China Darurat Pemuda Nganggur, Sarjana Matematika Jadi Penunggu Toko Roti
loading...
A
A
A
JAKARTA - China sebagai negara dengan ekonomi terbesar dunia mengalami darurat pekerjaan khususnya bagi generasi muda. Pengangguran kaum muda mencetak rekor mencapai 20,4% pada April, sementara 11,58 juta mahasiswa diperkirakan lulus musim panas ini.
Generasi muda di China pun terpaksa melepas impian untuk bekerja di perusahaan-perusahaan besar. Bahkan lulusan matematika di China memutuskan untuk melamar sebagai penunggu toko roti hingga salon kecantikan.
"Mencari pekerjaan sangat sulit. Saya memberitahu keluarga bahwa saya bersedia bekerja sebagai buruh lepas," ujar seorang sarjana matematika di China, dilansir Reuters, Kamis (1/6/2023).
Ekonom memproyeksikan generasi muda di China akan terus berhadapan dengan situasi sulit mencari pekerjaan beberapa waktu mendatang karena industri populer di China belum pulih.
Seperti diketahui, industri seperti teknologi, pendidikan, real estat dan keuangan mendapatkan tindakan keras dari pemerintah China melalui peraturan dan kebijakan pembatasan. Kebijakan tersebut memang telah dibatalkan, namun pemulihan belum terasa. Investasi swasta hanya naik 0,4% pada Januari-April, sementara investasi negara naik 9,4%.
"Pendidikan di China berpacu dengan pemulihan ekonomi, yang berarti bahwa lebih banyak ijazah yang dibagikan daripada yang dibutuhkan. Ada ketidakcocokan besar antara ekspektasi dan realita ekonomi di lapangan," ujar Ekonom Keyu Jin.
Tidak disebutkan secara rinci berapa banyak lulusan yang mengambil pekerjaan di bawah tingkat keterampilan mereka, akan tetapi media pemerintah telah mengakui tren tersebut.
Presiden China Xi Jinping berulang kali mendesak kaum muda untuk terus berjuang untuk mendapatkan pekerjaan. Namun pesannya hampir tidak beresonansi karena mereka sebagian besar hanya ingin menerima kemakmuran begitu saja.
Generasi muda di China pun terpaksa melepas impian untuk bekerja di perusahaan-perusahaan besar. Bahkan lulusan matematika di China memutuskan untuk melamar sebagai penunggu toko roti hingga salon kecantikan.
"Mencari pekerjaan sangat sulit. Saya memberitahu keluarga bahwa saya bersedia bekerja sebagai buruh lepas," ujar seorang sarjana matematika di China, dilansir Reuters, Kamis (1/6/2023).
Ekonom memproyeksikan generasi muda di China akan terus berhadapan dengan situasi sulit mencari pekerjaan beberapa waktu mendatang karena industri populer di China belum pulih.
Seperti diketahui, industri seperti teknologi, pendidikan, real estat dan keuangan mendapatkan tindakan keras dari pemerintah China melalui peraturan dan kebijakan pembatasan. Kebijakan tersebut memang telah dibatalkan, namun pemulihan belum terasa. Investasi swasta hanya naik 0,4% pada Januari-April, sementara investasi negara naik 9,4%.
"Pendidikan di China berpacu dengan pemulihan ekonomi, yang berarti bahwa lebih banyak ijazah yang dibagikan daripada yang dibutuhkan. Ada ketidakcocokan besar antara ekspektasi dan realita ekonomi di lapangan," ujar Ekonom Keyu Jin.
Tidak disebutkan secara rinci berapa banyak lulusan yang mengambil pekerjaan di bawah tingkat keterampilan mereka, akan tetapi media pemerintah telah mengakui tren tersebut.
Presiden China Xi Jinping berulang kali mendesak kaum muda untuk terus berjuang untuk mendapatkan pekerjaan. Namun pesannya hampir tidak beresonansi karena mereka sebagian besar hanya ingin menerima kemakmuran begitu saja.
(nng)