Sri Mulyani Cs Sepakat Turunkan Proyeksi Ekonomi Tahun 2024

Kamis, 08 Juni 2023 - 20:31 WIB
loading...
Sri Mulyani Cs Sepakat...
Faktor global menjadi tantangan ekonomi Indonesia di 2024. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pemerintah dan Komisi XI DPR sepakat untuk merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 menjadi sebesar 5,1%-5,7% yang sebelumnya diperkirakan 5,3%-5,7%. Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan bahwa perubahan proyeksi tersebut berdasarkan penilaian bersama antara Kemenkeu, Bank Indonesia, Bappenas, dan Komisi XI DPR mengenai masih besarnya risiko pelemahan ekonomi global.



"Jadi range batas bawah menurun, itu menggambarkan risiko yang meningkat. Asessment lembaga internasional pun menggambarkan bahwa perekonomian melemah di semester II tahun ini dan akan berlanjut di 2024 sehingga lower end-nya agak diturunkan dari 5,3% ke 5,1%," ujarnya Kamis (8/6/2023).

Sri Mulyani melanjutkan bahwa optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berlanjut mengingat perkiraan terakhir kondisi perekonomian yang telah diungkapkan Bank Dunia masih lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya, karena probabilitas resesi semakin dikesampingkan.

"Meskipun tidak memasuki tahap resesi, namun perekonomian melemah, jadi harus tetap waspada," tegasnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, proyeksi terbaru dari pemerintah merupakan bentuk upaya dalam mengantisipasi dampak rambatan pelemahan ekonomi global, khususnya yang akan terpengaruh paling jelas dari sisi kinerja ekspor karena permintaan ekonomi global ikut melemah akibat perekonomian melemah.

Sebelumnya, Bank Dunia memperkirakan perekonomian dunia dalam kondisi genting pada periode 2023-2024. Hal ini tergambar dari rendahnya proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2023 yang sebesar 2,1% dan 2024 hanya 2,4%, jauh di bawah estimasi pertumbuhan 2022 sebesar 3,1%.



Rendahnya proyeksi ini juga merupakan dampak lanjutan dari tren kenaikan suku bunga acuan bank sentral di berbagai negara, khususnya negara-negara maju yang telah naik tinggi sejak satu setengah tahun terakhir. Kebijakan itu demi merespons tingginya tekanan inflasi setelah dipengaruhi perang perdagangan dan perang Rusia-Ukraina.

(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1763 seconds (0.1#10.140)