Kemendag Dorong Perempuan Pelaku Usaha Tembus Pasar Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan ( Kemendag ) mendorong perempuan pelaku usaha memasarkan produk makanan olahan ke pasar Kanada. Salah satunya, dengan menggelar lokakarya bertemakan ‘Peluang dan Potensi Ekspor Produk Makanan Olahan ke Pasar Kanada’ pada Rabu lalu (3/5/2023) di Bogor, Jawa Barat.
Lokakarya dihadiri 40 perempuan pelaku usaha dari wilayah Jabodetabek. Lokakarya ini merupakan kerja sama antara Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) dengan Trade Facilitation Office (TFO) Kanada.
“Kemendag membuka kerja sama dengan segenap pihak yang mendukung peningkatan perekonomian dan kesetaraan gender seperti TFO Kanada. Kesempatan ini harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengembangkan kapasitas para pelaku usaha perempuan, khususnya yang bergerak di sektor makanan olahan agar bisa membuka pasar ekspornya di Kanada,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Didi Sumedi dalam keterangannya, Jumat (5/5/2023).
Sementara itu, Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Merry Maryati menuturkan, untuk memperluas pasar ekspor produk Indonesia, Kemendag memiliki berbagai program yang bisa dimanfaatkan para pelaku usaha. Kemendag memiliki berbagai program promosi melalui pameran dagang berskala internasional dan misi dagang, peningkatan daya saing dan pengembangan produk melalui fasilitas kegiatan adaptasi produk, pengembangan dan konsultasi desain produk atau kemasan di Indonesian Design Development Center (IDDC) dan Good Design Indonesia.
"Lalu pengembangan merek dan sertifikasi produk ekspor seperti halal dan Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP)/Analisis bahaya dan pengendalian titik kritis, pendaftaran Hak kekayaan intelektual (HKI), serta layanan informasi peluang pasar ekspor melalui INAEXPORT (inaexport.id) dan Inadigiexport,” ujar Merry saat membuka lokakarya.
Merry juga menyampaikan kepada para peserta lokakarya agar para pelaku usaha terus meningkatkan daya saing serta memanfaatkan peluang sebaik-baiknya. Pelaku usaha diharapkan dapat terus menambah kapabilitas dan memanfaatkan berbagai fasilitas yang diselenggarakan pemerintah maupun pihak lainnya.
“Kita harus memanfaatkan peluang sekecil apa pun untuk terus-menerus meningkatkan kemampuan daya saing produk, agar mampu berkompetisi dengan negara lain. Tidak hanya peningkatan daya saing, tetapi juga awareness bagi buyers dan konsumen juga harus gencar dilaksanakan. Manfaatkanlah program fasilitasi pengembangan produk dan pasar ekspor yang diselenggarakan Pemerintah maupun pemangku kepentingan lainnya,” pungkas Merry.
Industri makanan olahan memiliki peranan penting dalam ekspor nonmigas Indonesia. Pada 2022, nilai ekspor produk makanan dan minuman (mamin) olahan mencapai USD5,24 miliar atau naik 5,4% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar USD4,97 miliar. Tren ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia periode 2018--2022 rata-rata mengalami pertumbuhan 7,5% per tahun.
Pada 20233, ekspor produk mamin olahan utama Indonesia didominasi food preparation, olahan udang, wafer, ekstrak kopi, dan produk ikan. Negara tujuan ekspor terbesar untuk produk mamin olahan adalah Amerika Serikat (20,24%), Filipina (13,77%), Malaysia (7,44%), Tiongkok (7,06%), dan Singapura (5,17%).
Lokakarya dihadiri 40 perempuan pelaku usaha dari wilayah Jabodetabek. Lokakarya ini merupakan kerja sama antara Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) dengan Trade Facilitation Office (TFO) Kanada.
“Kemendag membuka kerja sama dengan segenap pihak yang mendukung peningkatan perekonomian dan kesetaraan gender seperti TFO Kanada. Kesempatan ini harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengembangkan kapasitas para pelaku usaha perempuan, khususnya yang bergerak di sektor makanan olahan agar bisa membuka pasar ekspornya di Kanada,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Didi Sumedi dalam keterangannya, Jumat (5/5/2023).
Sementara itu, Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Merry Maryati menuturkan, untuk memperluas pasar ekspor produk Indonesia, Kemendag memiliki berbagai program yang bisa dimanfaatkan para pelaku usaha. Kemendag memiliki berbagai program promosi melalui pameran dagang berskala internasional dan misi dagang, peningkatan daya saing dan pengembangan produk melalui fasilitas kegiatan adaptasi produk, pengembangan dan konsultasi desain produk atau kemasan di Indonesian Design Development Center (IDDC) dan Good Design Indonesia.
"Lalu pengembangan merek dan sertifikasi produk ekspor seperti halal dan Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP)/Analisis bahaya dan pengendalian titik kritis, pendaftaran Hak kekayaan intelektual (HKI), serta layanan informasi peluang pasar ekspor melalui INAEXPORT (inaexport.id) dan Inadigiexport,” ujar Merry saat membuka lokakarya.
Merry juga menyampaikan kepada para peserta lokakarya agar para pelaku usaha terus meningkatkan daya saing serta memanfaatkan peluang sebaik-baiknya. Pelaku usaha diharapkan dapat terus menambah kapabilitas dan memanfaatkan berbagai fasilitas yang diselenggarakan pemerintah maupun pihak lainnya.
“Kita harus memanfaatkan peluang sekecil apa pun untuk terus-menerus meningkatkan kemampuan daya saing produk, agar mampu berkompetisi dengan negara lain. Tidak hanya peningkatan daya saing, tetapi juga awareness bagi buyers dan konsumen juga harus gencar dilaksanakan. Manfaatkanlah program fasilitasi pengembangan produk dan pasar ekspor yang diselenggarakan Pemerintah maupun pemangku kepentingan lainnya,” pungkas Merry.
Industri makanan olahan memiliki peranan penting dalam ekspor nonmigas Indonesia. Pada 2022, nilai ekspor produk makanan dan minuman (mamin) olahan mencapai USD5,24 miliar atau naik 5,4% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar USD4,97 miliar. Tren ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia periode 2018--2022 rata-rata mengalami pertumbuhan 7,5% per tahun.
Pada 20233, ekspor produk mamin olahan utama Indonesia didominasi food preparation, olahan udang, wafer, ekstrak kopi, dan produk ikan. Negara tujuan ekspor terbesar untuk produk mamin olahan adalah Amerika Serikat (20,24%), Filipina (13,77%), Malaysia (7,44%), Tiongkok (7,06%), dan Singapura (5,17%).
(uka)