Rupiah Jatuh ke Rp14.906 per USD, Perlambatan Ekonomi China Jadi Pemicunya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) mengalami pelemahan pada perdagangan sore ini, Rabu (14/6/2023). Terpantau kurs rupiah jatuh 43 point hingga menyentuh level Rp14.906 per USD.
Kurs rupiah yang semakin tak berdaya juga terlihat pada data JISDOR BI, dimana mata uang Garuda bertengger di posisi Rp14.895/USD. Level tersebut menunjukkan pelemahan rupiah dalam beberapa hari terakhir, setelah sebelumnya berada di Rp14.868 per USD.
Pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi menerangkan, pelemahan rupiah sore ini didorong oleh kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi China . "Perlambatan ekonomi China dikhawatirkan pasar dapat berdampak pada pelemahan kinerja ekspor Indonesia mengingat Negeri Tirai Bambu merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia," ujar Ibrahim dalam keterangannya.
Namun demikian, kata Ibrahim, ekspor indonesia tidak banyak dari manufaktur sehingga komoditas ekspor yang di ekspor yang terkait komoditas masih dibutuhkan China untuk menopang pemulihan.
Dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di China, menurutnya, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus tetap waspada dan terus menerapkan strategi bauran ekonomi guna untuk memperkuat pondasi perekonomian Indonesia.
"Salah satunya Undang-Undang Omnibus Low Cipta Kerja sebagai penguatnya," tandas Ibrahim.
Di samping itu, Ibrahim memprediksi, untuk perdagangan besok, Kamis (15/6) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.890-Rp14.960 per USD.
Kurs rupiah yang semakin tak berdaya juga terlihat pada data JISDOR BI, dimana mata uang Garuda bertengger di posisi Rp14.895/USD. Level tersebut menunjukkan pelemahan rupiah dalam beberapa hari terakhir, setelah sebelumnya berada di Rp14.868 per USD.
Pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi menerangkan, pelemahan rupiah sore ini didorong oleh kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi China . "Perlambatan ekonomi China dikhawatirkan pasar dapat berdampak pada pelemahan kinerja ekspor Indonesia mengingat Negeri Tirai Bambu merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia," ujar Ibrahim dalam keterangannya.
Namun demikian, kata Ibrahim, ekspor indonesia tidak banyak dari manufaktur sehingga komoditas ekspor yang di ekspor yang terkait komoditas masih dibutuhkan China untuk menopang pemulihan.
Dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di China, menurutnya, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus tetap waspada dan terus menerapkan strategi bauran ekonomi guna untuk memperkuat pondasi perekonomian Indonesia.
"Salah satunya Undang-Undang Omnibus Low Cipta Kerja sebagai penguatnya," tandas Ibrahim.
Di samping itu, Ibrahim memprediksi, untuk perdagangan besok, Kamis (15/6) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.890-Rp14.960 per USD.
(akr)