Disukai Semua Kalangan, Pasar Kopi Menyasar Semua Usia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kopi menjadi minuman favorit berbagai lapisan masyarakat, bahkan mulai menjadi gaya hidup. Kopi juga menjadi lahan bisnis yang menjanjikan, terbukti kedai kopi menjamur di setiap sudut kota. Profesi di dunia kopi pun makin digemari, bahkan sekolah kopi juga dihadirkan di universitas ternama.
Dari kopi juga dapat membentuk komunitas rasa keluarga seperti Kopi Dongeng. Menyatukan berbagai latar belakang hanya karena mereka gemar menyeruput kopi.
Renggo Darsono, salah satu pendiri Dongeng Kopi mengatakan, tren kopi sekarang semakin bagus. Pemilik kedai tidak perlu repot untuk menjelaskan ragam kopi, sebab kini pasar sudah sangat matang.
"Saat awal buka kedai, kami masih harus menjelaskan secara runtut dan jelas bahwa kopi tidak melulu pahit saja, tapi punya kompleksitas aroma, rasa yang begitu kaya," jelasnya.
Dongeng Kopi yang dahulu sebuah komunitas di media sosial kini menjelma menjadi kedai kopi. Mereka kini hadir di kaki Gunung Merapi menghadirkan kesan baru ngopi di alam terbuka. (Baca: Konsumsi Kopi Tinggi, UKM dan koperasi Bisa jadi Pemasok)
Kopi susu, menurutnya, menjadi faktor bertambah ramainya pasar kopi dan memicu tumbuhnya banyak usaha baru bidang kopi mulai dari skala kecil hingga besar dan permintaannya memang meningkat.
Bahkan, pasarnya melebar sampai di skala usia. Dulu warung kopi identik maskulinitas, orang orang paruh baya, sekarang sudah mulai digandrungi anak muda mulai dari usia remaja baik laki laki dan perempuan, suka menikmati kopi.
"Di kedai Dongeng Kopi setiap akhir pekan banyak kunjungan keluarga. Anak anak sudah pesan affogato menemani ibunya yang menikmati cappucino, dan bapaknya yang menyesap secangkir kopi bajawa waerebo," pungkasnya.
Hal ini sudah lumrah terjadi di berbagai kedai kopi di Tanah Air. Tentu ini menjadi optimisme pelaku usaha kopi, sebab kopi menyasar setiap generasi. Selain dari produk utamanya yakni kopi, konsep dari kedai kopi pun harus berbeda. Memang menjadi strategi marketing tersendiri, namun tidak jarang ini juga menjadi idealisme sang pemilik kopi.
Misalnya, Dongeng Kopi adalah kedai kopi yang mengawinkan kopi dan buku, dan mengawankan pembaca dan peminum kopi secara terus menerus. Bagi mereka, ngopi itu sebagi pemantik produktivitas, sarana pertemuan, maka percakapan harus hadir dominan dan kopi adalah bagian dari penyubur obrolan.
Dari kopi juga dapat membentuk komunitas rasa keluarga seperti Kopi Dongeng. Menyatukan berbagai latar belakang hanya karena mereka gemar menyeruput kopi.
Renggo Darsono, salah satu pendiri Dongeng Kopi mengatakan, tren kopi sekarang semakin bagus. Pemilik kedai tidak perlu repot untuk menjelaskan ragam kopi, sebab kini pasar sudah sangat matang.
"Saat awal buka kedai, kami masih harus menjelaskan secara runtut dan jelas bahwa kopi tidak melulu pahit saja, tapi punya kompleksitas aroma, rasa yang begitu kaya," jelasnya.
Dongeng Kopi yang dahulu sebuah komunitas di media sosial kini menjelma menjadi kedai kopi. Mereka kini hadir di kaki Gunung Merapi menghadirkan kesan baru ngopi di alam terbuka. (Baca: Konsumsi Kopi Tinggi, UKM dan koperasi Bisa jadi Pemasok)
Kopi susu, menurutnya, menjadi faktor bertambah ramainya pasar kopi dan memicu tumbuhnya banyak usaha baru bidang kopi mulai dari skala kecil hingga besar dan permintaannya memang meningkat.
Bahkan, pasarnya melebar sampai di skala usia. Dulu warung kopi identik maskulinitas, orang orang paruh baya, sekarang sudah mulai digandrungi anak muda mulai dari usia remaja baik laki laki dan perempuan, suka menikmati kopi.
"Di kedai Dongeng Kopi setiap akhir pekan banyak kunjungan keluarga. Anak anak sudah pesan affogato menemani ibunya yang menikmati cappucino, dan bapaknya yang menyesap secangkir kopi bajawa waerebo," pungkasnya.
Hal ini sudah lumrah terjadi di berbagai kedai kopi di Tanah Air. Tentu ini menjadi optimisme pelaku usaha kopi, sebab kopi menyasar setiap generasi. Selain dari produk utamanya yakni kopi, konsep dari kedai kopi pun harus berbeda. Memang menjadi strategi marketing tersendiri, namun tidak jarang ini juga menjadi idealisme sang pemilik kopi.
Misalnya, Dongeng Kopi adalah kedai kopi yang mengawinkan kopi dan buku, dan mengawankan pembaca dan peminum kopi secara terus menerus. Bagi mereka, ngopi itu sebagi pemantik produktivitas, sarana pertemuan, maka percakapan harus hadir dominan dan kopi adalah bagian dari penyubur obrolan.