Dunia Sedang Tidak Sinkron, Sri Mulyani: Bagi Pembuat Kebijakan Semakin Rumit

Selasa, 06 Juni 2023 - 13:59 WIB
loading...
Dunia Sedang Tidak Sinkron, Sri Mulyani: Bagi Pembuat Kebijakan Semakin Rumit
Menkeu, Sri Mulyani mengatakan, bagi pembuat kebijakan, pilihan-pilihan kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan kebijakan ekonomi seperti perdagangan dan investasi menjadi semakin rumit. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan atau Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa berbagai gejolak yang bertubi-tubi akan mempengaruhi kinerja perekonomian dunia . Setelah pandemi, ternyata pemulihan ekonomi juga tidak mulus dan mudah karena komplikasi dari pemulihan ekonomi menimbulkan pilihan-pilihan kebijakan yang tidak mudah.



Ketidaksinkronan antara pemulihan sisi demand dan supply global, disrupsi sisi supply akibat pandemi, diikuti dengan pemulihan agregat demand atau permintaan yang luar biasa cepat karena tertahan selama masa pandemi, ditambah dengan munculnya geopolitik, perang, dan ancaman decoupling, menimbulkan ancaman kompleksitas lingkungan ekonomi global.

"Bagi pembuat kebijakan, pilihan-pilihan kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan kebijakan ekonomi seperti perdagangan dan investasi menjadi semakin rumit," ujar Sri Mulyani dalam Green Economy Forum 2023 secara virtual di Jakarta, Selasa (6/6/2023).



Situasi yang tidak bersahabat ini telah membuat perekonomian dunia menjadi melemah. Yang seharusnya pulih, justru mengalami perlemahan.

"2023 ini IMF menyebutkan pertumbuhan hanya 2,8%, lebih rendah dari tahun lalu yang sebetulnya juga belum pulih banget yaitu 3,4%," ungkap Sri.

Untuk tahun depan, meski diperkirakan ada pemulihan yang lebih baik, namun ketidakpastian juga sama tingginya. "Inilah yang sedang kita hadapi, bagaimana menavigasi kondisi perekonomian, politik, keamanan global dan hubungan antar negara yang ternyata tidak mulus dan tidak sinkron," sambung Sri.

Bahkan di atas itu, ada krisis atau potensi shock yang juga bisa mempengaruhi seluruh dunia yaitu pandemi, perubahan iklim, dan perkembangan teknologi digital. "Dalam situasi yang begitu rumit, kondisi Indonesia Alhamdulillah mencatatkan kinerja positif dan cukup resilient," tambah Sri.

Hal ini kata dia, bisa dilihat dari sisi indikator yang menjadi pusat perhatian dari seluruh pembuat kebijakan. Inflasi, pertumbuhan, dan employment, Indonesia dalam hal ini mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas 5% untuk 5 kuartal berturut-turut.

"Kuartal I tahun ini juga bertahan di atas 5%, yaitu 5,03%. Purchasing Managers' Index (PMI) kita juga dalam situasi ekspansif meskipun kita juga melihat dalam bulan Mei ini sedikit menurun," katanya.

Sri Mulyani menyebut bahwa ini adalah situasi yang sangat langka karena sebagian besar negara yang selama ini pertumbuhan ekonominya baik justru dihadapkan pada perlemahan pertumbuhan ekonomi dan PMI-nya melemah atau kontraktif.

"Dari sisi stabilitas, dari sisi inflasi kita justru mengalami stabilitas dan penurunan, bahkan saat Indonesia merayakan hari raya dimana secara musiman biasanya demandnya sangat tinggi dan itu bisa menciptakan dorongan kenaikan harga," lanjut Sri.

Dari sisi nilai tukar, Indonesia relatif stabil, dengan nilai tukar Rupiah tahun lalu terdepresiasi rata-rata 3,9% dibandingkan Malaysia Ringgit terdepresiasi 6,2%dan India Rupee turun 6,4%, Rupiah Indonesia masih memiliki resiliensi dan daya tahan.

"Imbal hasil SBN juga relatif sangat stabil, atau bahkan mengalami penurunan, padahal ini di dalam konteks dimana Amerika Serikat sebagai negara terbesar di dunia sudah menaikkan suku bunga dalam 12 bulan terakhir dengan lebih dari 500 basis poin," tandasnya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4360 seconds (0.1#10.140)