Bukan China Apalagi Malaysia, Turis Asal 5 Negara Ini Paling Royal Belanjakan Duitnya di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis publikasi tahunan “Statistik Pengeluaran Wisatawan Mancanegara 2022”. Seiring meredanya Covid-19 , ada perubahan dalam pola pengeluaran turis asing alias wisatawan mancanegara.
Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia kembali menggeliat mulai tahun 2022 lalu yang merupakan tahun pemulihan usai dihantam pandemi sejak awal 2020.
Kunjungan wisman yang sempat anjlok perlahan naik. BPS mencatat sepanjang tahun 2022 jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 5,47 juta atau naik 251,28% dibanding tahun 2021 yang sebanyak 1,55 juta.
Pada tahun 2021 di mana Covid-19 masih menggila, wisman yang datang ke Tanah Air didominasi oleh bangsa Asia. Namun, pada masa pemulihan di 2022, kedatangan wisatawan bangsa lainnya mulai meningkat, di antaranya dari Eropa, Amerika, Oseania, Timur Tengah, dan Afrika.
Sesuai judulnya, publikasi “Statistik Pengeluaran Wisatawan Mancanegara 2022” mengulas data pengeluaran wisman sepanjang tahun lalu.
Disebutkan bahwa membaiknya situasi Covid-19 mendorong perubahan pola pengeluaran wisman. Di mana, biaya berwisata ke Indonesia tahun 2022 telah berkurang 53,25% dibandingkan tahun 2021.
Pada tahun 2022, seorang wisman rata-rata mengeluarkan biaya sebesar USD1.448,01 setiap berkunjung ke Indonesia atau sekitar Rp22,2 juta dengan kurs saat ini. Sedangkan pada tahun 2021 seorang wisatawan harus mengeluarkan USD3.097,41 atau sekira Rp46,2 juta.
“Kondisi ini terindikasi disebabkan oleh rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara yang lebih singkat di tahun 2022,” tulis publikasi tersebut, dikutip Sabtu (3/6/2023).
Pelbagai pembukaan dan pelonggaran akses wisman yang dilakukan secara bertahap membuat lama tinggal wisman berkurang.
Selain itu, kebijakan pemulihan Covid-19 yang menghapus biaya-biaya terkait kesehatan, seperti biaya karantina, berbagai tes Covid-19, dan asuransi, turut menurunkan biaya yang harus dikeluarkan wisman.
Kendati demikian, rata-rata pengeluaran wisman tahun 2022 masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran tahun 2019 (sebelum pandemi Covid-19) yang mencapai USD1.145,64 atau sekira Rp17 juta.
Berbeda dengan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan yang mengalami penurunan, rata-rata pengeluaran wisman per malam pada tahun 2022 justru naik signifikan.
“Pada tahun 2022 rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara per malam mencapai USD101,13 atau naik 95,50% dibandingkan dengan tahun 2021,” tulis publikasi tersebut.
Adapun wisman memiliki preferensi tertentu saat berkunjung ke Indonesia. Pada tahun 2022, sebagian besar wisman datang ke Indonesia untuk berlibur, terutama bangsa Eropa.
Sementara itu jika menilik kebangsaannya, wisman asal Austria memiliki rata-rata pengeluaran terbesar dibanding bangsa lainnya. Sedangkan wisatawan bangsa Malaysia memiliki rata-rata pengeluaran terkecil saat berkunjung ke Indonesia.
Lebih rinci, pengeluaran per kunjungan terbesar berasal dari wisman Austria yaitu sebesar USD2.767,82 atau sekitar Rp41,2 juta. Kemudian diikuti oleh wisman asal Finlandia (USD2.721,26 atau Rp40,5 juta), Kanada (USD2.543,70 atau Rp37,9 juta), Belgia (USD2.458,84 atau Rp36,6 juta), dan Swiss (USD2.458,05).
Sementara itu, pengeluaran terendah berasal dari Malaysia yang hanya mencapai USD669,41 atau hampir Rp10 juta diikuti oleh Singapura yang sebesar USD796,59 atau sekitar Rp11,8 juta.
Meski begitu, wisman asal Malaysia mendominasi jumlah kunjungan yakni mencapai 1,03 juta kunjungan atau 19% dari total kunjungan wisman ke Indonesia pada tahun 2022. Sedangkan Singapura berada di posisi ketiga setelah Timor Leste, dengan 666.700 kunjungan atau 12,2% dari total kunjungan wisman.
Adapun wisman asal China yang sebelum masa pandemi Covid-19, tepatnya pada 2019 selalu masuk tiga besar penyumbang kunjungan wisman ke Indonesia, dalam publikasi BPS tersebut tidak termasuk ke dalam lima teratas ataupun lima terbawah dalam hal pengeluaran wisman.
Lebih lanjut, publikasi tersebut juga membeberkan bahwa wisman dengan karakteristik tertentu menentukan kecenderungan dalam pengeluaran.
Analisis regresi logistik biner dilakukakan terhadap data Passenger Exit Survey 2022 untuk mengetahui determinan pengeluaran wisman.
Hasilnya menunjukkan bahwa pengeluaran wisman ditentukan oleh umur, jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan, maksud kunjungan utama, jenis akomodasi utama yang digunakan, dan lama kunjungan.
Publikasi BPS mengungkap wisman yang berpeluang lebih besar untuk memiliki pengeluaran tinggi selama berkunjung ke Indonesia adalah wisman dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Berusia tua (55 tahun ke atas)
2) berjenis kelamin perempuan
3) bukan bangsa ASEAN
4) bekerja sebagai manajer bisnis/eksekutif; profesional, atau berstatus sebagai pelajar
5) berkunjung ke Indonesia untuk tujuan yang bersifat pribadi
6) menginap di hotel baik bintang maupun nonbintang
7) tinggal paling lama 12 malam di Indonesia dalam satu kali kunjungan.
Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia kembali menggeliat mulai tahun 2022 lalu yang merupakan tahun pemulihan usai dihantam pandemi sejak awal 2020.
Kunjungan wisman yang sempat anjlok perlahan naik. BPS mencatat sepanjang tahun 2022 jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 5,47 juta atau naik 251,28% dibanding tahun 2021 yang sebanyak 1,55 juta.
Pada tahun 2021 di mana Covid-19 masih menggila, wisman yang datang ke Tanah Air didominasi oleh bangsa Asia. Namun, pada masa pemulihan di 2022, kedatangan wisatawan bangsa lainnya mulai meningkat, di antaranya dari Eropa, Amerika, Oseania, Timur Tengah, dan Afrika.
Sesuai judulnya, publikasi “Statistik Pengeluaran Wisatawan Mancanegara 2022” mengulas data pengeluaran wisman sepanjang tahun lalu.
Disebutkan bahwa membaiknya situasi Covid-19 mendorong perubahan pola pengeluaran wisman. Di mana, biaya berwisata ke Indonesia tahun 2022 telah berkurang 53,25% dibandingkan tahun 2021.
Pada tahun 2022, seorang wisman rata-rata mengeluarkan biaya sebesar USD1.448,01 setiap berkunjung ke Indonesia atau sekitar Rp22,2 juta dengan kurs saat ini. Sedangkan pada tahun 2021 seorang wisatawan harus mengeluarkan USD3.097,41 atau sekira Rp46,2 juta.
“Kondisi ini terindikasi disebabkan oleh rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara yang lebih singkat di tahun 2022,” tulis publikasi tersebut, dikutip Sabtu (3/6/2023).
Pelbagai pembukaan dan pelonggaran akses wisman yang dilakukan secara bertahap membuat lama tinggal wisman berkurang.
Selain itu, kebijakan pemulihan Covid-19 yang menghapus biaya-biaya terkait kesehatan, seperti biaya karantina, berbagai tes Covid-19, dan asuransi, turut menurunkan biaya yang harus dikeluarkan wisman.
Kendati demikian, rata-rata pengeluaran wisman tahun 2022 masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran tahun 2019 (sebelum pandemi Covid-19) yang mencapai USD1.145,64 atau sekira Rp17 juta.
Berbeda dengan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan yang mengalami penurunan, rata-rata pengeluaran wisman per malam pada tahun 2022 justru naik signifikan.
“Pada tahun 2022 rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara per malam mencapai USD101,13 atau naik 95,50% dibandingkan dengan tahun 2021,” tulis publikasi tersebut.
Adapun wisman memiliki preferensi tertentu saat berkunjung ke Indonesia. Pada tahun 2022, sebagian besar wisman datang ke Indonesia untuk berlibur, terutama bangsa Eropa.
Sementara itu jika menilik kebangsaannya, wisman asal Austria memiliki rata-rata pengeluaran terbesar dibanding bangsa lainnya. Sedangkan wisatawan bangsa Malaysia memiliki rata-rata pengeluaran terkecil saat berkunjung ke Indonesia.
Lebih rinci, pengeluaran per kunjungan terbesar berasal dari wisman Austria yaitu sebesar USD2.767,82 atau sekitar Rp41,2 juta. Kemudian diikuti oleh wisman asal Finlandia (USD2.721,26 atau Rp40,5 juta), Kanada (USD2.543,70 atau Rp37,9 juta), Belgia (USD2.458,84 atau Rp36,6 juta), dan Swiss (USD2.458,05).
Sementara itu, pengeluaran terendah berasal dari Malaysia yang hanya mencapai USD669,41 atau hampir Rp10 juta diikuti oleh Singapura yang sebesar USD796,59 atau sekitar Rp11,8 juta.
Meski begitu, wisman asal Malaysia mendominasi jumlah kunjungan yakni mencapai 1,03 juta kunjungan atau 19% dari total kunjungan wisman ke Indonesia pada tahun 2022. Sedangkan Singapura berada di posisi ketiga setelah Timor Leste, dengan 666.700 kunjungan atau 12,2% dari total kunjungan wisman.
Adapun wisman asal China yang sebelum masa pandemi Covid-19, tepatnya pada 2019 selalu masuk tiga besar penyumbang kunjungan wisman ke Indonesia, dalam publikasi BPS tersebut tidak termasuk ke dalam lima teratas ataupun lima terbawah dalam hal pengeluaran wisman.
Lebih lanjut, publikasi tersebut juga membeberkan bahwa wisman dengan karakteristik tertentu menentukan kecenderungan dalam pengeluaran.
Analisis regresi logistik biner dilakukakan terhadap data Passenger Exit Survey 2022 untuk mengetahui determinan pengeluaran wisman.
Hasilnya menunjukkan bahwa pengeluaran wisman ditentukan oleh umur, jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan, maksud kunjungan utama, jenis akomodasi utama yang digunakan, dan lama kunjungan.
Publikasi BPS mengungkap wisman yang berpeluang lebih besar untuk memiliki pengeluaran tinggi selama berkunjung ke Indonesia adalah wisman dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Berusia tua (55 tahun ke atas)
2) berjenis kelamin perempuan
3) bukan bangsa ASEAN
4) bekerja sebagai manajer bisnis/eksekutif; profesional, atau berstatus sebagai pelajar
5) berkunjung ke Indonesia untuk tujuan yang bersifat pribadi
6) menginap di hotel baik bintang maupun nonbintang
7) tinggal paling lama 12 malam di Indonesia dalam satu kali kunjungan.
(ind)