Shell Ingkar Janji, Ternyata Masih Tetap Beli Gas Rusia
loading...
A
A
A
LONDON - Shell ternyata masih memperdagangkan gas Rusia lebih dari setahun setelah berjanji untuk menarik diri dari pasar energi Rusia. Perusahaan raksasa minyak dan gas (migas) asal Inggris itu terlibat dalam hampir seperdelapan ekspor gas lintas kapal Rusia pada tahun 2022, menurut analisis dari group Global Witness.
Sebelumnya Oleg Ustenko, penasihat Presiden Ukraina Vladimir Zelensky, menuduh Shell menerima "uang darah". Sementara Shell menerangkan, perdagangan yang terjadi merupakan hasil dari "komitmen kontrak jangka panjang" dan tidak melanggar hukum atau sanksi.
Baru-baru ini pada 9 Mei, sebuah kapal tanker besar yang mampu membawa lebih dari 160.000 meter kubik gas yang dikompresi menjadi bentuk cair -gas alam cair atau LNG- ditarik keluar dari pelabuhan Sabetta, di semenanjung Yamal di ujung utara Rusia.
Kargo itu dibeli oleh Shell sebelum menuju ke tujuan akhirnya, Hong Kong. Ini adalah salah satu dari delapan kargo LNG yang dibeli Shell dari Yamal tahun ini, menurut data dari database Kpler yang dianalisis oleh Global Witness.
Tahun lalu Shell menyumbang 12% dari perdagangan LNG lintas laut Rusia, yang dihitung oleh Global Witness seperti dilansir BBC, Minggu (2/7/2023). Termasuk di antaranya yakni lima pedagang LNG teratas yang berasal dari Rusia tahun itu.
Pada Maret 2022 yang memasuki awal invasi ke Ukraina , Shell meminta maaf karena membeli kargo minyak Rusia, dan mengatakan pihaknya bermaksud untuk menarik diri dari minyak dan gas Rusia.
Diterangkan bahwa mereka akan berhenti membeli minyak Rusia, ditambah serta menjual stasiun layanan dan bisnis lainnya di Rusia. Pihak perusahaan juga mengungkap, telah memulai "penarikan bertahap dari produk minyak Rusia, gas pipa dan LNG".
Meski diungkapkan juga keputusan tersebut akan menjadi "tantangan kompleks". Sejak saat itu diketahui, Shell masih terus mengambil kargo LNG dari dua pelabuhan Rusia, satu di Yamal dan lainnya di Sakhalin yang berlokasi di timur jauh.
Shell dulunya adalah investor minoritas dalam proyek gas Sakhalin, tetapi klaim itu terbantahkan pada September tahun lalu setelah pemerintah Rusia mengalihkan sahamnya ke bisnis lokal – dan sejak itu mereka tidak mengambil gas dari Sakhalin.
Tetapi Shell masih menghormati kontrak dengan perusahaan LNG Rusia Novatek, yang mewajibkannya membeli 900.000 ton per tahun dari Yamal hingga 2030-an, menurut kantor berita Reuters.
Novatek adalah perusahaan gas terbesar kedua di Rusia, dimana pajak yang dibayarkannya merupakan kontributor signifikan bagi anggaran pemerintah Rusia.
Sementara itu kritikan keras dilayangkan Penasihat Presiden Ukraina, Oleg Ustenko yang mengatakan: "Ini cukup sederhana: dengan terus berdagang gas Rusia, Shell memasukkan uang ke kantong Putin dan membantu mendanai agresi brutal Rusia terhadap rakyat Ukraina".
"Jumlah besar yang dihasilkan Shell dan seluruh industri minyak di Rusia harus digunakan untuk membantu mendanai rekonstruksi Ukraina, daripada melapisi kantong pemegang saham mereka," sambungnya.
Di sisi lain seorang juru bicara Shell mengatakan: "Shell telah berhenti membeli LNG Rusia di pasar spot, tetapi masih memiliki beberapa komitmen kontrak jangka panjang. Hal ini sepenuhnya sesuai dengan sanksi, hukum dan peraturan yang berlaku di negara tempat kami beroperasi.
"Ada dilema antara menekan pemerintah Rusia atas kekejamannya di Ukraina dan memastikan pasokan energi yang stabil dan aman. Adalah tugas pemerintah untuk memutuskan pertukaran yang sangat sulit yang harus dilakukan."
Sebelumnya Oleg Ustenko, penasihat Presiden Ukraina Vladimir Zelensky, menuduh Shell menerima "uang darah". Sementara Shell menerangkan, perdagangan yang terjadi merupakan hasil dari "komitmen kontrak jangka panjang" dan tidak melanggar hukum atau sanksi.
Baru-baru ini pada 9 Mei, sebuah kapal tanker besar yang mampu membawa lebih dari 160.000 meter kubik gas yang dikompresi menjadi bentuk cair -gas alam cair atau LNG- ditarik keluar dari pelabuhan Sabetta, di semenanjung Yamal di ujung utara Rusia.
Kargo itu dibeli oleh Shell sebelum menuju ke tujuan akhirnya, Hong Kong. Ini adalah salah satu dari delapan kargo LNG yang dibeli Shell dari Yamal tahun ini, menurut data dari database Kpler yang dianalisis oleh Global Witness.
Tahun lalu Shell menyumbang 12% dari perdagangan LNG lintas laut Rusia, yang dihitung oleh Global Witness seperti dilansir BBC, Minggu (2/7/2023). Termasuk di antaranya yakni lima pedagang LNG teratas yang berasal dari Rusia tahun itu.
Pada Maret 2022 yang memasuki awal invasi ke Ukraina , Shell meminta maaf karena membeli kargo minyak Rusia, dan mengatakan pihaknya bermaksud untuk menarik diri dari minyak dan gas Rusia.
Diterangkan bahwa mereka akan berhenti membeli minyak Rusia, ditambah serta menjual stasiun layanan dan bisnis lainnya di Rusia. Pihak perusahaan juga mengungkap, telah memulai "penarikan bertahap dari produk minyak Rusia, gas pipa dan LNG".
Meski diungkapkan juga keputusan tersebut akan menjadi "tantangan kompleks". Sejak saat itu diketahui, Shell masih terus mengambil kargo LNG dari dua pelabuhan Rusia, satu di Yamal dan lainnya di Sakhalin yang berlokasi di timur jauh.
Shell dulunya adalah investor minoritas dalam proyek gas Sakhalin, tetapi klaim itu terbantahkan pada September tahun lalu setelah pemerintah Rusia mengalihkan sahamnya ke bisnis lokal – dan sejak itu mereka tidak mengambil gas dari Sakhalin.
Tetapi Shell masih menghormati kontrak dengan perusahaan LNG Rusia Novatek, yang mewajibkannya membeli 900.000 ton per tahun dari Yamal hingga 2030-an, menurut kantor berita Reuters.
Novatek adalah perusahaan gas terbesar kedua di Rusia, dimana pajak yang dibayarkannya merupakan kontributor signifikan bagi anggaran pemerintah Rusia.
Sementara itu kritikan keras dilayangkan Penasihat Presiden Ukraina, Oleg Ustenko yang mengatakan: "Ini cukup sederhana: dengan terus berdagang gas Rusia, Shell memasukkan uang ke kantong Putin dan membantu mendanai agresi brutal Rusia terhadap rakyat Ukraina".
"Jumlah besar yang dihasilkan Shell dan seluruh industri minyak di Rusia harus digunakan untuk membantu mendanai rekonstruksi Ukraina, daripada melapisi kantong pemegang saham mereka," sambungnya.
Di sisi lain seorang juru bicara Shell mengatakan: "Shell telah berhenti membeli LNG Rusia di pasar spot, tetapi masih memiliki beberapa komitmen kontrak jangka panjang. Hal ini sepenuhnya sesuai dengan sanksi, hukum dan peraturan yang berlaku di negara tempat kami beroperasi.
"Ada dilema antara menekan pemerintah Rusia atas kekejamannya di Ukraina dan memastikan pasokan energi yang stabil dan aman. Adalah tugas pemerintah untuk memutuskan pertukaran yang sangat sulit yang harus dilakukan."
(akr)