca juga: Pasukan TNI Berhasil Selamatkan Warga AS dari Penyanderaan di Kongo)
Namun, katanya, dengan kebersamaan pemerintah dan swasta yang solid diharapkan industri automotif nasional bisa tumbuh lebih baik lagi. Hal lain yang ikut mendorong prospek automotif Indonesia akan berkembang, ungkap Kukuh, adalah pembangunan infrastruktur tetap berjalan walaupun Covid-19 belum selesai.
Gaikindo menilai terus berjalannya pembangunan infrastruktur akan berimbas pada pemerataan ekonomi di daerah-daerah. Kondisi ini pula yang mengakibatkan penjualan kendaraan bermotor mulai merata di hampir semua daerah dan tidak lagi terpusat di Pulau Jawa.
"Kalau 20 tahun lalu sebesar 80% penjualan kendaraan terkonsentrasi di Pulau Jawa, tapi sekarang penjualan di Jawa hanya 40%," katanya. (Lihat videonya: Diduga untuk Ilmu Hitam, 2 jenazah di TPU Karang Bahagia bekasi Dicuri)
Kukuh mengatakan, pihaknya ikut mendorong dan mendukung program kendaraan listrik sebagai kendaraan alternatif untuk mengurangi bahan bakar fosil. Meskipun demikian, dia mengakui, masih banyak hal yang harus dibenahi dan dilakukan oleh pemerintah dan swasta agar program kendaraan listrik bisa tumbuh dan berjalan dengan baik dan berjalan lancar. (Hafid Fuad/Rakhmat Baihaqi/Ant)
Dalam laporan Bank Dunia, jumlah kelas menengah di Indonesia terus meningkat, jika pada 2018 baru menembus 30% dari jumlah populasi penduduk Indonesia. Tahun lalu angkanya meningkat menjadi 2019 mendekati separuh dari populasi penduduk Indonesia atau sekitar 115 juta penduduk Indonesia saat ini.
Kenaikan jumlah penduduk kelas menengah ini telah mengerek jumlah kepemilikan mobil di Indonesia. Dari yang semula 80-87 mobil per seribu penduduk, tahun lalu angkanya sudah naik menjadi 99 mobil per seribu penduduk.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengatakan daya beli kelas menengah atas masih menjadi harapan industri automotif meskipun tidak akan kembali pada kondisi sebelum pandemi. Menurutnya di tengah kondisi pandemi kini, memaksa masyarakat harus fokus ke kebutuhan primer. "Tahun ini pertumbuhan industri akan jatuh. Kelas menengah akan mendukung pembelian semester dua. Setidaknya angkanya lebih baik dibandingkan saat PSBB lalu," ujar Johnny di Jakarta, kemarin. (Baca: Pasar Mobil Bekas di Indonesia Diyakini Pulih)
Lebih lanjut dia juga mengingatkan data industri automotif per Juni 2020 yang menyebut mulai ada kenaikan penjualan automotif tidak menunjukkan kondisi sebenarnya. Data tersebut merupakan akumulasi dari kondisi awal tahun yang masih relatif normal.
"Data tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi riil karena dihitung sejak awal tahun. Kondisi terparah sejak Maret hingga Juni 2020. Hingga akhir tahun ini volume penjualan di kisaran hanya 500.000-550.000 unit," katanya.
Direktur Sales dan Distribusi Mandiri Tunas Finance (MTF) Harjanto Tjitohardjojo mengakui industri otomotif masih bergantung pada segmen menengah atas. Kebutuhan kendaraan bermotor menurut dia masih terus ada. "Potensi kelas menengah masih baik walau jauh dari kondisi normal sebelumnya. Masih ada kebutuhan kendaraan bermotor," jelas Harjanto.
Meskipun ada potensi tapi tantangannya sangat besar karena pemulihan daya beli khususnya segmen menengah atas akan terjadi perlahan. Prioritas belanja masyarakat di tengah pandemi masih untuk kebutuhan pokok dan kesehatan. "Pulihnya bertahap. Kelas menengah yang tidak berdampak signifikan, mereka masih ada kebutuhan lainnya," paparnya. (Baca juga: Pasar Automotif Baru Pulih Tahun Depan)
Direktur Astra Financial Yulian Warman juga mengatakan minat belanja masyarakat kelas menengah atas sudah tertahan cukup lama dari bulan Maret 2020 lalu hingga sekarang. Atau persis selama pandemi. Sehingga menurut dia dengan adanya pelonggaran PSBB langsung disambut dengan pembelian kendaraan bermotor.
"Jadi, kelas menengah yang berkemampuan membeli sepeda motor dan mobil itu masih menunggu kondisi pandemi ini kapan berakhir. Buktinya dengan PSBB sedikit dibuka, pergerakan pembelian kelihatan di berbagai kota," kata Yulian.
Sementara, Sekjen Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengakui industri automotif nasional, bahkan dunia, memang sempat turun padahal sedang ada upaya untuk bangkit usai adanya pemilihan presiden dan wakil presiden, tapi turun lagi dengan adanya Covid-19.
Menurut dia, industri automotif Indonesia di kawasan ASEAN sebenarnya sudah sangat berkembang, sekalipun masih berada di belakang Thailand yang menempati urutan satu dengan munculnya pesaing baru datang dari Vietnam. (Baca juga: Pasukan TNI Berhasil Selamatkan Warga AS dari Penyanderaan di Kongo)
Namun, katanya, dengan kebersamaan pemerintah dan swasta yang solid diharapkan industri automotif nasional bisa tumbuh lebih baik lagi. Hal lain yang ikut mendorong prospek automotif Indonesia akan berkembang, ungkap Kukuh, adalah pembangunan infrastruktur tetap berjalan walaupun Covid-19 belum selesai.
Gaikindo menilai terus berjalannya pembangunan infrastruktur akan berimbas pada pemerataan ekonomi di daerah-daerah. Kondisi ini pula yang mengakibatkan penjualan kendaraan bermotor mulai merata di hampir semua daerah dan tidak lagi terpusat di Pulau Jawa.
"Kalau 20 tahun lalu sebesar 80% penjualan kendaraan terkonsentrasi di Pulau Jawa, tapi sekarang penjualan di Jawa hanya 40%," katanya. (Lihat videonya: Diduga untuk Ilmu Hitam, 2 jenazah di TPU Karang Bahagia bekasi Dicuri)
Kukuh mengatakan, pihaknya ikut mendorong dan mendukung program kendaraan listrik sebagai kendaraan alternatif untuk mengurangi bahan bakar fosil. Meskipun demikian, dia mengakui, masih banyak hal yang harus dibenahi dan dilakukan oleh pemerintah dan swasta agar program kendaraan listrik bisa tumbuh dan berjalan dengan baik dan berjalan lancar. (Hafid Fuad/Rakhmat Baihaqi/Ant)
(ysw)