Disukai Semua Kalangan, Pasar Kopi Menyasar Semua Usia
loading...
A
A
A
Mereka berusaha menghadirkan kehangatan melalui perbincangan di depan bar. Menu-menu yang dihadirkan sarat dengan cerita fiksi mulai dari novel hingga babad dan cerita rakyat yang abadi dalam dongeng-dongeng budaya tutur nenek moyang. (Baca juga: Kemegahan Hagia Sophia Kembali Terpancar dengan Salat Jumat Pertama)
"Kami menghadirkan ruang yang representatif bagi pencinta kopi dan buku dengan menghadirkan kopi kopi terbaik dan buku buku terbaik di perpustakaan serta toko buku kecil," ujarnya.
Di sana juga ada pendapat yang biasa digunakan oleh berbagai komunitas untuk beraktivitas. Misalnya, bedah buku, kelas terampill hasta karya juga kelas kopi yang rutin digelar tiap bulan.
Budaya berbincang orang Indonesia sembari ngopi memang dapat ditemukan di sini. Dari menu saja sudah unik sehingga terjadi obrolan makna dari menu tersebut
Biasanya setelah sajian hadir, para pelanggan saling bertemu di meja panjang. Berbagi meja dan akhirnya ngobrol. Lantas biasanya barista yang selesai bekerja akan ikut ngobrol, saling kenal, lantas akrab dan jadi kawan.
"Maka para pelanggan yang sering tandang tersebut kami sebut ‘kerepdolan’ itu bahasa Jawa yang artinya kerap main, sering main. Tapi sesungguhnya itu akronim dari Kerukunan Pelanggan Dongeng Kopi lan Kekancan," jelas Renggo. (Baca juga: Mohon Tidak Panik! Kondisi Pasar Keuangan Sudah Membaik)
Kopi dongeng termasuk kedai kopi yang giat berbagi ilmu membuat minuman kopi, mereka sebut Kelas Seduh. Kelas seduh manual adalah bagian dari mimpi mereka sebagai kedai yang bermanfaat bagi khalayak banyak tanpa harus mengejar keuntungan semata.
Orientasi Renggo dan kawan-kawannya ini sungguh mulia yakni agar setiap individu dapat membuat kopi layak sehingga muaranya bisa berwirausaha, atau bekerja di sektor kopi.
"Sekitar 60 persen jebolan kelas kami itu buka kedai sendiri. Satu kebanggaan bagi kami turut mendorong kemandirian dengan tidak menggantungkan pada lapangan pekerjaan tetapi malah menciptakan ruang ruang ekonomi baru, sekitar 30 persen terserap di sektor usaha kopi , dan 10 persennya yang hanya sebagai hobi kopi," sebutnya bangga.
"Kami menghadirkan ruang yang representatif bagi pencinta kopi dan buku dengan menghadirkan kopi kopi terbaik dan buku buku terbaik di perpustakaan serta toko buku kecil," ujarnya.
Di sana juga ada pendapat yang biasa digunakan oleh berbagai komunitas untuk beraktivitas. Misalnya, bedah buku, kelas terampill hasta karya juga kelas kopi yang rutin digelar tiap bulan.
Budaya berbincang orang Indonesia sembari ngopi memang dapat ditemukan di sini. Dari menu saja sudah unik sehingga terjadi obrolan makna dari menu tersebut
Biasanya setelah sajian hadir, para pelanggan saling bertemu di meja panjang. Berbagi meja dan akhirnya ngobrol. Lantas biasanya barista yang selesai bekerja akan ikut ngobrol, saling kenal, lantas akrab dan jadi kawan.
"Maka para pelanggan yang sering tandang tersebut kami sebut ‘kerepdolan’ itu bahasa Jawa yang artinya kerap main, sering main. Tapi sesungguhnya itu akronim dari Kerukunan Pelanggan Dongeng Kopi lan Kekancan," jelas Renggo. (Baca juga: Mohon Tidak Panik! Kondisi Pasar Keuangan Sudah Membaik)
Kopi dongeng termasuk kedai kopi yang giat berbagi ilmu membuat minuman kopi, mereka sebut Kelas Seduh. Kelas seduh manual adalah bagian dari mimpi mereka sebagai kedai yang bermanfaat bagi khalayak banyak tanpa harus mengejar keuntungan semata.
Orientasi Renggo dan kawan-kawannya ini sungguh mulia yakni agar setiap individu dapat membuat kopi layak sehingga muaranya bisa berwirausaha, atau bekerja di sektor kopi.
"Sekitar 60 persen jebolan kelas kami itu buka kedai sendiri. Satu kebanggaan bagi kami turut mendorong kemandirian dengan tidak menggantungkan pada lapangan pekerjaan tetapi malah menciptakan ruang ruang ekonomi baru, sekitar 30 persen terserap di sektor usaha kopi , dan 10 persennya yang hanya sebagai hobi kopi," sebutnya bangga.