Konsumsi Baja di Korsel Capai 1.300 Kg, RI Negara Besar Kok Cuma 60 Kg?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengungkapkan bahwa konsumsi baja di Indonesia masih sangat rendah. Data berbicara, konsumsi baja di tanah air hanya 60 kilogram per kapita per tahun.
"Angka konsumsi baja itu sangat rendah. Idealnya Indonesia itu mengonsumsi baja 200 kilogram per kapita per tahun," kata Silmy dalam diskusi secara virtual bersama Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Jumat (24/7/2020).
Menurut dia, negara yang besar pasti mempunyai industri baja yang kuat. Misalnya saja seperti China, Amerika Serikat, Rusia, Korea Selatan dan Jepang. (Baca juga: Raih Penonton di Atas 750.000 saat Konser, BTS Cetak Guinness World Records )
"Jika dibandingkan dengan Korea Selatan, konsumsi bajanya mencapai 1.300 kilogram per kapita per tahun. Kita masih rendah. Negara yang ekonominya kuat, pasti industri bajanya juga kuat," terangnya.
Dia menambahkan, bila ingin jadi negara besar, maka industri baja harus kuat, untuk menopang pembangunan infrastruktur dan Industrinya. Apalagi industri baja disebut sebagai "mother of industry". Sebab, sebagian besar industri yang ada menggunakan baja, diantaranya otomotif, elektronik, galangan kapal bahkan industri makanan. (Baca juga: Industri Mamin dan Logam Perkasa di Tengah Pandemi Covid-19 )
"Industri baja diperlukan sebagai syarat majunya industri sebuah negara. Untuk itu diperlukan sinergi antara pemerintah atau BUMN dengan swasta," tutupnya.
"Angka konsumsi baja itu sangat rendah. Idealnya Indonesia itu mengonsumsi baja 200 kilogram per kapita per tahun," kata Silmy dalam diskusi secara virtual bersama Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Jumat (24/7/2020).
Menurut dia, negara yang besar pasti mempunyai industri baja yang kuat. Misalnya saja seperti China, Amerika Serikat, Rusia, Korea Selatan dan Jepang. (Baca juga: Raih Penonton di Atas 750.000 saat Konser, BTS Cetak Guinness World Records )
"Jika dibandingkan dengan Korea Selatan, konsumsi bajanya mencapai 1.300 kilogram per kapita per tahun. Kita masih rendah. Negara yang ekonominya kuat, pasti industri bajanya juga kuat," terangnya.
Dia menambahkan, bila ingin jadi negara besar, maka industri baja harus kuat, untuk menopang pembangunan infrastruktur dan Industrinya. Apalagi industri baja disebut sebagai "mother of industry". Sebab, sebagian besar industri yang ada menggunakan baja, diantaranya otomotif, elektronik, galangan kapal bahkan industri makanan. (Baca juga: Industri Mamin dan Logam Perkasa di Tengah Pandemi Covid-19 )
"Industri baja diperlukan sebagai syarat majunya industri sebuah negara. Untuk itu diperlukan sinergi antara pemerintah atau BUMN dengan swasta," tutupnya.
(ind)