Jika Mentok di CPO Saja, Masa Depan Industri Sawit Tak Berkembang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Sri Adiningsih mengatakan, nilai tambah produk kelapa sawit di pasar domestik dan luar negeri masih sangat rendah. Kondisi itu disebabkan hilirisasi produk kelapa sawit yang masih terbatas.
"Hilirisasi dari produk kelapa sawit ini harus benar-benar dilakukan sehingga jika kita bicara sawit bukan hanya CPO saja, tetapi industri manufaktur yang memanfaatkan sawit semaksimal mungkin," ujarnya pada diskusi "Mendongkrak Pasar Domestik dan Ekspor Minyak Sawit Indonesia", Rabu (22/7/2020).
Sri melanjutkan, kelapa sawit merupakan produk unggulan Indonesia karena berperan besar dalam perekonomian, termasuk penciptaan lapangan kerja dan kesejahteraan. Indonesia menjadi eksportir kelapa sawit terbesar di dunia dengan nilai ekspor yang meningkat.
"Hilirisasi ini yang harus terus didorong, apalagi dengan potensi bioenergi yang besar ini menjadi masa depan kelapa sawit," ungkapnya. ( Baca juga:Antisipasi Konflik, Pemerintah Harus Benahi Tata Kelola Lahan Sawit )
Menurut dia, investasi di industri hilir memang tidak mudah karena risikonya yang besar dan juga mahal. Namun hilirisasi menjadi keharusan dalam pengembangan kelapa sawit yang berkelanjutan demi kemajuan industrinya.
"Secara umum memang tidak mudah. Dijual dalam bentuk CPO saja memang sudah memberikan keuntungan. Tetapi demi masa depan sawit, hilirisasi ini perlu didorong. Tentunya perlu dukungan dari pemerintah," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, permintaan kelapa sawit di dalam negeri sebanyak 30%. Sisanya, sebanyak 70% sawit Indonesia diekspor.
"Indonesia perlu meningkatkan pasar domestik. Tujuannya untuk memperkuat posisi tawar kita sebagai produsen sawit," tuturnya.
Lihat Juga: Relawan Pengusaha Pejuang Bersatu Yakin Pasangan RIDO Menang 1 Putaran di Pilkada Jakarta
"Hilirisasi dari produk kelapa sawit ini harus benar-benar dilakukan sehingga jika kita bicara sawit bukan hanya CPO saja, tetapi industri manufaktur yang memanfaatkan sawit semaksimal mungkin," ujarnya pada diskusi "Mendongkrak Pasar Domestik dan Ekspor Minyak Sawit Indonesia", Rabu (22/7/2020).
Sri melanjutkan, kelapa sawit merupakan produk unggulan Indonesia karena berperan besar dalam perekonomian, termasuk penciptaan lapangan kerja dan kesejahteraan. Indonesia menjadi eksportir kelapa sawit terbesar di dunia dengan nilai ekspor yang meningkat.
"Hilirisasi ini yang harus terus didorong, apalagi dengan potensi bioenergi yang besar ini menjadi masa depan kelapa sawit," ungkapnya. ( Baca juga:Antisipasi Konflik, Pemerintah Harus Benahi Tata Kelola Lahan Sawit )
Menurut dia, investasi di industri hilir memang tidak mudah karena risikonya yang besar dan juga mahal. Namun hilirisasi menjadi keharusan dalam pengembangan kelapa sawit yang berkelanjutan demi kemajuan industrinya.
"Secara umum memang tidak mudah. Dijual dalam bentuk CPO saja memang sudah memberikan keuntungan. Tetapi demi masa depan sawit, hilirisasi ini perlu didorong. Tentunya perlu dukungan dari pemerintah," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, permintaan kelapa sawit di dalam negeri sebanyak 30%. Sisanya, sebanyak 70% sawit Indonesia diekspor.
"Indonesia perlu meningkatkan pasar domestik. Tujuannya untuk memperkuat posisi tawar kita sebagai produsen sawit," tuturnya.
Lihat Juga: Relawan Pengusaha Pejuang Bersatu Yakin Pasangan RIDO Menang 1 Putaran di Pilkada Jakarta
(uka)